Mohon tunggu...
Travel Story

Peran Pariwisata Alternatif dalam Pelaksanaan Pariwisata Berkelanjutan

17 Oktober 2015   18:16 Diperbarui: 17 Oktober 2015   20:53 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Berkaca dari kondisi pariwisata saat ini yang semakin mendekati titik jenuh karena kurangnya varietas produk wisata yang dapat ditawarkan ke penikmatnya. Mayoritas jenis wisata yang ada pada saat ini hanya berputar pada poros 3S, yaitu Sun, Sand, and Sea. Lebih parahnya lagi, komoditas produk tersebut lebih banyak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan ketimbang dampak positifnya. Lingkungan tereksplorasi secara berlebihan tanpa terukur dengan baik. Carrying capacity yang seharusnya menjadi indikator dalam pengembangan suatu objek atau sarana pariwisata menjadi terabaikan.

Pembangunan sektor pariwisata diberbagai belahan dunia ini telah berdampak pada berbagai dimensi kehidupan manusia, tidak hanya berdampak pada dimensi sosial ekonomi semata, tetapi juga menyetuh dimensi sosial budaya bahkan lingkungan fisik. Dampak terhadap berbagai dimensi tersebut bukan hanya bersifat positif tetapi juga berdampak negatif.  Perlu juga mendapat perhatian bahwa dalam upaya pengembangan pariwisata di samping dampak positif bagi masyarakat sekitar objek juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar.  

Sehubungan dengan hal tersebut dalam upaya pengembangan objek wisata perlu diperhitungkan dampak negatif yang ditimbulkan demi kelestarian objek wisata tersebut maupun kelestarian fungsi lingkungan sekitar kawasan wisata. Pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat ternyata mempunyai dampak terhadap lingkungan sekitar baik langsung maupun tidak langsung, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Hal yang sama juga terjadi dalam pengembangan pariwisata, di mana disamping pengembangan pariwisata itu sendiri menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar objek wisata, pengelolaan lingkungan dan pengelolaan objek wisata itu sangat mempengaruhi kelestarian fungsi lingkungan dan objek wisata itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut permasalahan yang utama yang perlu mendapatkan jawaban tuntas adalah bagaimana pengembangan pariwisata dan pelestarian fungsi lingkungan sekitar kawasan wisata ini dapat dilaksanakan dengan baik dalam arti berorientasi pada upaya pelestarian objek wisata dan pelestarian fungsi lingkungan sekitar.

Oleh karenanya diperlukan strategi pengembangan dari pariwisata massal menuju pariwisata alternatif yang merupakan salah satu cara bijak dalam pelaksanaan pariwisata berkelanjutan. Responsible Tourism, Community Based Tourism, dan Ecotourism sebagai bagian dari opsi pariwisata alternatif sangatlah cocok untuk diterapkan. Adapun tujuan dari jenis-jenis wisata di atas sebagai pariwisata alternatif adalah: Meningkatkan kepekaan terhadap alam, memberikan manfaat ekonomi kepada penduduk setempat, meningkatkan kepekaan terhadap budaya etnis, serta meminimalisir dampak negatif lingkungan.

World Travel and Tourism Council pada tahun 1998 menyebutkan bahwa sektor pariwisata memiliki pertumbuhan yang cukup besar yaitu 4 persen per tahun dan menyumbang sekitar 11,6 persen pada GDP dunia. Pada tahun yang sama, sektor pariwisata telah mampu menyerap 9,4 persen dari total lapangan pekerjaan sektor ini atau sama dengan 230,8 juta pekerjaan baru.

Mayoritas pemasukan pariwisata beraasal dari Mass Tourism atau yang biasa dikenal sebagai Pariwisata Masal. Pariwisata jenis ini hanya bertujuan untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan ke suatu daerah. Semua sumber daya alam dan budaya dikomersialisasikan besar-besaran tanpa memperhatikan kelestariannya. Nilai edukasi tidak diperhatikan baik bagi wisatawan sebagai tamu (guest) maupun penyedia sebagai tuan rumah (host). Pariwisata masal ini kemudian terbukti membawa banyak dampak negatif dibandingkan dampak positifnya baik bagi masyarakat lokal, kelestarian alam dan budaya, hingga bagi ekonomi masyarakat lokal.

Namun belakangan ini, perkembangan pariwisata alternatif mulai diperhitungkan. Seperti contohnya yang terjadi di Pangandaran, Jawa Barat. Dengan adanya kegiatan Pariwisata di Pangandaran, hutan ini menjadi ter-eskpos ke publik dan lambat laun menjadi konsumsi wisata bagi masyarakat sekitar dan wisatawan yang ingin mengunjungi hutan alami tersebut. STREAM (Sustainable Tourism trough Every Efficiency with Adaption and Mitigation Measures) yang mendapat bantuan dari UNWTO (United Nations World Tourism Organization) pun membuat Bulak Sentra sebagai hutan mangrove. Dahulu, kawasan ini masih ditinggali penduduk dan belum terlalu banyak pepohonan mangrovenya. Dampaknya, banyak kegiatan konservasi yang dilakukan pemerintah bekerja sama dengan komunitas lokal demi tetap menjaga kelestarian hutan mangrove tersebut untuk tetap menunjang aktivitas wisata. Seperti contohnya meningkatkannya kegiatan penanaman pohon mangrove, atau kegiatan kerja bakti pembersihan hutan mangrove hingga saat ini. Wisatawan pun dapat ikut andil dalam proses rehabilitasi tersebut. Tidak hanya itu, dengan kunjungan turis yang semakin meningkat, ekonomi masyarakat sekitar pun naik dengan sendirinya. Selain berdampak baik ke lingkungan, wisatawan juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian warga sekitar Pangandaran. Menurut Dinas Pariwisata Jawa Barat, dengan dibukanya wisata Mangrove, wisatawan meningkat sebanyak 20% di tahun 2011.

Sama halnya dengan yang terjadi di Pulau Palau di Filipina yang fokus di ekowisatanya. Pulau ini telah merevolusi regulasi lingkungan sejak tahun 2005, dengan Presiden Tommy E. Remengesau berkomitmen untuk melestarikan 30% dari perairan pesisir dekat pantai dan 20% dari lahan hutan pada tahun 2020 dan mempromosikan ekowisata, dibantu oleh lingkungan yang luar biasa, penghalang terumbu dinding dan bangkai kapal Perang Dunia II. Palau telah menciptakan tempat kudus hiu pertama, habitat laut yang dilindungi dari 600.000 kilometer persegi yang telah didefinisikan sebagai "cara sempurna untuk mempromosikan keberlanjutan jangka panjang dari cadangan laut serta sebagai cara untuk mendukung ekonomi lokal dari masyarakat yang memiliki dipilih untuk melindungi, bukan berburu, hiu nya ". Dengan ini, setelah hancur saat perang dunia II, Pulau Palau telah berhasil bangkit dan menjaga konservasi lingkungan laut dengan baik hingga saat ini.

Setelah berkembangnya alternatif pariwisata di beberapa tempat, banyak masyarakat setempat menyadari kekuatan pariwisata bertanggung jawab dalam mendukung konservasi dan pengembangan ekonomi lokal. Berbasis di bidang yang luar biasa, dan sering rentan, alam dan warisan budaya, mereka mengambil tantangan mendirikan perusahaan pariwisata berbasis masyarakat, dalam kemitraan dengan LSM lokal dan internasional. Ini juga membantu untuk meningkatkan kesadaran keberlanjutan masyarakat, kebutuhan untuk mendukung masyarakat lokal dan mempromosikan tanggung jawab sosial. Nilai-nilai ini membantu untuk mengamankan masa depan sektor ini. Dengan ini, saya setuju bahwa dengan adanya pariwisata alternatif dapat menjadi sebuah solusi bagi ramainya pariwisata masal yang lebih banyak membawa dampak buruk untuk mencapau pariwisata yang berkelanjutan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun