Mohon tunggu...
Satrio Piningit
Satrio Piningit Mohon Tunggu... -

jer besuki mawa bea

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apollo Tak Mendarat di Bulan: Proyek Hoax Rp 2000 Triliun

6 April 2016   11:55 Diperbarui: 4 April 2017   17:48 28386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Direktur NASA, Werhnher von Braun, di lokasi latihan dan syuting Apollo 11 tahun 1969 | sumber foto: abovetopsecret.com"][/caption]Benarkah manusia pernah mendarat di bulan? Atau sebenarnya cuma rekaman video yang dibuat di bumi untuk “menyelamatkan” proyek Rp 2000 Triliun? Artikel sederhana ini bermaksud untuk membahas berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang kredibel.

[caption caption="| sumber foto: yournewswire.com"]

[/caption]

1. Visi Negarawan

Proyek Apollo dimulai ketika panas-panasnya persaingan Perang Dingin pada dekade 60an. AS tertinggal dari seterunya, Uni Soviet, dalam pengembangan teknologi aeronotika, yang erat kaitannya dengan supremasi teknologi militer.

Sebelumnya, Soviet telah berhasil mengirim hewan ke luar angkasa tahun 1951 (sumber: Nasa Aeronautics & Space Administration). Tahun 1956, Soviet berhasil menempatkan satelit pertama di luar angkasa (low earth orbit), yakni Sputnik.

[caption caption="(Yuri Gagarin, manusia pertama yang pergi ke angkasa luar tahun 1961) | sumber foto: pics-about-space.com"]

[/caption]12 April 1961, Soviet berhasil mengirim manusia pertama ke angkasa luar, yakni kosmonot Yuri Gagarin, dengan pesawat Vostok 1.

Hal itu tentu membuat AS panik. Sebulan kemudian, tanggal 25 Mei 1961 Presiden John F. Kennedy berpidato di depan Kongres bahwa “kita akan mengirim manusia ke bulan pada akhir dekade ini” (sumber: space.com).

[caption caption="(Pidato bersejarah JFK tentang misi ke bulan, Mei 1961) | sumber foto: space.com"]

[/caption]

2. Proyek Besar

Maka dimulailah proyek milaran dolar bernama “Apollo” (dewa pagan Yunani Kuno). Total proyek Apollo bernilai USD 25.4 miliar, atau senilai USD 150 miliar jika dihitung dengan nilai uang sekarang (sumber: The Telegraph). Dengan asumsi kurs dolar per-hari ini Rp 13.300,- maka total nilai proyek adalah sekitar Rp 2000 Triliun.

[caption caption="Mega Proyek Apollo Mission, total senilai Rp 2000 T (uang sekarang) | sumber foto: pics-about-space.com"]

[/caption]Bisa dibayangkan berapa keuntungan yang diperoleh para kontraktor dan bonus pegawai NASA. Ada 2000 triliun kepentingan dalam proyek tersebut.

3. Diambang Kegagalan

NASA, yang dipimpin mantan saintis NAZI Wernher von Braun, tentu berusaha maksimal agar program Apollo berhasil. Namun, persoalannya tidak sesederhana itu. Saksikan klip lucu tentang peluncuran roket yang gagal di era itu, disini.

[caption caption="(Klip lucu peluncuran roket yang gagal era 60an) | sumber foto: dokpri"]

[/caption]Kalau melihat videonya, tentu orang tertawa. Laporan resmi NASA, "System Failure Case Study Details", melaporkan bahwa Neil Armstrong nyaris tewas ketika latihan misi Apollo gara2 Lunar Landing Research Vehicle (LLRV) meledak, setahun sebelum berangkat ke bulan. Untung dia sempat lompat terjun payung.

[caption caption="(Neil Armstong terjun payung akibat roketnya meledak, 6 Mei 1968) | sumber foto: spaceflight1.nasa.gov"]

[/caption]Itu baru soal teknik mesin, belum lagi soal fakta astronomi. Pada ketinggian 1.000 s.d. 60.000 km dari permukaan bumi, terdapat medan radiasi yang disebut Van Allen Belt. Mahluk hidup tak akan bisa melewatinya dengan selamat, tanpa teknologi pelindung. Itu sebabnya, sampai sekarang pun semua satelit dan semua pesawat ruang angkasa berawak berada pada Low Earth Orbit (di bawah 1000 km). Rata-rata satelit berada pada ketinggian 332 km (sumber: spacetoday.org). Yang paling tinggi Teleskop Hubble, ketinggian 596 km (sumber: hubblesite.org), hanya 1/700 jarak ke bulan.

Sebenarnya normal-normal saja jika program Apollo belum berhasil. Tenggat waktu 1 dekade yang ditetapkan JFK memang sangat mepet. Faktanya, tak ada pencapaian agung yang berhasil diraih pada upaya pertama.

Wright bersaudara butuh berapa kali gagal sebelum berhasil menerbangkan pesawat pertama. Upaya pendakian Mt. Everest yang pertama juga berakhir dengan kematian para pendaki. Thomas Edison melewati kegagalan berapa ratus kali sebelum berhasil menyalakan lampu pertama. Penempatan pertama teleskop Hubble di dekat bumi tahun 1990 pun pada upaya pertama juga gagal berfungsi disebabkan malfunction lensa kaca, hingga harus dikirim misi perbaikan yang memakan biaya jutaan dolar.

Justru heran jika orang berhasil mendarat di bulan pada upaya pertama tahun 1969, yang secara teknis jauh lebih kompleks dan jaraknya 700 kali lebih jauh dari Hubble yang gagal berfungsi pada upaya pertama tahun 1990.

Ketika itu, Richard Nixon baru diangkat jadi Presiden bulan Januari 1969. Setelah pemerintahan sebelumnya menghabiskan bujet begitu besar untuk Apollo, sementara 7 bulan sebelum tenggat waktu LLRV masih gagal fungsi, pemerintahan Nixon dan para petinggi NASA di bawah von Braun berada dalam tekanan besar. Seperti umumnya dalam dunia intelijen militer, bahkan di dunia manajemen modern pun, para eksekutif pasti punya Plan A/Plan B/Plan C.

[caption caption="Direktur NASA, Werhnher von Braun, di lokasi latihan dan syuting Apollo 11 tahun 1969 | sumber foto: abovetopsecret.com"]

[/caption]Opsi-opsinya adalah:

Plan A: terus berusaha agar target waktu tercapai. Ini yang sudah dijalankan tapi belum tercapai di akhir dekade (1969) sesuai misi Kennedy.

Plan B: Mengakui bahwa misi belum berhasil dijalankan, yang berarti gagal memenangi superioritas Perang Dingin, dan risiko pengurangan bahkan penghentian bujet NASA oleh Kongres. Pilihan yang tentunya tak enak buat Nixon, yang baru beberapa bulan menjabat Presiden.

Plan C: Ibarat orang pegang kartu buruk, lantas poker face dan pasang taruhan tinggi (bluffing). Bikin rekaman video palsu seolah sukses berangkat ke bulan. Tujuannya? Memenangi superioritas teknologi Perang Dingin, meningkatkan popularitas Nixon yang baru beberapa bulan terpilih, dan meningkatkan bujet NASA yang profitnya besar itu (ada lima misi lagi setelah Apollo 11).

Kita sebagai orang normal, tentu tak berani ambil Plan C itu. Bagaimana mungkin menipu umat manusia sedunia?? Tapi Presiden Nixon bukan sekali dua kali menipu dunia. Dia jelas-jelas berbohong soal Vietnam, yang menewaskan ribuan tentara AS seperti yang diungkap di harian The Washington Post: "Nixon's Big Lie".  Selain itu, Nixon pun terbukti melakukan dirty tricks lewat skandal Watergate.

[caption caption="(Richard Nixon, Presiden penuh skandal) | sumber foto: amazon.com"]

[/caption]

4. Bukti-bukti yang Tak Terbantahkan

Beberapa fakta yang tak terbantahkan bahwa tahun 1969 manusia belum bisa pergi ke bulan adalah:

4.1 Teknologi Belum Siap

Untuk mendarat di bulan, NASA menggunakan teknologi vertical & take-off landing yang dinamakan LLRV (Lunar Landing Research Vehicle). Kontraktornya adalah Bell, perusahaan helikopter AS, bukan spesialis jet (sumber: "LLRV Monograph", History.nasa.gov).

Setelah LLRV yang ditumpangi Neil Armstrong meledak tanggal 6 Mei 1968, pesawat eksperimen berikutnya yaitu LLRV B-1 pun meledak tanggal 8 Desember 1968 (7 bulan sebelum Apollo berangkat). Eksperimen LLVR terakhir adalah tanggal 29 Januari 1971 (dua tahun setelah Apollo “mendarat di bulan"). Itu pun masih meledak juga, tak berhasil mendarat waktu latihan (sumber: NASA, "System Failure Case Study Details").

[caption caption="(Dua tahun setelah 1969 pun LLRV masih meledak di bumi, 29 Januari 1971) | sumber foto: nsc.nasa.gov"]

[/caption]Fakta-fakta tersebut bertentangan dengan kisah Apollo 11 yang berhasil mendarat di bulan yang permukaannya tak rata, bahkan tak ada bekas-bekas pembakaran di kaki LLRV di bulan, seperti mendarat tanpa mesin jet.

[caption caption="| sumber foto: enkivillage.com"]

[/caption]

4.2 Tahun 2014 pun NASA Belum Bisa Atasi Radiasi Van Allen

Seperti telah dikemukakan di atas, Van Allen Belt  (1,000 s.d. 60,000 km di atas bumi, 1/6 perjalanan ke bulan) adalah medan radiasi yang sangat berbahaya baik bagi perangkat elektronik apalagi bagi manusia. Itu sebabnya, sampai saat ini, seluruh satelit dan seluruh pesawat ruang angkasa berawak tak pernah lewat dari Low Earth Orbit (LOE), sekitar 1,000 km dari permukaan bumi (referensi disini).

Fakta penting ini yang disembunyikan oleh NASA, sehingga seolah begitu mudahnya 6 misi Apollo mendaratkan astronot di bulan pada periode 1969-1973.

Lucunya, baru tahun 2014 lalu, saintis NASA yang bertanggung jawab atas misi Orion secara tak langsung mengatakan bahwa NASA belum punya teknologi untuk melindungi manusia dari radiasi Van Allen Belt. Ia mengatakan, "We must solve these challenges before we send people through this region of space." Dia bicara soal Mid Earth Orbit, ketinggian 6000 km, baru 2% perjalanan ke bulan. Lantas, bagaimana mungkin NASA kirim orang ke bulan tahun 1969-1973? Klik videonya disini.

[caption caption="tayangan video laporan saintis NASA tentang Van Allen Belt | sumber foto: dokpri"]

[/caption]

4.3 Bukti Nyata Video Palsu

Para astronot, yakni Neil Armstrong; Buzz Aldrin; dan Michael Collins memang berangkat ke luar angkasa naik Apollo. Tapi tak melewati Low Earth Orbit (1000 km), zona aman dari Van Allen Belt. Dihitung dari rata-rata jarak bumi ke bulan (+/- 384,000 km), Low Earth Orbit itu baru 0.3% dari perjalanan.

Rekaman yang ditayangkan NASA berikut ini adalah bukti yang tak terbantahkan bahwa para astronot itu masih di Low Earth Orbit (0.3% perjalanan) dan pura-pura sudah di dekat bulan. Klik videonya disini.

[caption caption="| sumber foto: dokpri"]

[/caption]Dari video itu, kita bisa lihat dengan mata kepala sendiri bahwa Neil Armstrong syuting permukaan bumi dari kaca jendela yang ditutupi supaya gelap sehingga memberi efek ilusi optikal seolah-olah buminya jauh. Begitu jendelanya terbuka, ternyata terang benderang dan masih dekat bumi. Jelas sekali mereka masih ada di Low Earth Orbit (0.3% dari perjalanan). Mereka pikir itu tak direkam. 

Berikut ini video rekaman omongan Buzz Aldrin yang lapor sedang tutupi jendela-jendela Apollo supaya buminya keliatan gelap dan jauh. Klik videonya disini.

[caption caption="| sumber foto: dokpri"]

[/caption]Kalau mereka benar-benar pergi ke bulan, buat apa bohong syuting bumi dari Low Earth Orbit dan merekayasa efek supaya buminya keliatan kecil??

4.4 Foto-foto yang Janggal

Fakta keempat adalah kejanggalan-kejanggalan fotografi yang sudah banyak beredar di internet.

[caption caption="(Astronot memotret dari dada tanpa fokus dan zooming, tapi hasilnya sangat perfect seperti fotografer pro di studio) | sumber foto: collectspace.com"]

[/caption]

4.4.1 Bayangan yang Tidak Konsisten

Hanya ada satu sumber cahaya di bulan, yaitu sinar matahari. Karena matahari hanya satu, bayangannya sudah pasti perspektif searah. Namun, pada kenyataannya, bayangan pada foto-foto astronot di bulan arahnya bersimpangan. Ini menandakan ada banyak sumber cahaya dari sudut yang berbeda-beda, semacam lighting set dalam studio pemotretan.

[caption caption="(Arah bayangan bersimpangan, pertanda ada banyak lampu dari sudut yang berbeda-beda) | sumber foto: dazeddigital.com"]

[/caption]

Pada foto di bawah, Buzz Aldrin pertama kali turun dari Apollo di area bayangan pesawat (pertanda matahari ada di depan Aldrin). Mustinya bajunya gelap kena bayangan pesawat. Namun bajunya terang benderang seperti terkena sorot lampu.

[caption caption="| sumber foto: bbc.co.uk"]

[/caption]Semua orang pasti pernah melihat foto fenomenal di bawah ini. Kalau diperhatikan pantulan foto di kaca helm, terlihat bayangan menunjukkan arah sinar dari depan astronot yang dipotret. Sementara astronot yang memotret bajunya terang berkilauan, berarti ada lampu dari arah yang berlawanan.

[caption caption="| sumber foto: guardiantv.com"]

[/caption]

4.4.2 Angin di Bulan

Bulan nyaris tak memiliki atmosfir, sehingga tak ada angin. Namun bendera yang dipasang astronot berkibar kena angin.

[caption caption="| sumber foto: schillerinstitute.org"]

[/caption]

Ada profesor astronomi terkenal di AS menjelaskan bahwa bendera itu bukan berkibar melainkan karena bagian atasnya memang ada kerangka siku dengan tiangnya. "Penjelasan" seperti itu justru menunjukkan bahwa profesor kondang yang terafiliasi NASA pun tak mampu menjelaskan. Sebab, yang dipertanyakan orang bukan bagian atasnya, melainkan bagian tengah dan bawah bendera yang terlihat jelas terkena angin.

4.4.3 Tak Ada Bintang

Di bulan yang tak ada awan, mustinya bintang-bintang bertaburan dengan indahnya. Tapi, dari ratusan foto astronot, tak ada satu pun bintang yang kelihatan.

[caption caption="| sumber foto: alterinfo.net"]

[/caption]Belakangan banyak orang yang sok tahu menjelaskan kenapa tak ada bintang disitu. Pengamat memang seolah lebih pintar dari pelaku di lapangan. Coba lihat rekaman video otentik press conference pertama dan satu-satunya dari ketiga astronot. Armstrong, Aldrin dan Collins tampak tegang dan gelagapan ketika ditanya wartawan kenapa tak ada bintang di bulan. Klik videonya disini.

[caption caption="| sumber foto: dokpri"]

[/caption]

4.5 Hanya Ada di Periode Nixon

Fakta kelima yang tak terbantahkan, seluruh misi Apollo yang "berhasil mendarat di bulan" -- Apollo 11, 12, 14, 15, 16, dan 17 dari tahun 1969 s.d. 1972 -- hanya terjadi di pemerintahan Nixon yang dikenal penuh skandal.

[caption caption="| sumber foto: 16 history.com"]

[/caption]

4.6 Reaksi Janggal Para Astronot

Menjadi "manusia pertama yang mendarat di bulan" tentu merupakan pengalaman yang dahsyat. Para astronot tentunya bangga dan berbagi pengalaman dengan masyarakat. Anehnya, selama 40 tahun sejak 1969, Neil Armstrong hanya dua kali tampil di publik. Ia selalu menolak permintaan wawancara (sumber: bbc.co.uk).

[caption caption="(Neil Armstrong, pahlawan Apollo, hanya 2x tampil di publik selama 40 tahun sejak 1969) | sumber foto: bbc.co.uk"]

[/caption]Lebih aneh lagi, sang pahlawan komandan misi Apollo 11 itu dua tahun kemudian keluar dari NASA tahun 1971. Neil Armstrong beralih profesi jadi guru (sumber: ibid.).

[caption caption="(Satu-satunya konperensi pers para astronot setelah ke bulan. Para pahlawan tampak tertekan dan wajahnya tak ada yang happy) | sumber foto: youtube.com"]

[/caption]Bart Sibrel, seorang jurnalis investigatif yang mendedikasikan banyak waktu untuk riset soal asli tidaknya pendaratan di bulan ini, berusaha mendatangi para astronot dan memintanya bersumpah di atas Alkitab bahwa mereka memang benar-benar mendarat di bulan.

Astronot yang didatangi adalah A. Bean (Apollo 12); E. Cernan (Apollo 17); E. Mitchell (Apollo 14); M. Collins (Apollo 11); A. Worden (Apollo 15); Buzz Aldrin (Apollo 11); Neil Armstrong (Apollo 17); dll. Hasilnya, tak ada satupun yang mau bersumpah, bahkan marah-marah (sumber: "Astronauts Gone Wild: Investigation Into the Authenticity of the Moon Landings"). Lihat cuplikan videonya disini.

[caption caption="Semua astronot tak ada yang mau bersumpah di atas Alkitab bahwa mereka benar pergi ke bulan | sumber foto: dokpri"]

[/caption]

5. Masterpiece Hollywood??

Ada dua pilihan logis jika hendak melakukan pemalsuan rekaman video pendaratan di bulan. Opsi-1: menjaga rahasia rapat-rapat dengan membuat film sendiri, dengan risiko kualitas buruk dan terbongkar bahwa itu palsu. Atau, Opsi-2: meng-hire sutradara terbaik Hollywood untuk memastikan kualitas tertinggi supaya orang yakin, kemudian menutup mulut sang sutradara lewat confidentiality agreement. Akan lebih baik jika sutradara itu juga anggota kelompok "secret societies" (masih kalangan sendiri) yang meyakini bahwa "dunia ini tak seperti kelihatannya".

Sutradara terbaik Hollywood saat itu adalah Stanley Kubrick, yang kebetulan tanggal 2 April 1968 baru merilis film angkasa luar yang futuristik tapi sangat realistik, disebut-sebut sebagai salah satu karya terindah Hollywood sepanjang masa. Judul filmya adalah "2001: A Space Odyssey"(sumber: Agel, Jerome, "The Making of Kubrick's 2001").

[caption caption="(Adegan di bulan dalam film Stanley Kubrick, "2001: A Space Odyssey" tahun 1968) | sumber foto: pinterest.com"]

[/caption]Stanley Kubrick memang bukan sutradara film biasa. Bahkan NASA pun mengaku mengambil inspirasi dari film Kubrick itu untuk misi berikutnya ke planet Jupiter.

[caption caption="(Kliping harian Inggris Daily Express: NASA terinspirasi dari film Kubrick 2001: A Space Odyssey) | sumber foto: express.co.uk"]

[/caption]Kubrick tentu tak pernah terang-terangan mengaku bahwa dia yang menyutradarai film pendaratan di bulan. Tapi, sebagai anggota "secret societies" yang secara tradisional menyukai simbolisme dan kode-kode, Kubrick kerap mengindikasikan hal tersebut.

Dalam film berikutnya, The Shining (1980) yang dibintangi Jack Nicholson, ada adegan Nicholson salah ketik tulis "All" (semua) menjadi "A11" (kode Apollo-11). Juga adegan anak kecil mengenakan sweater bertuliskan Apollo-11, masuk dalam kamar nomor 237 (simbolisme jarak terdekat bumi ke bulan 237 ribu mil).

[caption caption="(Adegan dalam film Kubrick berikutnya, The Shining, yang berisi kode Apollo 11) | sumber foto: pinterest.com"]

[/caption]Film terakhir Kubrick sebelum wafat juga mengindikasikan hal itu. Film "Eyes Wide Shut" (1999), yang dibintangi oleh Tom Cruise dan Nicole Kidman, dibuat oleh Kubrick dengan memberi syarat kepada produser lewat klausul perjanjian bahwa film itu harus dirilis tanggal 16 Juli 1999. Tanggal itu bertepatan dengan Perayaan 30 tahun berangkatnya Apollo 11 dari bumi.

Film itu berisi banyak adegan ritual masonik khas "secret societies". Judulnya sendiri pun penuh simbolisme. "Eyes Wide Shut", bahwa "mata kita terbuka lebar tapi tetap tak melihatnya". Sebuah pesan terselubung yang disampaikan lewat film yang sengaja dirilis tepat pada tanggal Perayaan 30 Tahun Apollo 11.

[caption caption="(Adegan ritual secret societies dalam film terakhir Kubrick, "Eyes Wide Shut") | sumber foto: vigilantcitizen.com"]

[/caption]Film Eyes Wide Shut dibuat dengan menggunakan lensa kamera yang dibuat oleh NASA dan dimodifikasi untuk syuting film itu (sumber: nakedfilmmaking.com). Kubrick wafat beberapa hari setelah ia menyelesaikan editing final film tersebut.

Terakhir, yang tak kalah mengherankan adalah film dokumenter "Precious Images" yang disutradarai Chuck Workman dan meraih penghargaan Academy Award 1987. Film dokumenter itu berisi cuplikan film-film klasik terbaik sepanjang masa yang diproduksi Hollywood, seperti Gone With The Winds; The Ten Commandments; Ben-Hur; Psycho; The Godfather; dll. Anehnya, tiba-tiba di tengah film muncul dokumenter pendaratan Apollo 11 (sumber: imdb.com). Hal ini mengindikasikan bahwa film dokumenter Apollo 11 dianggap sebagai salah satu karya terbaik Hollywood.

[caption caption="(Film "Precious Images" memperoleh hadiah Oscar 1987 kategori Best Short Film) | sumber foto: eatdrinkfilms.com"]

[/caption]

6. Kejahatan terhadap Kemanusiaan

Pro dan kontra keaslian pendaratan di bulan menjadi perdebatan yang tak ada habisnya selama hampir 50 tahun. Sama sulitnya dengan meyakinkan seorang anak bahwa Santa Claus yang selalu diimpikannya adalah sebuah kebohongan. Apalagi ada 2000 triliun kepentingan tersangkut disitu, dan miliaran dolar proyek-proyek berikutnya. Belum lagi masalah pride. Sudah pasti Standard Operating Procedure-nya adalah bantah, bantah, dan bantah.

Lantas, apa gunanya pemahaman tentang hal ini?

"Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely," demikian ungkapan terkenal dari Lord Acton. Segala krisis yang terjadi di dunia ini -- baik perang maupun krisis ekonomi -- adalah akibat ulah segelintir elite yang sangat powerful dan korup. Modus operandinya adalah mengeruk keuntungan dengan mengelabui orang lain.

Betapa naifnya jika kita berpikir bahwa krisis ekonomi Asia 1998 adalah natural (tak ada yang mendesain untuk cari keuntungan), dan kedatangan George Soros -- yang jelas-jelas mengaku sebagai spekulan penyebab krisis yang menyebabkan rakyat susah, perusahaan bangkrut, PHK, dll -- justru disambut dengan karpet merah dan puja-puji sebagai orang kaya yang sukses.

[caption caption="| sumber foto: seputarforex.com"]

[/caption]Betapa naifnya jika kita berpikir bahwa Perang Vietnam adalah natural, tak ada yang mendesain, dan tak ada yang mengeruk keuntungan materi dari perang yang merenggut korban jiwa manusia. Sama naifnya dengan berpikir bahwa CIA (lembaga intelijen kapitalis) tak mungkin mendanai komunis Kontra lewat dagang senjata dengan Iran yang sedang mereka embargo.

[caption caption="(Foto anak-anak korban perang Vietnam yang memenangkan penghargaan Pullitzer) | sumber foto: academics.wellesley.edu"]

[/caption]Betapa naifnya jika kita berpikir bahwa PBB -- yang kantornya dibangun di atas tanah hibah Rockefeller tahun 1948 -- adalah lembaga "The Holy of Holies" yang bebas dari kepentingan Global Elites, dan aktif mempromosikan LGBT semata-mata untuk kebaikan manusia

[caption caption="| sumber foto: undispatch.com"]

[/caption]Dan, yang paling mengerikan bagi kemanusiaan di dunia, adalah terjadinya "impunity". Orang bebas melakukan kejahatan tanpa dihukum, karena mereka pintar mengelabui orang.

Kembali pada program Apollo. Orang tak ada yang mempermasalahkan pesawat non-awak Viking mendarat di Mars tahun 1976, teleskop Hubble tahun 1990, Galileo mengorbit di Jupiter tahun 1995, dll. Hanya pesawat berawak Apollo yang dipermasalahkan, karena aroma kebohongan dan korup tercium disitu.

Global Elites yang sangat powerful merasa nyaman melakukan berbagai kejahatan terhadap kemanusiaan tanpa dihukum, karena tahu persis bahwa 95% umat manusia (mereka sebut goyim, animal, dll), hanya peduli pada cari uang untuk membayar tagihan-tagihan bulanan. Persis seperti segerombolan domba makan rumput, kabur sebentar begitu anggotanya dimakan srigala, dan segera kembali makan rumput setelah srigala kenyang dan pergi.

[caption caption="| sumber foto: usacarry.com"]

[/caption]Pilihan tentunya ada pada diri kita sendiri. Apakah memilih bersikap ignorant dan hanya peduli pada cari duit untuk kantong sendiri, atau sambil membantu meningkatkan global consciousness agar tak mudah dikibuli oleh para elite. Hal yang terakhir ini, pada gilirannya, menjadi kontrol sosial terhadap perilaku manipulatif dan korup yang bertentangan dengan derajat kemanusiaan kita.

Naluri untuk mencari kebenaran adalah seperti yang dikatakan oleh pujangga asal Inggris abad ke 16:

"Truth will out" - William Shakespeare.

Demikian, semoga ada sedikit manfaat.

Salam kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun