Mohon tunggu...
Juson Simbolon
Juson Simbolon Mohon Tunggu... Dosen - Pekerja

_Kata adalah senjata, foto adalah nada_ Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikkan dan kejahatan) - QS. Al-Balad Ayat 10 Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan - Amsal 18 ayat 12

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kang Dedi Mulyadi: Orang Batak Sudah Bisa Baca Zaman

16 Oktober 2024   06:11 Diperbarui: 16 Oktober 2024   06:25 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar Dedi Mulyadi atau yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) bisa jadi kita secara spontan mengingat beberapa kata. Misalnya Youtube, Iket, Baju Putih, suka menolong, Jawa Barat, Sunda, Purwakarta dll.

Tetapi di luar hal-hal sederhana itu, mendengar atau melihat Kang Dedi Mulyadi mengingat gerakan kebudayaan. Apa yang saya maksud dengan gerakan kebudayaan. Mungkin secara definisi bisa kita pelajari di banyak literatur apa itu budaya atau kebudayaan menurut para ahli.

Dalam kesempatan ini, pengertian kebudayaan menurut Murphy dan Hildebrandt jadi salah satu contoh. Budaya menurut Murphy dan Hildebrandt adalah tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian ini juga mengindikasikan bahwa komunikasi verbal maupun non verbal dalam suatu kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan cenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya. [sumber:jagat]

Jika mengacu pada pengertian di atas, maka gerakan kebudayaan bisa didefinisikan upaya untuk memelihara, menjalani dan memproteksi budaya itu sendiri agar tidak tergerus oleh budaya luar atau perkembangan zaman.

Selama ini gerakan kebudayaan identik dengan melestarikan kearifan lokal. Seperti penggunaan pakaian adat, pagelaran kesenian daerah, pertunjukan alat musik tradisional, upacara adat dan sebagainya. Tetapi bagi Kang Dedi Mulyadi bukan sekedar penggunaan dan pelestarian simbol-simbol tersebut. Kang Dedi Mulyadi memiliki perspektif yang sangat jauh kedepan. Yaitu bagaimana memelihara identifikasi asal muasal masyarakat itu sendiri atau istilah Kang Dedi Mulyadi mengurut diri berdasarkan genetika orang Sunda.

Dok. Juson Simbolon
Dok. Juson Simbolon
Dalam sambutannya di hadapan ribuan warga yang hadir di Bale Pamanah Rasa pada momen silaturahmi 52 tahun Kang Dedi Mulyadi Senin 10 April 2023, Kang Dedi Mulyadi mengungkapkan refleksi dan gagasannya untuk mempertahankan genetik orang Sunda.

Dia mengatakan bahwa "orang batak sudah bisa membaca zaman, maka sampai kapanpun orang batak tidak akan pernah punah". Dasar pernyataan Kang Dedi Mulyadi berkaitan dengan kebudayaan Batak yang selalu mencantumkan marga sebagai identifikasi genetik secara turun-temurun.

Secara lengkap dalam konteks genetika, Kang Dedi Mulyadi mengatakan "Orang Arab secara genetik dia tetap ada sampai akhir zaman, kenapa? Ada Al-Attas, Al-Haddad, Assegaf (mengacu pada contoh marga orang Arab) Gen nya ada, dan hitungannya terus.

Orang batak sampai kiamat dia tetap ada. Dia Nasution, Panjaitan (mengacu pada marga orang Batak) dan sebagainya. Mana yang akan hilang? Orang Sunda. Kenapa? Genetikanya habis. Genetikanya habis oleh apa? Tidak bisa merunut dirinya, namanya sudah berubah menjadi nama-nama kekinian. Digarisnya (ditarik garis silsilah) juga sudah susah, satu sama lain sudah tidak saling kenal. Dia berasal dari siapa? Leluhurnya siapa? Akina siapa? Emina siapa? Janggawarengnya siapa? Udeg-udegnya siapa? Kaitsiwurnya siapa? Sudah tidak tau. Nah saya katakan, orang Sunda harus mulai pakai nama belakang.  Agar kalian sebagai suku tidak hilang 30 tahun lagi"

Dok. Juson Simbolon
Dok. Juson Simbolon
Dalam kesempatan yang sama, Kang Dedi menjelaskan bahwa dirinya telah melakukan hal itu. Ketiga anaknya diberi nama Mulyadi Putra dan Mulyadi Putri. Tujuannya agar puluhan atau bahkan ratusan tahun yang akan datang, generasi Dedi Mulyadi bisa teridentifikasi secara identitas dan garis keturunan.

Memang Kang Dedi Mulyadi tidak menegaskan bahwa secara gen orang Sunda tetap ada. Mereka adalah orang Sunda kelas menengah yang ningrat. Seperti Kusumabrata, Natanegara.

Jika merujuk pada konstruksi berpikir dan penjelasan Kang Dedi Mulyadi, maka kecintaan atas kebudayaan dan peradaban Sunda sangat melekat dalam penjiwaanya. Kang Dedi Mulyadi berupaya membaca zaman dan peradaban Sunda di masa yang akan datang. Berupaya mengantisipasi degradasi dan krisis identitas Sunda sejak saat ini. Maka gerakan kebudayaan yang dia ucapkan dan jalankan sesuatu yang sangat penting dan harus membumi.

Cara berfikir Kang Dedi Mulyadi telah melampaui zaman. Hal itu berkat pemahamannya atas nilai-nilai kultural dari suku yang lain seperti Batak. Kang Dedi Mulyadi bahkan mengungkapkan "Orang Batak bisa membaca zaman".

Sebagai orang Batak, apa yang disampaikan Kang Dedi Mulyadi merupakan kenyataan. Bisa dibayangkan, jika orang Batak tidak mencantumkan marga, dipastikan akan sulit mengenali dirinya dalam kebudayaan Batak itu sendiri.

Dok. Juson Simbolon
Dok. Juson Simbolon
Menurut hemat saya, gagasan dan lompatan berpikir Kang Dedi Mulyadi tentang Kesundaan patut dilihat dalam konteks sosiologis bukan politis. Sebab strategi dan perencanaan pertahanan sistem kebudayaan Sunda memang bukan tema baru bagi Kang Dedi Mulyadi.

Dalam bukunya berjudul Berguru Pada Kearifan Siliwangi dicetak Mei 2014 lalu, Kang Dedi Mulyadi mengatakan "Dalam merancang sistem kebudayaan sesungguhnya tidak perlu bercermin terlalu jauh pada teori-teori moral dari dunia barat. Bukankah nenek moyang kita telah mewariskan sebuah konstruksi keadaban yang berusia jauh lebih tua? Bukankah sejarah telah mengabarkan bahwa mereka telah mendedahkan sebuah masa kejayaan yang masih berpengaruh hingga saat ini? persoalannya hanya kita tidak mau mengenalnya" [hal 90-91]

Mengacu pada kutipan pemikiran Kang Dedi Mulyadi dalam bukunya. Sebagaimana dijelaskan di atas. Maka gagasan kebudayaan Kang Dedi Mulyadi untuk menjaga eksistensi peradaban dan identifikasi kebudayaan Sunda di masa yang akan datang, berangkat dari hal-hal mendasar yang hidup ditengah-tengah masyarakat Jawa Barat itu sendiri. Bukan dipengaruhi oleh teori-teori sosial dari literatur ruang-ruang pustaka Universitas.

Atau bisa disimpulkan, gagasan dan tindakan Kang Dedi Mulyadi berangkat dari realitas sosial Jawa Barat, serta mengakar pada kecintaan dan kebanggaannya sebagai orang Sunda.

Jika kembali ke alinea pertama. Bagi saya mengingat Kang Dedi Mulyadi bukan saja soal Youtube, suka berbagi, iket, baju putih atau Purwakarta saja. Lebih mendasar dari sekedar kata-kata itu. Melihat atau mengingat Kang Dedi Mulyadi yakni melihat kebudayaan dan masa depan peradaban Sunda dalam dialektika perkembangan zaman. Atau melihat Jawa Barat, melihat Sunda, melihat Sunda melihat Dedi Mulyadi.

Jakarta 13 April 2023

Juson Simbolon
Blogger & Youtuber Fans KDM

#kdmharapanrakyat #jabaristimewa #fansKDM #fkdm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun