Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bangsa dan Pikiran

16 Desember 2017   22:18 Diperbarui: 16 Desember 2017   23:30 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.chronicle.com

Okelah kalau orang banyak pun kurang begitu memahami. Itu salah saya karena terlalu egois menyodorkan apa yang saya pikirkan, apa yang saya gelisahkan, sedangkan mereka mungkin tidak memikirkan apa yang saya pikirkan.

Tapi saya keliru kalau tidak memahami keadaan. Saya yang masih merasa belum memberikan apa-apa, akan semakin merasa demikian kalau tidak memberikan apa yang saya ketahui.

Zaman memang sudah semakin mudah. Untuk berbagi pengetahuan, opini, atau gagasan lainnya, kita gunakan saja internet. Kita harusnya tahu kalau masyarakat saat ini mesti diberikan sesuatu yang bermanfaat daripada sekedar membuang-buang quota dan menghabiskan waktu membuka konten-konten yang itu justru semakin memperparah kondisi bangsa ini.

Bukannya apa, orang yang ikut berkontribusi memperbaiki negeri ini tentu banyak. Tapi orang-orang yang berkontribusi memperparah konstelasi bangsa juga banyak. Orang-orang semacam inilah yang hanya bengak-bengok meneriaki perubahan bangsa tapi tidak merubah dirinya sendiri. Bahkan tak malu melakukan suatu penyimpangan norma-norma. 

Ya kayak yang sering viral di Youtube atau medsos-medsos itu. Begitu absurdnya orang-orang kayak gitu. Atau dengan kata lain, konsekuensi atas perbuatan mereka sebenarnya juga akan menularkan perilaku yang sama kepada orang lain yang tidak berpikir dan tidak tahu mana baik-buruk. Yang namanya hidup ini kan saling pengaruh mempengaruhi. 

Kalau yang dilihatnya baik, ya yang buruk bisa saja jadi baik. Dan kalau yang dilihatnya buruk, bisa saja dia akan tetap berada dalam keburukan --kecuali kalau Tuhan membuka kesadarannya sehingga dia menjadi orang yang tahu jalan mana yang  pantas untuk ditapaki.

Berpikir itu juga bisa menjadi semacam tameng pada diri kita --selain menjadi prinsip idealisme bagi seseorang. Banyak orang yang hanya sekedar mengekor sana-sini, tapi tak punya prinsip pribadi. 

Kalau dengan pikirannya dia menjadi berbeda dengan orang lain pada umumnya, ya itu wajar saja. Tapi kenapa harus khawatir? Biarlah orang tak paham. Nanti juga paham sendiri apa yang orang lain tak paham tadi. Ya nanti, kalau mereka sudah mulai mikir.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun