Yang pertama yaitu Suudzan atau berburuk sangka ini adalah merupakan larangan bagi orang yang beriman. Menuduh orang lain tanpa dasar hanya dengan menilai dari penampilan atau memvonis seseorang dikarenakan aib masa lalunya tanpa tabayyun terlebih dahulu.
Suudzan merupakan perilaku yang dilarang karena menjadikan hidup kita tak tenang dan selalu dalam bayang-bayang keburukan yang akan terjadi. Suudzan juga perilaku yang dapat memutus tali silahturahim, dikarena senantiasa berburuk sangka sehingga menimbulkan perpecahan baik itu dengan keluarga, teman maupun orang lain.
Akan tetapi disini ada pengecualian, dalam Tafsir Al-Jalayn disebutkan bahwa Suudzan yang dilarang itu adalah Suudzan kepada orang yang baik atau terpercaya serta khususnya juga kepada orang mukmin. Sedangkan dalam berburuk sangka kita kepada orang yang fasik maupun munafik tiada dosa bagi kita, karena ini bentuk dari waspada terhadap perilaku keburukan yang tampak dari mereka .Â
Yang kedua adalah berperilaku Tajassus atau mencari-cari aib serta kesalahan orang lain dengan mengupas secara tuntas setajam Silet ini  merupakan perilaku yang dilarang. Salah satu bentuk tajassus adalah memaksakan orang lain untuk mengakui keburukannya. Bagai detektif dengan seribu macam cara ia gunakan agar tersangka mengakui kesalahannya (Tentunya dalam konteks kesalahan yang tidak membawa mudhorot besar bagi Ummat secara keseluruhan). Karena itu merupakan aib seseorang, sudah sepantasnya kita menjaganya kehormatannya walaupun kita memang melihat aib yang ia lakukan.
Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba yang senantiasa  menolong saudaranya."
[HR. Tirmidzi]
Kita juga manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, adakalanya kita juga akan berlaku keburukan dan tentunya kita senantiasa menjaganya agar tidak diketahui oleh orang lain guna menjaga kehormatan kita. Sebagaimana kita tidak ingin aib kita diketahui oleh orang lain, maka sudah sepantasnya kita selaku muslim untuk menjaga kehormatan saudara kita sesama muslim. Dan beruntunglah kita yang sibuk dengan aib diri kita sendiri, sehingga ia tak mempunyai waktu untuk melihat aib orang lain.
Sebagaimana Sabda Rasul kita, dari suatu hadits hasan oleh Anas Ra. diriwayatkan oleh salah satu Ulama Hadits kita Imam Al-Bazzar dalam Musnadnya Al-Bazzar
"Berbahagialah orang yang tersibukkan dengan aibnya sehingga ia tidak memperhatikan aib orang lain."
Dan yang ketiga adalah Ghibah (membicarakan keburukan orang lain) ini perilaku yang sangat dilarang. Bahkan diibaratkan oleh Allah swt. seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Tentu kita akan merasa jijik terhadap hal itu.Â
Pernah suatu ketika Rasulullah saw. Berkata kepada para Sahabat tentang Ghibah,
"Tahukah kalian apa itu Ghibah ?"
Maka para sahabat berkata :
" Allah dan Rasulnya lebih mengetahui "
Beliau (Rasulullah saw) bersabda :
"Ghibah adalah engkau membicarakan keburukan orang lain yang mereka tidak menyukai apabila itu diketahui."
Lantas para sahabat berkata :
" Bagaimana jika itu merupakan kebenaran."
Maka Rasulullah saw. Menjawab
" Jika yang kalian bicarakan itu benar maka itu Ghibah, dan kalau yang kalian bicarakan itu salah maka itu Fitnah."