Mohon tunggu...
Satrio Dirgantoro GP
Satrio Dirgantoro GP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Manusia yang sedang tersesat di tengah luasnya gurun kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dia

1 Agustus 2023   22:53 Diperbarui: 1 Agustus 2023   23:30 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

senin pagi di kampung halaman

kemilau teh hangat mengingatkanku kembali

2010 ditempat yang sama

pagi itu aku terpesona

rambutnya yang panjang dan terurai

setiap helainya bersinar terbelai sinar matahari

tatap matanya yang lembut membuatku membatu

raut wajahnya panik karena upacara pagi itu akan segera dimulai

dia adalah kakak kelasku satu tingkat 

gadis tercantik yang pernah aku lihat

pagi itu menginspirasi pagi-pagi berikutnya

melihat kecantikannya dari dalam kedai samping sekolah

setiap teh hangat yang kupesan menjadi lebih manis saat aku melihatnya

misal saja

jumat pagi itu, tepat sebelum senam

dia berangkat sekolah dengan rambut dikuncir kuda

aku kira senin pagi adalah dirinya versi tercantik

ternyata hari ini kecantikannya meningkat berkali-kali lipat

setiap hari mengaguminya tanpa sadar dia telah menjadi tujuanku

"saat dewasa nanti aku akan menikahinya"

kira-kira begitulah ucap alam bawah sadarku

hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun

walaupun sudah lama aku tidak melihatnya

dia sudah menancap jauh di dalam hatiku

semua yang aku lakukan adalah untuk pulang ke padanya

waktu berjalan begitu cepat, 13 tahun sudah berlalu

hari ini aku kembali

kedai yang dulu ternyata sudah lama tutup

digantikan kedai baru yang lebih modern

kupesan teh hangat untuk menemani saat-saat nostalgiaku

melihat anak-anak berangkat sekolah mengingatkanku lagi tentang dia

dia yang membawaku sampai ke titik ini

dia yang menguatkanku saat dalam keputusasaan

dia yang wajah indahnya selalu menghiasi mimpiku

dia sekarang sudah menikah

kudengar dia tinggal di luar kota bersama keluarga kecilnya

aku kehilangan dia

tanpa sempat mengungkapkan segalanya

tapi

aku yakin dia sudah bahagia

kuminum teh hangat yang kupesan

rasanya berbeda dengan yang dulu

tapi kenangannya tetap sama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun