Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Skeptisisme Cinta

9 Desember 2015   21:54 Diperbarui: 9 Desember 2015   21:54 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih lagu lama yang terdengar. Ya, yang itu itu juga. Kadang aku pingin tutup telingaku ini rapat-rapat. Tapi rasanya tak mungkin menutup rapat telinga ini hanya karena semata lagu lama yang mendatangkan memori mengasyikkan itu.

 

Saya tidak mungkin berjalan sambil menutup telinga, sedangkan Anda masih teriak-teriak di sana-sini. Saya tidak ingin mengalienasi diri. Maafkan aku jika berpikiran sedikit pengecut. 

 

Aku telah terjebak pada makna cinta yang dikecilkan. Sedangkan cinta tidak hanya persoalan aku dan dia. Cinta menyangkut aku dan kalian. Cinta tidak mengenal primordialisme. Cinta telah dikotak-kotakkan dan dimasukkan ke dalam kotak yang kecil dan mengalami eksklusifisasi. Aku salah, aku salah. Karena cinta hanya milikku dan harus kusebar dimana-mana. Atau tidak sama sekali. Itu hakku untuk memilih.

 

Ah, jangan buat aku bosan untuk bicara tentang ini. Tapi orang-orang sudah terlanjur membosankan aku untuk membahas perihal ini. Aku telah terseret masuk dan ingin keluar dari jurang kekeliruan paradigma sosial. Dari konstruksi yang salah dan terlanjur masif.

 

Parahnya orang-orang hanya menerima begitu saja tanpa berpikir panjang terlebih dahulu cinta yang fundamental. Sekarang terserah saja bagaimana Anda mempersepsikan hal itu. Saya tidak akan mengindoktrinasi Anda dengan paham saya. Toh cinta saya cinta yang salah. Sampai sekarang saya tidak tahu bagaimana mengaplikasikan cinta. Mungkin cinta saya cinta yang sesat. Cinta saya cinta yang tak bisa dibagi-bagi. Atau katakanlah cinta yang antisosial. Karena saya mungkin kecewa. Kecewa kepada orang-orang yang hanya minta dicintai. Mereka meminta cinta yang tulus tanpa mereka mau membagi-bagikan cinta mereka.

 

Memang. Memang cinta tidak mengenal pamrih. Cinta tidak mengharapkan apapun. Bahkan tidak mengharapkan untuk dicintai kembali. Entah apa kita memang sudah tidak mengenal cinta seperti itu atau bagaimana. Skeptisisme bahkan juga menjangkiti yang namanya cinta. Kita ragu dan tidak percaya dengan cinta seseorang. Yang membuat kita jual mahal untuk mencintai seseorang. Malu dong kita mencintai seseorang dengan tulus. Di jaman begini...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun