Mungkin saja ke depan profesi mengajar bisa digantikan oleh sebuah robot, tetapi guru tidak tergantikan dalam hal memahami perasaan orang lain. Guru bisa memiliki ikatan emosional dengan muridnya, teknologi tidak bisa melakukan itu. Teknologi tercanggih di masa depan mungkin saja bisa "membaca" perasaan manusia dengan cara mendeteksi kadar hormon dalam tubuh manusia. Tetapi , ia tidak dapat memberikan pelukan/sentuhan hangat seperti yang dilakukan manusia.
Hal-hal teknis atau pekerjaan rutin seorang guru saat ini, menurut penulis, masih diperlukan. Karena semua itu bermanfaat sebagai pedoman bagi guru. Hanya saja, diperlukan inovasi-inovasi ke depannya agar lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan di masa mendatang.
Bagian tersulit, mungkin, dalam mengubah wajah pendidikan kita adalah pengaruh politik dan kekuasaan. Sebuah pernyataan yang pernah penulis dengar mengatakan, "percuma mendorong penerapan manajemen berbasis sekolah, tapi segala-galanya diatur dari atas". Â Selama pendidikan dikuasai oleh kedua faktor tersebut, rasanya sulit memajukan pendidikan. Dibutuhan keberanian, seperti yang dilakukan beberapa sekolah, untuk mengembangkan kurikulum sendiri yang tentunya harus sejalan dengan tujuan pendidikan kita; mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sumber bacaan:
Neil Postman, The End of Education; Redefining the Value of School
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas
Yuval Noah Harari, Homo Sapiens; Masa Depan Umat Manusia
Sumber lainnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H