Mohon tunggu...
Dimas M. Widiantoro
Dimas M. Widiantoro Mohon Tunggu... Novelis - Penggiat startup

Hi perkenalkan saya Dimas. Salam kenal semuanya ya! Saya akan share everything about startup!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berperilaku Cerdas Seperti Ekonom Meski Anda Bukan Ekonom di Masa Pandemi Corona

19 Juni 2020   18:49 Diperbarui: 19 Juni 2020   18:44 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makroprudensial berasal dari kata makro yang artinya berskala besar dan menyeluruh serta prudential yang berarti merawat, berhati hati, dan berpikir ke depan. Kebijakan makroprudensial ini memiliki tujuan untuk memutus resiko cyclical bila pertumbuhan ekonomi terlalu cepat. Bila pertumbuhan ekonomi terlalu tinggi maka kebijakan makroprudensial ini akan menjadi pengerem.

Di saat ekonomi saat sedang dalam kondisi yang baik, umumnya orang orang ingin menambah kredit mereka. Permasalahan dalam 200 tahun perekonomian ini tidak lebih dari masalah hutang (Reinhart and Rogoff, 2009). Kebijakan makroprudensial ini  akan mengcounter cyclical risk dari pertumbuhan ekonomi yang terlalu cepat khususnya yang berasal dari hutang. 

Bila kemudian ditanyakan apakah kebijakan moneter dan fiskal tidak cukup? Kebijakan moneter memiliki tujuan menstabilkan ekonomi dengan mengatur jumlah uang beredar. Bila kita berbelanja berbagai kebutuhan yang kita inginkan dengan cara hutang maka memperbesar resiko gagal bayar di masa depan bila tiba tiba sumber penghasilan kita berhenti. Sedangkan kebijakan fiskal berusaha untuk menjaga nilai GDP melalui pengeluaran pemerintah. Seperti video terkait dengan terlalu banyak support pemerintah di masa resesi akan meningkatkan nilai inflasi yang pada akhirnya membuat ekonomi stagnan atau tidak tumbuh. 

Nah kebijakan makroprudential ini lah yang menjadi penengah, untuk yang pertama menjaga agar perekonomian kita selalu proporsi yang akan penggunaan hutang. Salah satunya adalah instrumen Loan To Value ratio, dimana jumlah hutang tidak boleh lebih banyak dari rasio agunan. 

Langkah langkah cerdas apa saja yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi yang baik?

Ada seribu tips untuk beraktifitas dan mengelola keuangan selama musim pandemi ini, namun tips berikut memiliki patokan bahwa semua pengeluaran akan mengacu pada komponen pembentuk perekonomian atau GDP. 

1. Sektor konsumsi - Jangan besar pasak daripada tiang. 

Berdasarkan catatan dari Rogoff (2009) bahwa permasalahan semenjak 200 tahun yang lalu saat ekonomi ini mulai memasuki masa modern adalah seputar hutang. Hutang telah menciptakan sebuah manfaat namun juga permasalahan. Terutama dengan sifat pertumbuhan hutang yang bernama cyclical. Bila kita mendapatkan keringanan kartu kredit maka jangan sampai kita lihat sebagai peluang untuk membeli makin banyak barang dari kartu kredit kita.

Hutang dan kredit juga telah menambah banyak manfaat bagi masyarakat. Berdasarkan buku dari Harrari terkait dengan sejarah homo sapiens, manusia pada jaman dulu membeli barang berdasarkan kemampuan ekonominya. Hal ini membuat pertumbuhan menjadi lambat. Karena manusia harus bekerja terlebih dahulu sebelum membeli suatu barang. Namun karena adanya penemuan kredit, orang yang memiliki ide saja bisa langsung mendapatkan modal dari bank, sepanjang dia bisa meyakinkan pemilik bank bahwa proyek yang akan dia kerjakan akan mendatangkan hasil yang baik di masa yang akan datang  (Harari et al., 2015). 

Bila dijelaskan dengan grafik budget of constraint, maka dengan adanya hutang, khususnya di momen COVID saat ini, maka kemampuan kita untuk berhutang akan makin besar. Hal ini membuat kita cenderung berhutang lebih banyak di bank. 

Berikut adalah video penjelasan mengapa kita menyukai hutang


Makin banyak hutang yang diambil ini akan menambah resiko cyclical saat ekonomi jatuh. Dan resiko inilah yang bernama resiko sistemik atau sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan. 

2. Sektor Investasi - Lebih banyak menyisihkan uang untuk kondisi yang tidak pasti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun