Sekali lagi, sebuah kesempatan besar di tengah kesempitan yang dialami saudara-saudara Muslim di sana. Apalagi menurut berita yang banyak tersebar, di Inggris saja umat Islam sudah mulai berkembang. Artinya, hal itu juga diikuti dengan usaha intensif mereka untuk terus mempelajari agama, terutama oleh para mualaf di sana. Ada sebuah kesempatan yang berharga bagi mereka untuk memperluas ajaran Islam kepada semua manusia, apapun itu agamanya.
Dari fenomena semacam itulah saya jadi khawatir terhadap umat Islam di sini. Soalnya, bisa saja saudara-saudara di sana bisa lebih paham tentang Islam walaupun jumlah mereka sedikit, sehingga umat Islam di sini kalah dalam aspek kualitas keagamaan. Kalau mereka sudah bisa mempromosikan Islam ke dalam ranah yang lebih holistik dan universal (apakah itu dalam hal kemanusiaan atau kebangsaan), di sini kita justru malah bersikap tertutup bahkan masih saja ada yang mengadu perbedaan paham-paham keagamaan saudara seiman.
Yang pasti, ini permasalahan psiko-sosial yang sudah sedemikian kompleks. Persepsi dan perspektif kita terhadap agama mestinya kita ubah secara lebih luas dan tidak parsial bahkan partikularistis. Ditambah lagi, rasanya tak cukup kalau kita sudah begitu puas memaknai agama sebagai identitas sehingga tak terus menerus memahaminya. Tak ada tahap berhenti selama manusia masih bernyawa. Maksud saya, janganlah identitas keagamaan tadi mengakibatkan orang lain jadi tertipu. Berkostum agamis seolah-olah sudah ahli agama, tapi ternyata tak bisa menerima tanda-tanda kebesaran Tuhan --yang sekali lagi berupa keberagaman kita ini, bagi saya sikap demikian merupakan anomali bahkan sebuah kelucuan.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H