Suku Bima termasuk kelompok etnis yang berada di Pulau Sumbawa bagian timur, tepatnya di wilayah Kota Bima dan Kabupaten Bima. Bima terkenal dengan keindahan alamnya serta tradisi suku Bima yang beragam dan unik yang masih ada hingga sekarang.
Tradisi tersebut merupakan warisan leluhur yang tidak pernah lekang dimakan oleh zaman. Lalu, apa saja tradisi suku Bima? Simak penjelasannya dalam uraian di bawah ini!
Tradisi Suku BimaÂ
Dianatul Khuro dalam buku Buku Pengayaan Mapel PPKn Kelas IX SMP/MTs menjelaskan bahwa suku Bima dikenal sebagai salah satu peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Suku Bima mendiami Kepulauan Nusa Tenggara.
Ada beberapa tradisi suku Bima yang masih ada hingga sekarang, yaitu:
1. Rimpu
Tradisi berbusana suku Bima bagi kaum perempuan dikenal dengan sebutan Rimpu. Perempuan suku Bima memakai sarung tenun khas Bima yang disebut "Tembe Nggoli".
Cara menggunakannya memerlukan dua lembar kain, yakni satu lembar kain pertama dililitkan di kepala dengan menyisakan bagian terbuka untuk wajah.
Kemudian, kain kedua dipakai dengan melilitkan kain ke pinggul sampai ke bawah layaknya penggunaan kain sarung secara umum.
2. Ampa Fare
Tradisi Ampa Fare artinya ampa (mengangkat) serta fare (padi). Jadi, bisa diartikan sebagai salah satu tradisi menyimpan hasil panen padi pada lumbung padi.Â
Masyarakat Bima sering menyebutnya dengan Uma Lengge. Hasil tani yang telah panen dinaikkan bersama-sama dengan Uma Lengge dan disimpan untuk cadangan pangan.Â
Tradisi Ampa Fare telah ada sejak abad ke-8. Tradisi ini mengandung makna doa dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang banyak serta mengajarkan hidup hemat.
3. Mbolo Weki
Arti Mbolo Weki adalah mbolo (bundar atau melingkar) dan weki (kumpulan, sekelompok, atau kerumunan). Maka, Mbolo Weki dapat diartikan sebuah musyawarah lingkungan keluarga maupun kegiatan berkumpul dengan tujuan mempererat hubungan antar keluarga.
Tradisi Mbolo Weki dilakukan dengan tujuan mempersiapkan suatu kegiatan penting sebuah keluarga suku Bima, seperti acara pernikahan.
4. Tenun Tembe Nggoli
Perempuan suku Bima pada zaman dahulu mempunyai keahlian menenun. Keahlian ini kemudian diwariskan turun-temurun kepada anak cucu dan terus diturunkan ke generasi berikutnya. Hasil tenun yang terkenal di Bima, salah satunya adalah Tembe Nggoli.
5. Peta Kapanca
Peta Kapanca adalah ritual khusus calon pengantin perempuan suku Bima sebelum menikah. Ritual dilakukan satu hari sebelum akad.
Kapanca atau daun pacar dihaluskan dan dipancarkan di kedua telapak tangan calon pengantin perempuan oleh ibu-ibu pemuka adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
Itulah tradisi suku Bima yang masih ada hingga sekarang. Semoga bermanfaat!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H