Pernahkah saudara yang hidup dalam kesulitan ekonomi dianggap remeh oleh saudara sendiri yang hidupnya sudah kaya?
Ada rasa ketakutan ketika kita bertandang ke rumahnya. Ada perasaan tak nyaman ketika saudara yang hidup susah datang.
Ketika ada kebutuhan mendesak hendak meminta bantuan pinjaman jawabannya macam-macam yang intinya tak bersedia meminjamkan.
Alasan yang paling gampang adalah tak ada uang. Tagihan lagi macet. Tapi berselang tak lama bisa beli rumah baru dan mobil baru. Tinggal kita yang menelan air liur sendiri.
Mau protes? Apa hak kita? Sebagai orang tak mampu paling bisa menerima nasib saja daripada dongkol yang akan semakin menyakitkan hati.
Padahal sejatinya sesama saudara itu bisa saling membantu dan meringankan. Yang berlebih membagikan kepada saudara yang masih kekurangan. Sebaliknya yang kekurangan mendoakan saudaranya yang sudah kaya. Tidak aji mumpung. Tetap berusaha.
Seorang kawan bercerita dengan kecewanya. Betapa sakit hatinya. Sebenarnya ada rasa enggan untuk meminta tolong pada saudara yang dianggap mampu. Tapi namanya usaha apa salahnya dicoba.
Berniat meminjam sekian juta untuk modal dan berkomitmen akan menyicil. Bukan hanya tak bersedia meminjam, malah disindir dengan kata pedas dan hinaan.
Setelah kejadian itu ia meniatkan diri tak akan meminta bantuan lagi kepada saudaranya apapun yang terjadi. “Anggap saja tak punya saudara lagi!”
Mendengar cerita teman ini rasanya mengingatkan pada kejadian sendiri yang lebih menyakitkan. Ketika istri terbaring sakit dan harus dioperasi yang membutuhkan biaya cukup besar.
Saudara yang dihubungi sekadar untuk mengabarkan malah tak mengubris. Pura-pura tak mendengar. Tak berani membesuk sama sekali ketakutan diminta bantuan biaya barangkali. Sejujurnya mengharapkan bantuan, sebab dana yang tersedia cuma sejuataan.
Dalam hati saya menguatkan diri. Saudara tak mau membantu tak apa. Saya masih punya Tuhan yang bisa diminta bantuan. Saya berdoa dan pasrah atas pertolongan-Nya.
Apa yang terjadi? Ada teman adik ipar yang tak saya kenal malah bersedia memberikan sejumlah dana yang sangat membantu. Sebelum liburan ke Amerika Serikat khusus datang ke rumah adik mengantarkan uangnya.
Atas kejadian saya menguatkan diri dengan perkataan,”Bila percaya pada manusia, maka akan mengalami kekecewaan. Tetapi bila percaya pada Tahun, maka engkau takkan pernah dikecewakan.”
Saya kira kata-kata tersebut relevan untuk teman saya itu. Kesimpulannya jangan percaya kepada saudara karena dengan mudah ia akan meninggalkan ketika kesulitan. Namun percayalah pada Tuhan, sebab Ia takkan pernah meninggalkan umat-Nya yang percaya.
Sekedar informasi untuk kawan – kawan yang pernah mengalami hal sedemikian, semoga bisa bermanfaat untuk kedepannya agar selalu dalam keadaan baik.
Oleh : regina santi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H