Jangan kau tanya padaku. Aku tak akan menjawabnya. Aku kira menemukan atau ditemukan akan memberikan jawaban yang lebih diinginkan daripada kau tanyakan padaku. Ya, aku baru sadari juga soal hal ini. Makanya aku tak ingin lagi bertanya-tanya pada orang. Aku tanya sendiri; aku cari sendiri; aku temukan sendiri. Aku tak mau merepotkan orang. Dan juga tak akan paham aku kalau diberi jawaban tanpa usaha terlebih dahulu.
Lha makanya itulah yang kumaksud. Orang banyak bertanya belum tentu paham kalau tak mengerti substansi jawabannya. Mau berapa jawaban yang dia punya pun percuma. Yaah, mungkin aku terlalu apriori. Tapi tak sepenuhnya kukira.
Memang seberapa sih yang kutahu. Mungkin kau lebih tahu banyak daripada aku. Lebih baik kau benarkan. Kau benar. Dan kau punya kebenaran pada dirimu. Karena tak luput diriku dari kesalahan. Aku memiliki kesalahan. Dan mungkin aku sendiri lebih banyak salah daripada benarnya. Yakin sajalah. Tak perlu kau percaya aku. Aku tak layak dipercaya. Aku masih merasa banyak orang yang kukecewakan. Silahkan sanggah saja aku. Dan aku butuh itu darimu.Â
Aku tahu, aku tahu diriku. Tapi aku tak tahu bagaimana kau melihatku. Terserah kau memandang. Itu kebebasanmu kan? Ya itu kebebasanmu. Dan jangan biarkan aku membatasi kebebasanmu. Kau harus ingat itu. Sekali lagi aku harus mengingatkan ini padamu. Dan inilah maksudku untuk selalu memperingatkanmu. Kau pasti tahu bagaimana kekurangajaranku yang terkadang menjadi-jadi. Kau juga pasti tahu hal itu.
Ya, mungkin kau juga capek selalu kuingatkan. Bukan maksudku begitu juga. Apa yang bisa kubuat? Kau tahu tak ada kemampuanku. Ingatkan aku akan kekurangajaranku; Selalu. Itulah yang kuinginkan...
Â
-Bantul, Januari 2016-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H