Kami berfoto bersama pak Sutanto Windura (Foto: dok.red Bobo)
Kami diajari cara membuat mind map oleh pak Sutanto. Ilmu yang bermanfaat sekali (Foto: dok red Bobo)
Kak
Muthia ternyata pernah menjadi peserta konferensi anak pada tahun 2009. Kak Muthia menceritakan pengalamannya tentang kegemarannya membaca buku yang akhirnya membuatnya jadi bisa menulis karangan, hingga sudah membuat banyak buku. Kak Muthia juga mengajarkan kami cara menulis, cara mengarang cerita fiksi. Wah seru sekali hari itu, sangat berkesan dan menambah wawasanku.
Kak Muthia, alumni peserta Konferensi Anak 2009 berbagi kisahnya menjadi penulis banyak buku (foto: dok. red Bobo)
Pada hari ketiga, tanggal 10 November 2016, kami semua melakukan upacara peringatan Hari Pahlawan, untuk mengingat jasa-jasa para pahlawan bangsa. Â Setelah upacara, kami berkumpul di aula Griya Patria. Kami mendapat ilmu dari kak
 Bayu Gawtama dan kak
 Dwi. Kak Bayu dan kak Dwi mengajarkan cara menularkan virus membaca. Caranya bisa dengan membuka taman bacaan, membuat perpustakaan, meminjamkan buku kepada teman, menyumbangkan buku kepada anak-anak yang tak mampu.  Kak Bayu dan kak Dwi juga menjelaskan tentang adanya
 Yayasan 1001 buku.  Kita bisa menyumbang buku-buku ke yayasan 1001 buku, nanti yayasan akan menyalurkan buku-buku tersebut ke taman bacaan atau perpustakaan yang kekurangan buku bacaan.
Kami upacara memperingati Hari Pahlawan (Foto: dok red Bobo)
Hari itu kami juga mendapat ilmu dari Pak
Maman Suherman. Pak Maman memberitahu manfaat dari kegemarannya membaca, sehingga akhirnya dengan menjadi penulis Pak Maman dapat membiayai hidupnya.
Ada cerita Pak Maman yang kuingat tentang caranya menularkan virus membaca. Cerita tentang  saat pak Maman punya perahu  yang diisi dengan banyak buku dan sering dibawanya berlayar ke pulau-pulau terpencil hanya demi anak-anak pulau tersebut agar bisa membaca buku.Â
Kami semua kaget saat Pak Maman bercerita bila pak Maman pernah tenggelam, apalagi di laut yang ada ikan hiunya. Pak Maman tenggelam karena kapalnya  terbalik. Semua teman pak Maman yang diajak naik perahu sudah lompat dari perahu. Kemudian para nelayan membantu dengan melemparkan jaring. Mereka bukan hanya menolong pak Maman dan teman-temannya, tapi juga menjaring mengumpulkan buku-bukunya. Saat dibawa ke tepi pantai. Banyak orang membantu menyetrika buku itu agar lekas kering  dan segera bisa dibaca.Â
Dari cerita pak Maman kita jadi menyadari bahwa masih banyak orang yang membutuhkan buku.
Kami berfoto bersama Pak Maman Suherman (Foto:dok red Bobo)
Wah tidak terasa sudah hari ke empat, hari terakhir konferensi, Â tanggal 11 November 2016, kami diajak bermain bersama di Kid Zania. Wah semua senang sekali, ternyata asyik ikut konferensi anak, selain dapat banyak ilmu bermanfaat dari banyak narasumber, kami juga diajak wisata ke Kidzania.Â
Pada siang harinya, kami berkunjung ke kantor Staf Presiden dan berjumpa dengan Ibu Jaleswari Pramodhawardani . Nama panggilan beliau sama denganku, Dani. Ibu Dani bertugas membantu Presiden. Â Di kantor Staf Presiden ini seorang teman kami, Flora, Â membacakan deklarasi. Deklarasi ini kami buat bersama setiap malam saat di Griya Patria.
Kami juga berkunjung ke kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Wah ternyata para pendamping, orangtua ataupun guru kami sudah hadir di sana. Rencananya kami akan berjumpa menteri KPPA, Ibu Yohana Yembise. Namun sayang  Bu menteri sedang bertugas ke luar daerah, dan kami disambut oleh pak Dermawan. Di kantor KPPA dibacakan lagi deklarasi yang kami buat. Kemudian 33 anak peserta konferensi dinobatkan menjadi Duta Baca Cilik oleh pak Dermawan. Teman kami, Adam memimpin kami membacakan Janji  Duta Baca Cilik. Sebagai duta baca cilik kami akan menularkan virus gemar membaca kepada siapa saja dengan berbagai cara, misalnya dengan membuat taman bacaan.Â
Kami para duta baca cilik akan menularkan virus membaca ke seluruh Indonesia (foto:dokpri)
Demikianlah, setelah acara Konferensi Anak 2016 selesai, kami semua berfoto bersama, dan selanjutkan berpisah. Teman-teman kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Saat perpisahan ini aku merasa sedih, berpisah dengan teman-teman yang baru kukenal tapi sudah akrab, berpisah dengan kakak-kakak pembimbing yang sudah menjaga dan mengajari banyak hal dan kreativitas. Sungguh sangat seru dan bermanfaat bagiku mengikuti Konferensi Anak 2016, menambah ilmu dan wawasan, menambah pengalaman yang tak terlupakan, mengajariku lebih mandiri. Terimakasih kuucapkan kepada Majalah Bobo dan Kompas Gramedia yang memilihku ikut Konferensi Anak.
dari kiri ke kanan : Aku (dari Jakarta), Adriansyah (dari Makasar), Nicole (dari Papua), dan Nailu (dari Jawa Tengah) (foto : Dokpri)
Oh ya, sebelum pulang aku juga berpamitan dengan Pak Sigit Wahyu. Pak Sigit adalah Editor Majalah Bobo dan juga Penanggung Jawab pada acara Konferensi Anak. Â Ternyata pak Sigit juga seorang kompasianer lho.. Â Senang sekali bisa kenal dengan Pak Sigit dan juga kakak-kakak dari redaksi majalah Bobo.
Lihat Inovasi Selengkapnya