Mohon tunggu...
Lulu Au
Lulu Au Mohon Tunggu... -

22 Tahun dengan sedikit pengalaman yang bermetamorfosis jadi pelajaran,, ^^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kristal

8 Juli 2011   20:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:49 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana cafe malam itu cukup lengang mungkin karena bukan malam minggu, jadi tak terlalu banyak pengunjung. Alan meminum kopinya perlahan, menghembuskan napasnya berat. Pikirannya dipenuhi dengan wajah sendu Aura beberapa hari ini. Alan merasa ada yang mengganggu ceweknya itu, tapi ia tidak tahu apa. Karena di depannya Aura selalu berusaha tersenyum dan menampakkan bahwa ia baik-baik saja. Tapi mata Alan tak bisa di bohongi. Dia tahu ada beban di hatinya. Alan sempat berpikir, mungkinkah ini ada hubungannya dengan dirinya. Tapi ia kemudian menggeleng.
“Nggak mungkin, Aura nggak mungkin tahu soal ini.” Batinnya , tapi entah kenapa ada keraguan dihatinya. Yang berusaha diingkarinya.
“Kopi itu bisa menguap lama-lama kamu pandangi seperti itu,” teguran disebelahnya membuat Alan terkejut. Alan tersenyum tipis.
“kenapa? Ada masalah sama Aura?.” Pertanyaan yang langsung pada sasaran itu membuat Alan tertegun. Tak mampu bicara. Dan Biyan sudah tahu jawabannya. Dia tak lagi bertanya, hanya menyandarkan kepalanya di bahu Alan. Melingkarkan lengannya di pinggang cowok yang kini Cuma diam itu.
Di sudut lain, sepasang mata menatap tajam keduanya. Kemudian segera pergi meninggalkan cafe.

Surabaya, 21 Juli 2011
08.00 WIB,

Aura segera turun dari pesawat. Menginjakkan kakinya di bandara, dan segera meninggalkan bandara menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, Aura melihat Rino, adiknya yang paling kecil, tengah bermain dengan Alan di teras belakang . Alan menyadari kedatangan Aura. Di lihatnya cewek itu naik ke kamarnya.
“Udah lama?.” Tanya Aura begitu turun dan menemui Alan di teras depan. Alan mengangguk.
“kenapa nggak kasih tahu kalau kamu mau ke bandung? Aku kan bisa anter. Paling nggak ke Bandara.” Alan sama sekali tidak menyembunyikan kekesalannya. Aura tersenyum.
“Maaf Lan, mendadak soalnya. Tante mendadak harus keluar kota , jadi aku diminta nemenin nenek disana.”
“tapi kan kamu bisa sms begitu sampai,” masih dengan nada kesal, Alan menjawab penjelasan Aura.
“hp ku lowbat, maaf.”
“oke, tapi sesibuk itu kamu dibandung? Sampai selama seminggu di sana, kamu jarang banget bales sms ataupun bbm aq?. Telponku juga nggak pernah kamu angkat. Aura Cuma diam, percuma bicara.pikirnya. karena ia juga sama sekali tak pandai berbohong. Aura memang ingin sejenak mendamaikan hatinya, itulah alasan ia sedikit tidak menghiraukan Alan selama di bandung.
“kenapa diem?.” Pertanyaan Alan selanjutnya memecah kebisuan yang sepersekian waktu terjadi.
“iya udah, aku emang salah. Maaf ya.” Alan Cuma menggeleng. Mengambil kunci mobilnya dan pergi.

Jam di layar handphonenya menunjukkan pukul 21.00 WIB

Aku mau kita selesein masalah ini secepatnya. Aku gak tahu kamu kenapa. Tapi aku ga bisa kamu diemin terus kaya gini.
Received : 20.30
Sender : Alan

Aura membuka lagi pesan singkat yang diterimanya 30 menit yang lalu itu. Belum membalasnya. Dan di kamarnya, Alan membanting hp nya ke kasur.

Surabaya, 31 Juli 2011
Studio Musik, 22.00

Yudha bergegas memarkir mobilnya, dan segera masuk ke studio tempat ia biasa latihan. Hari ini ia pulang setelah lebih dari 2 minggu berada di luar kota untuk keperluan promo albumnya.
BUGH !!. suara hantaman cukup keras dilayangkan Yudha padha seseorang yang sedang berlatih di studio tersebut membuat yang lain kaget. Terutama Alan. Berusaha bangun sambil memegangi perutnya yang sakit lantaran pukulan Yudha. Matanya melotot tajam memandang temannya itu.
“Lo,,,”
“BRENGSEK!.” Yudha memotong ucapan Alan. Alan jelas kaget mendengar umpatan Yudha, pikirannya benar-benar tidak bisa mengerti.
“Maksud lo apa hah?!, dating-datebg maen tonjok seenaknya, sakit bego,” teriak Alan
“kalo bukan temen gue, gue bisa mampusin lo!” jawab Yudha, menatap tajam pada Alan yang masih marah sekaligus bingung.
“Lo pikir karena sekarang lo udah jadi pemusik , terus lo bisa mainin cewek seenak jidat lo ?. lo gila Lan,” Alan terkejut mendengar penuturan Yudha.
“kenapa? Lo piker gue ga tahu hubungan lo sama mantan lo itu hah?, emang brengsek lo Lan,” Yudha kembali maju memukul Alan, tapi kali ini tertahan oleh tangan Alan yang menggenggam erat tanggannya. Menahan kepalannya di udara. Alan menghempas tangan temannya itu.
“Lo, tau sejak kapan?” Alan terbata menanyakan hal itu
“ sebelum gue keluar kota, gue liat lo di cafe sama cewek itu. Kenapa? Lo mikir gue ga harusnya tahu?.” Alan bingung menjawab berondongan pertanyaan Yudha
“Lo harusnyan mikir, kalo gue aja eneg tau kenyataan ini, gimana sama Aura hah?! Lo sama sekali ga mikirin perasaan cewek yang udah bertahan disamping lo sampai lo jadi seperti sekarang?. Sinting!”
Alan terhenyak kali ini, Aura tahu? Kenapa dia sama sekali gak bicara apa-apa? Pikirnya. Bahkan saat Alan memutuskan untuk member waktu Aura sendiri, break ucapnya waktu itu. Aura Cuma bilang iya. Tanpa mengatakan apa-apa. Apa ini alasannya .
“darimana Aura tahu, kapan” bisik Alan seperti pada dirinya sendiri.
“2 Bulan yang lalu,!” dan jawaban pelan Yudha kali ini malah terdengar seperti petir di telinga Alan. Ia shock.

Surabaya, 01 Juni 2011
19.00 WIB , Kost

Di balkon sebuah bangunan yang sepertinya kost-kostan itu. Namapak sepasang cowok dan cewek tengah menikmati secangkir kopi. Tak lama, si cowok beranjak ke tepi balkon, berbicara entah apa. Dan si cewek kemudian memeluknya dari belakang. Cukup lama, dan kemudian mereka berciuman.
10 Menit rasanya waktu yang amat sangat cukup untuk Aura bertahan melihat adegan yang tersaji di balkon itu, dari mobilnya yang terparkir tak jauh dari rumah kost itu. Kondisi malam yang saat itu tengah bulan purnama, membuat matanya sanggup mengenali dengan sangat jelas pasangan itu. Dan cukup untuknya pergi. Pasangan itu sama sekali tidak menyadari sepasang mata yang sedang menatap nanar keduanya. Mungkin lantaran Biyan dan Alan memang larut dalam perasaan mereka.
Aura pulang, di tengah jalan, bungkusan berisi makanan kesukaan Alan yang tadinya ingin diberikannya pada penghuni kost itu, ia buang. Sepertinya bukan hanya makanan yang terbuang malam itu.

Bandung, 31 Juli 2011
23.00 WIB, Rumah tante Mira

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun