Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang di Dalam, Ya Dikeluarkan

22 Maret 2017   19:10 Diperbarui: 24 Maret 2017   02:00 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia mengatakan pada saya kalau apa yang ada kita dapat dari dalam, itu memang semestinya dikeluarkan.

Tapi masalahnya, saya tak paham apa maksud dia tadi. Makanya saya kira, saya perlu juga bertanya pada Anda sekalian.

Dia juga bilang, bahwa yang paling esensial dan hakiki itu ada pada diri kita. Dengan berpikir, dengan merasakan, dengan ilmu yang kita ketahuilah kita kemudian mengaplikasikan hal-hal tadi ke dalam aspek eksternal diri kita, yaitu kehidupan. Tapi, apa iya kita mesti menjalani hidup berdasarkan pada –sebutlah itu– pengetahuan yang kita dapat? Memang saya pun tidak menafikan kalau aspek-aspek intelektual dan spiritual begitu berpengaruh pada diri seseorang dalam menghadapi kehidupannya. Dan saya kira memang pada awalnya kita ini berada dalam kekosongan sehingga harus mengisi diri kita dengan pengetahuan-pengetahuan penting yang mesti kita ketahui.

Lalu bagaimana dengan kata orang yang kayanya menjalani hidup apa adanya? Dalam arti, apa kita menjalani hidup hanya sekedar menjalani tanpa berbekal pada suatu apa pun? Saya kira ketika seseorang mengatakan hidup ini mesti dijalani dengan apa adanya, maksudnya adalah hidup ini mesti dijalani tanpa pernah pernah memusingkan atau menolak ketentuan Tuhan, dan bukan hidup tanpa pengetahuan yang kosong. Jadi maksudnya, hidup ini ya mengalir saja dan tak usah melawan. Cukup ikuti kemana air akan membawa kita. Sulit kalau harus melawan; bisa bonyok terbentur batu-batu. Dan nyatanya bisa tersesat kita tak tahu jalan pulang kalau hidup tanpa pengetahuan.

Oh, saya akhirnya mulai paham kalau aspek internal diri memang tidak pernah terpisah dengan aspek eksternal. Bahkan bisa dikatakan hal itu memang saling berelasi, karena selain manusia dapat mengetahui dari sisi luar dirinya, dia juga mendapat pengetahuan yang esensial tidak lain yaitu dari dalam dirinya. Tapi mungkin permasalahan klise itu terletak pada sisi eksternal kita yang seringkali menghalangi seseorang untuk bisa mendapat pengetahuan esensial dalam dirinya. 

Mana yang lebih penting di antara aspek internal atau internal? Nyatanya, ketika kita bertanya tentang kehidupan, atau dengan kata lain ketika kita bertanya "mau ngapain sih kita di dunia ini?", jawabannya pun ada di dalam diri. Dan atas jawaban itu pula saya menyadari bahwa kita memang butuh agama.

Oh ya ya ya ya, begitu ternyata. Aneh, saya kok baru sadar ya? Kemana saja saya selama ini? Ah, mabuk dunia, barangkali.

Saya kira yang katanya tadi "mengeluarkan apa yang ada di dalam" itu dia mau nunjuk ke celana dalamnya Superman. Maklum, dia suka main tebak-tebakan. Seringkali susah bedain yang mana candaan yang mana seriusan.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun