[caption caption="Aku senang sudah bisa mengayuh sepeda wimcycleku tanpa memegang stang sepeda (Foto: Dokpri) "][/caption]
Kring kring kring ada sepeda
Sepeda ku roda tiga
Kudapat dari ayah karena rajin bekerja
Tuk tuk tuk suara sepatu
Sepatuku kulit lembu
Kudapat dari ibu karena rajin membantu
Itu adalah salah satu lagu yang sering ibu nyanyikan kepada anak-anaknya, hingga kini pun kami anak-anaknya masih sering menyanyikan lagu itu dan juga lagu anak-anak Indonesia lainnya.
Oh ya perkenalkan, namaku Satrio Daniel Botka. Umurku Juni nanti genap 10 tahun. Aku saat ini masih duduk di kelas 4 Sekolah Dasar di daerah Kelapa Gading, Jakarta utara. Aku termasuk salah satu kompasianer cilik yang menulis di blog Kompasiana ini.
Adakah teman-teman pembaca masih suka menyanyikan lagu anak-anak Indonesia kepada anak-anaknya? Lagu anak “Kring-Kring Ada Sepeda” itu termasuk lagu yang bagus menurutku, hingga kini aku tetap rajin membantu ibu, walau ibu tak harus memberiku sepatu kulit lembu. Aku juga tetap suka belajar walau ayah punya syarat khusus lagi supaya aku bisa mendapatkan sepeda baru. Kadang syaratnya adalah bila nilai-nilai sekolahku bagus dan aku bertambah pandai dalam bermain musik. Hhhmm pasti ayah akan kaget terkaget-kaget bila aku mendapat hadiah sepeda Wimcycle karena aku menang menulis di blog competition di Kompasiana.
Sejak kecil ayahku sudah mamperkenalkanku dengan sepeda. Pertama kali aku punya sepeda adalah sepeda tanpa pedal. Jadi jika aku ingin pergi bersepeda tanpa pedal tersebut kelihatannya seperti orang berlari. Namun rupanya itu adalah tahap awal belajar bersepeda, selain untuk memperkuat otot kaki juga belajar menjaga keseimbangan supaya tidak jatuh.
[caption caption="Adikku saat masih berumur 1 tahun, belajar bersepeda dengan sepeda tanpa pedal (Foto : Dokpri)"]
Saat aku ulang tahun 2 tahun umurku, ayahku membelikanku sepeda sungguhan yang mempunyai empat roda, ada pedalnya, ada remnya .Aku juga dibelikan helm sepeda. Sepedanya keren , warnanya bernuansa biru, kuning dan merah. Yang aku suka, ada logo Superman di bagian depannya. Sepeda ini merk Wimcycle. Hampir setiap pagi dan sore aku bersepeda dengan sepeda Wimcycle baruku . Ayah atau ibu bergantian selalu mendampingiku bersepeda. Aku tak pernah merasa takut jatuh, kata ayahku aku sangat kuat berkeinginan bisa naik sepeda seperti anak-anak yang usianya lebih besar dariku.
Suatu hari ayah mengajakku belajar bersepeda mengelilingi kolam renang di komplek perumahan. Ayah telah melepas 2 roda belakang sepedaku dan memintaku untuk menaikinya. Lalu Ayah memintaku untuk menggowes dengan cepat seperti ngebut. Namun ayah tetap memegang bagian belakang sadel sepedaku, aku menggowes cepat sesuai perintah ayah. Kulihat ayah juga berlari sambil tetap memegang sadel sepedaku. Aku belajar bersepeda mengelilingi jalan di pinggiran kolam renang setiap hari kira-kira setengah jam selama 3 hari. Aku menggowes sepedaku dengan cepat, ayah tetap ikut sambil memegang sadel sepedaku. Tanpa kusadari ayah melepaskan peganganya dari sadel sepedaku. Aku takjub karena ku jumpai ayah sudah ada di hadapanku. Rupanya ayah tak ikut berlari di belakangku tadi mengelilingi area kolam renang. Aku merasa sangat senang bisa bersepeda roda dua. Aku mengulanginya berkali-kali keliling area kolam renang tanpa dibantu ayahku lagi. Ayahku sangat senang mengetahui anaknya sudah bisa bermain sepeda saat berumur 2 tahun 8 bulan. Tak berapa lama setelah itu ayahku mengajariku cara menggunakan rem sepeda. Ah masa-masa awal aku gak bisa menggunakan rem sepeda. Selalu menurunkan kaki agar sepeda berhenti, sepatuku sampai rusak karena caraku mengerem sepeda seperti itu. Namun tak perlu waktu lama aku sudah bisa menggunakan rem sepeda. Betapa baiknya ayahku, aku tak akan lupa cara ayah mengajariku bersepeda.
Aku sangat sayang sepedaku, kurawat supaya tidak mudah rusak. Terkadang aku mencuci sendiri sepeda kesayanganku itu supaya bersih. Aku memeliihara sepedaku dengan baik agar bisa terus awet. Sepeda wimcycle terbukti awetnya. Aku melungsurkan sepeda tersebut ke adikku hingga ia juga bisa bersepeda. Pertama kalinya adikku bisa bersepeda juga dengan sepedaku Wimcycle kesayanganku, lalu setelah adik tengahku punya sepeda sendiri , maka sepedaku diberikan kepada adikku yang bungsu. Adik bungsuku pun pertama kali bisa bersepeda juga dengan sepeda wimcycle kepunyaanku. Hingga kini sepeda wimcycle tersebut masih ada lho. Hampir 8 tahun sepeda itu menjadi bagian dari keluarga kami.
[caption caption="Umur 2 tahun, aku sudah mencuci sendiri sepeda Wimcycle milikku ini lho (Foto: Dokpri)"]
Ayah membelikanku sepeda Wimcycle yang ukurannya cukup besar buatku, warnanya merah. Sangat kokoh dan seru mengendarainya. Karena kami sekeluarga suka bersepeda, maka hampir setiap sore kami bersepeda bersama-sama, berkeliling di daerah sekitar perumahan tempat tinggal kami di Kelapa Gading Jakarta Utara. Bila menjumpai taman bermain kami berhenti sejenak untuk beristirahat dan bermain. Walau aku pergi dan pulang sekolah tidak dengan bersepeda karena menggunakan mobil antar jemput sekolah, namun aku berangkat dan pulang les musik dengan menggunakan sepeda. Ingin rasanya aku bisa bersepeda menuju sekolah, namun ayah melarangku karena jalan menuju sekolahku sedang ada pembangunan jalan layang dan sering ada kemacetan di sana.
[caption caption="Aku dengan membawa gitar di punggungku berangkat les musik naik sepeda Wimcycle kesayanganku (Foto:Dokpri)"]
Tahun lalu Kelapa Gading bila hujan deras bisa mengalami banjir yang besar, namun kami tetap nekat bersepeda sore melihat banjir. Seru sekali menggowes sepeda dalam kondisi banjir. Kalau tidak hati-hati bisa saja terjatuh. Adikku yang masih menggunakan sepeda kecil sangat senang bila bersepeda di jalanan banjir. Katanya bisa sekalian main air seperti di area ‘Water Park’. Bila sudah sampai di rumah kami mencuci sepeda bersama-sama supaya sepeda tidak berkarat.
[caption caption="Kondisi jalanan yang banjir tak menyurutkan kami tuk tetap bersepeda lho (Foto:Dokpri)"]
Oh ya aku pernah melihat orang bersepeda namun kedua tangannya tidak memegang stang sepeda. Wah menurutku terlihat keren. Aku sih sudah bisa bersepeda dengan satu tangan saja yang memegang stang, namun aku jadi ingin bisa bersepeda dengan tangan tidak memegang stang. Suatu hari aku mencoba bersepeda lalu aku mencoba tidak memegang stang. Aku ingin tahu bisakah aku tetap bersepeda tanpa jatuh padahal tidak memegang stang sepedaku. Ternyata aku bisaa.. Aku senang sekali, aku langsung memberitahu ibu dan adik-adikku. Sejak itu aku sering bersepeda tanpa memegang stang sepedaku. Saat itu umurku baru 8 tahun lho..
[caption caption="Hati-hati ya teman-teman, mau atraksi bersepeda sepertiku harus banyak latihan yaa.. (Foto: Dokpri)"]
Di dekat rumahku ada sekolah dasar. Anak-anak yang bersekolah di sana banyak yang menggunakan sepeda. Bila aku bersepeda sore hari, aku sering kali berjumpa dengan anak-anak yang juga bersepeda pulang sekolah. Mereka sering memandang kagum kepadaku karena aku bisa bersepeda tanpa memegang stang sepeda. Mereka jadi ingin bisa juga bersepeda tanpa memegang stang. Sepertinya mereka sering berlatih juga bersepeda tanpa memegang stang sepedanya. Kini aku sering menjumpai anak-anak sekolah tersebut yang bersepeda tanpa memegang stang. Ahh senang rasanya bisa berbagi keberanian kepada sesama penyuka sepeda.
[caption caption="Putra, siswa kelas 3 SD ini senang juga sudah bisa bersepeda tanpa pegang stang (Foto: Dokpri) "]
[caption caption="Adit, siswa kelas 4 SD ini juga merasa senang sekali sudah bisa bersepeda tanpa pegang stang (Foto:Dokpri)"]
[caption caption="Siswi kelas 6 SD pulang sekolah dengan bersepeda santai tanpa pegang stang. (Foto:Dokpri)"]
Rata-rata semua anak sekolah yang sudah bisa bersepeda tanpa tangannya memegang stang merasa senang bisa bersepeda dengan gaya seperti itu. Asyik dan seru katanya. Teman-teman yang belum bisa bersepeda dengan gaya tangan melepas stang jangan patah arang tuk mencoba belajar yaaa... Namun kalo takut jatuh sebaiknya tak usah mencoba, bila keberanianmu sudah muncul silahkan mencoba lagi yaa.. Jaga keseimbanganmu saat bersepeda, pasti bisa deh. Tetap semangat.
Setiap jumat sore sepulang les music aku dan adik-adik selalu mampir ke taman bermain yang ada di jalan Tarian Raya Barat. Di taman itu setiap hari jumat sore ada kegiatan "Taman Bacaan Anak". Seorang ibu yang baik hati bernama Ibu Irene mau meluangkan sedikit waktunya di setiap juumat sore, beliau selalu datang ke taman dengan membawa hampir 100 buku jumlahnya. Ada buku cerita, encyclopedia, kamus, dan lain-lain. Buku-buku itu boleh dibaca gratis bagi anak-anak yang datang ke taman. Bukan hanya anak-anak yang boleh membaca, orang tua pun boleh membaca. Banyak anak-anak yang datang ke taman dengan bersepeda. Kadang-kadang anak-anak membaca buku sambil bermain dengan fasilitas permainan yang ada disana. Anak-anak yang datang ke taman ini awalnya ada yang tidak saling mengenal, namun akhirnya menjadi bersahabat karena sering berjumpa setiap jumat sore.
[caption caption="Anak-anak semangat bersepeda mengunjungi Taman Bacaan Anak setiap jumat sore (Foto:Dokpri)"]
[caption caption="Membaca sambil bermain ayunan (Foto: Dokpri)"]
Siapa bilang anak yang tinggal di kota malas bermain sepeda? Buktinya di tempatku daerah Kelapa Gading Jakarta Utara masih banyak pengguna sepeda. Selain untuk berolahraga sepeda juga untuk pergi dan pulang sekolah atau pun sekedar pergi ke tempat yang jaraknya dekat dengan rumah. Bermain sepeda bersama adik dan teman-teman sangat menyenangkan, selain membuat badan sehat, juga mempererat persahabatan dan kekeluargaan.
Ayo yuk gowes sepeda, kita olahraga ramai-ramai supaya sehat badan kita.
Catatan: semua foto dokumentasi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H