Mohon tunggu...
Satrio Utomo
Satrio Utomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Inggris Semester Akhir

Seorang pembaca yang juga suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Merayakan Insecurity di Bedah Buku "Insecurity is My Middle Name" bersama Perpustakaan BI Jatim

3 Mei 2024   07:00 Diperbarui: 3 Mei 2024   07:04 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 23 April 2024 kemarin dirayakan sebagai Hari Buku Sedunia. Perpustakaan Bank Indonesia Jawa Timur merayakannya dengan beragam kegiatan mulai dari tanggal 27-30 April 2024. Salah satunya adalah dengan mengadakan Bedah Buku Insecurity is My Middle Name bersama dengan penulis buku tersebut, Alvi Syahrin. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 27 April 2024 di Perpustakaan Bank Indonesia Jawa Timur yang berlokasi di  Jl. Taman Mayangkara No.6, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur. Selain Bedah Buku, di hari itu juga dimulai pembukaan bazaar buku yang berlangsung hingga tanggal 30 April 2024.

Dalam acara tersebut, kami membicarakan segala hal tentang insecurity. Termasuk juga alasan penulis buku tersebut, Alvi Syahrin, saat akan menulis buku ini. Beliau mengaku kalau ingin memberikan bacaan dari first person POV terkait bagaimana rasanya menjadi orang yang memiliki beragam insecurity. Bahkan, berdasarkan penuturan beliau, sampai sekarang pun Alvi Syahrin masih mengalami insecure saat hendak menerbitkan buku baru. Setelah keseruan membicarakan buku Insecurity is My Middle Name, lima puluh pendaftar pertama pun diarahkan untuk menuju ruang lain untuk sesi penandatanganan buku bersama Alvi Syahrin dan kegiatan pun ditutup.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Sangat kaget ternyata seorang Alvi Syahrin masih memiliki rasa insecure sebelum menerbitkan buku baru. Padahal, sudah ada beberapa buku beliau yang viral di platform video pendek yang terkenal itu. Contohnya, ada Overthinking is My Hobby and I Hate It, Loneliness is My Best Friend, Insecurity is My Middle Name, dan masih banyak lagi. Apalagi, menurut pengakuan beliau di acara Bedah Buku kali ini, diketahui juga kalau beliau sudah pernah menerbitkan novel jauh sebelum menerbitkan buku-buku pengembangan diri yang terkenal saat ini. 

Dalam acara tersebut, pembicara banyak bercerita tentang awal mula kisah karir menulis beliau. Juga bagaimana beliau menilai kalau insecurity bukanlah hal positif, tapi bukan juga hal negatif. Karena, dengan adanya rasa insecure, manusia bisa mencoba untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Alvi Syahrin juga menetapkan batasan-batasan yang jelas di mana beliau tidak mau menjawab hal-hal yang dirasa tterlalu pribadi. Beliau mengungkapkan kalau alasannya adalah ini acara Bedah Buku, bukan Bedah Diri. Dengan terbatasnya waktu yang diberikan, hal ini sangat baik dilakukan. Dengan begitu, pembicaraann yang terjadi tidak melebar dan berfokus pada buku Insecurity is My Middle Name dan karya-karya beliau lainnya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Interaksi dengan para peserta juga terjalin dengan baik. Pembawa acara sering melibatkan peserta dalam pembicaraan. Juga ada sesi tanya jawab bersama penulis. Dan dari tanya jawab itu juga didapatkan banyak kesan dari para pembaca karya-karya Alvi Syahrin. Saat-saat membicarakan rasa insecure jadi menyenangkan dan menyadarkan diri bahwa setiap orang memiliki insecurity-nya masing-masing, dan itu hal yang wajar. Sangat menakjubkan bagaimana dari tulisan saja, sebanyak dua ratus peserta bisa menjadi satu dan merasa relate dengan apa yang ditulis Alvi Syahrin dalam karya-karyanya. Hal yang paling menyentuh adalah Alvi Syahrin menyempatkan untuk menyampaikan rasa terima kasihnya pada para peserta secara pribadi. Bahkan beliau mendekat ke tempat peserta dan mengucapkan rasa terima kasihnya sekali lagi. Pada saat beliau harus berpindah ruangan pun, saat ada yang menghentikan untuk bercengkerama ataupun meminta tanda tangan pada buku mereka, Alvi Syahrin meladeni mereka satu per satu.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Perpustakaan BI Jatim ini terletak di pinggir jalan utama, jadi aksesnya sangat mudah dan sangat mudah ditemukan. Dulunya, bangunan ini merupakan rumah dari pejabat pada masa kolonial. Arsitekturnya sangat cantik. Suasana di dalam juga terasa adem dan tenang. Pembatasan peserta offline yang hanya 200 orang juga merupakan strategi yang sangat baik. Karena dengan begitu, walaupun yang datang cukup banyak, tapi para peserta tidak berdesakan di dalam. Masih tersedia ruang yang cukup bagi semuanya. Kenyamanan para peserta sangat terjamin. Bahkan, saat pertama datang, kami diberi konsumsi snack dan air minum. Saat acara berakhir pun, kami masih disajikan makan siang yang disiapkan oleh pihak Perpustakaan.

dok. Pribadi
dok. Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun