Tapi, mungkin permasalahan mendasar kita tidak lain adalah menyangkut soal pikir berpikir. Bagi saya, perihal aspek yang satu ini memang menjadi langkah awal dalam pencarian seseorang akan kebenaran sehingga kemudian dia mantap meyakini agama dan Tuhan.
Nyatanya, kalau tidak berpikir, lalu seseorang akan mencari apa? Apa hidup hanya dijalani sebagaimana robot bergerak tanpa akal dan perasaan? Apa jadinya kalau akal dan perasaan itu tidak bergetar, tidak gelisah, tidak galau, tidak bergejolak menyaksikan kehidupan berserta fenomena-fenomenanya? Apakah kita hanya melihat dan mendengar semua itu tanpa masuk ke dalam pikiran lalu mempertanyakannya? Bagi saya manusia adalah makhluk pengolah. Dalam arti, dia tidak hanya mengabstraksi benda-benda yang ada pada dunia untuk kemudian menjadi sesuatu yang bernilai atau berguna (secara eksternal), tapi juga abstraksi tersebut juga terkait dengan soal pengetahuan (secara internal). Atau, kalau pengetahuan itu kembali diperdalam, dianalisis dan disusun secara sistematis, maka kita menyebutnya itu sebagai ilmu. Ilmu inilah yang kita sebut dalam subjek tulisan ini sebagai teologi.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H