Mohon tunggu...
Satya Anggara
Satya Anggara Mohon Tunggu... Lainnya - Academic Researcher and Investor

Menyajikan tulisan seputar dunia investasi, bisnis, sosial, politik, humaniora, dan filsafat. Untuk korespondensi lebih lanjut, silahkan hubungi melalui kontak yang tertera di sini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Renungan di Masa Menganggur

4 September 2020   21:28 Diperbarui: 8 September 2020   20:36 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sulitnya mencari kerja. (sumber: ALotOfPeople via kompas.com)

Kenangan indah yang tertinggal adalah olok-olok yang senantiasa datang menghantui mereka yang merindukan masa-masa menyenangkan dan menjadi sakit karena perpisahan.

James Veitch Kecil yang Selalu Pura-Pura Mati ketika Keluar dari Mobil | Sumber: https://www.cnandco.com/
James Veitch Kecil yang Selalu Pura-Pura Mati ketika Keluar dari Mobil | Sumber: https://www.cnandco.com/

Namun bagi mereka yang betul-betul menghayati bahwa orang-orang selalu datang dan pergi, kenyataan ini menjadi seperti aliran sungai yang mustahil untuk dibendung. Ketimbang mengasihani diri yang malang, lebih baik energi tersebut dicurahkan untuk memacu diri sendiri menjadi lebih baik dari kemarin. Dan jika suatu saat mereka harus kembali memilih antara dikasihi atau dihormati, maka pilihlah yang kedua.

Demikian halnya dengan orang-orang yang memusuhi kita. Hadirnya mereka adalah pengingat bahwa diri ini masihlah penting. Kebencian mereka adalah energi potensial yang suatu saat dapat dimanfaatkan untuk melontarkan diri kita lebih jauh ke depan. 

Oleh karena hubungan pertemanan dan permusuhan selalu berada dalam kesetimbangan yang perlu dikelola untuk melayani tujuan kita, ironi terbesar yang mungkin akan kita hadapi adalah bahwa hidup ini terasa sangat sepi di tengah hiruk-pikuknya.

Perhatikan siapa yang datang dan pergi, baik di masa-masa sulitmu maupun di masa-masa gembiramu. Janganlah terlalu dalam membenci, sebab suatu hari boleh jadi penyelamatmu adalah musuh bebuyutanmu. Dan janganlah terlalu nyaman dalam keintiman, sebab dari nyaman datang rasa lalai dan darinya selalu ada sebilah pisau yang siap menikam dari belakang punggungmu.

Jangan terlalu gigih membusungkan dada, sebab akan selalu ada orang yang tidak menyukaimu di luar sana, siap untuk menghukum keangkuhan itu. Namun jangan pula terlalu sering bersembunyi di balik kepura-puraan dalam bentuk apapun, sebab terkadang kau perlu bersikap tegas dan berdiri di bawah lampu sorot untuk menyelamatkan keadaan. 

Bersikaplah penuh kehati-hatian sembari tetap memperhatikan ke mana arus mengalir dan seberapa curam medannya. Hanya dengan cara demikian kau dapat mengelola relasi dengan bijak.

Bermimpi itu penting, dan ia menjadi semakin penting justru di masa-masa sulit. Mimpi bukan sekadar pemberi tujuan di tengah perjuangan yang tak kunjung selesai, namun ia juga adalah suatu bentuk kemewahan bagi jiwa yang mampu tetap merdeka, tak peduli apakah hari ini menjadi budak adalah nasib yang mujur atau nasib yang buruk. 

Banyak orang pandai menyerah terhadap mimpi masa mudanya ketika mereka diberikan fasilitas mewah dan tunjangan besar dari jabatan kerja yang diembannya. Visi dan misi hidupnya mendadak sejalan dengan Anggaran Dasar institusinya. 

Sepanjang karir makan gaji dan bonus, setelah berhenti menggantungkan nasib dari uang pensiun. Ketika muda dan berdaya ia curahkan semua demi pemberi kerja, ketika tua dan renta mau apa-apa pun susah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun