Mohon tunggu...
Lulu Au
Lulu Au Mohon Tunggu... -

22 Tahun dengan sedikit pengalaman yang bermetamorfosis jadi pelajaran,, ^^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kristal

8 Juli 2011   20:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:49 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di balkon kamarnya, Aura menggenggam kalung pemberian Alan cukup lama. Kemudian melepasnya dari lehernya. Memandanginya sebentar dan memasukkannya kedalam kotak. Di kemasnya di kotak yang lebih besar, di bungkusnya dengan rapi beserta kotak yang lainnya. Aura masuk ke kamarnya. Memandangi kopernya. Tiket tujuan Singapore sudah ada di mejanya.

Surabaya, 01 Agustus 2011
08.15 WIB, Bandara

Alan menggenggam erat kalung yang pernah ia berikan pada Aura, di tahun pertama mereka bersama. 20 menit yang lalu, perjalanan 45 menit ia tempuh 20 menit untuk mencapai bandara. Setelah ia dating ke rumah Aura, dan rino mengatakan bahwa kakanya akan terbang. Alan tak bertanya kemana, ia hanya bergegas ke bandara. Tapi sepertinya ia terlambat.

To : Alan , cinta yang kutemukan saat aku kehilangan.
Saat ini, mungkin aku sudah tak lagi bisa melihat wajah tampan vokalis kesayanganku ini. 
01 Juli 2011. Terima kasih, untuk 2 tahun penuh arti selama ini. Terima kasih, untuk pengertian yang tak pernah habis. Terimakasih untuk pernah mempercayakan krystal hatimu. Maaf, karena ternyata aku tak sanggup menjaganya, lebih lama lagi. Semoga Biyan bisa menjaganya lagi, aku yakin, kali ini ia takkan memecahkan krystal itu lagi. Iya, kan. Alan. Waktu yang kamu berikan untuk aku sepertinya tak akan cukup. Dan aku takut, kamu akan lelah terlalu lama menunggu. Jadi jangan lagi menunggu ya, pangeran malamku.
Bye.semoga kamu bahagia selalu.
With a lot of love ,, Aura.

Surat itu tergenggam di tangan kiri Alan, bersama syal bersulam .010809.
Kenapa bandara terasa begitu sepi kali ini. Pikir Biyan. Sambil menatap nanar pada sosok yang tengah terisak tak jauh didepannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun