Kembali lagi, ini soal kemauan kita masing-masing untuk aktif mencari --disamping berbagi-- dan tidak hanya bersikap pasif menunggu orang lain datang memasukkan ilmunya ke kepala kita. Juga jangan mau dibodoh-bodohi dengan pernyataan-pernyataan yang mengatakan ilmu itu mahal.
Kalau sudah begitu, orang-orang cuma akan bersikap pasif mendatangi si empunya ilmu, membayarnya, dan dengan hanya bermodalkan kepercayaan tanpa ada usaha aktif menyerap. Orang macam apa yang berpikir mahalnya biaya pendidikan atau megahnya gedung sekolah menjamin bagusnya kualitas pengetahuan seorang murid? Bukan hal-hal eksternal itu menjadi faktor utama, melainkan diri manusianya itu sendiri. Sekolah, buku-buku, guru yang pandai dalam mendidik, itu semua sebagai hal-hal pendukung belaka.
Usaha aktif untuk menyerap pengetahuan itu sama dengan membuka diri; tidak menutup mata, telinga, apalagi hati. Bisa terhadap apa saja; apakah itu realitas atau hal lain. Karena kita juga belajar dari berbagai hal yang kita lihat, kita rasakan atau kita dengar. Tapi kalau itu tak kita lakukan, itulah yang dinamakan ketidakpedulian tadi.[]