Apakah itu salah? Tentu saja tidak. Realitas politik selalu demikian. Tetapi kondisi itu menyebabkan seorang figur tersandera oleh kepentingan para mobilisator sekaligus donatur, yang telah bekerja jauh-jauh hari. Situasi demikian pula menyebabkan seorang figur tidak lagi dilihat dari kinerjanya, atau prestasi-prestasi besarnya dalam menyelesaikan permasalahan rakyat. Yang terlihat akhirnya seberapa "kinclong" seorang figur dipoles para mobilisator.
Namun keberadaan Ganjar Pranowo tetap saja memberi dampak positif di sisi yang lain. Yaitu dari sisi lanjutan "pembunuhan" politik feodalisme. Kemunculan Ganjar Pranowo jauh lebih baik dibanding kemunculan figur politisi yang lahir dan besar atas suapan nasi dengan "sendok perak" sepanjang hidupnya.
Logikanya begini, bagaimana mungkin seorang yang tidak pernah menjadi warga biasa dan hidup dalam keterbatasan bisa mengerti apa itu penderitaan rakyat? Untuk itulah Ganjar Pranowo dan Joko Widodo memiliki latar belakang yang hampir sama.
Kembali ke Amuba membelah diri. Lalu kenapa memilih Kang Dedi Mulyadi? Jawaban peralihan pilihan itu sudah saya jelaskan di alinea sebelumnya.
Alasan-alasan sosiologis, politis dan demografis juga telah dijabarkan dalam beberapa opini sebelumnya.
Sebagai tambahan, di luar konteks sosiologis, demografis dan personal KDM. Saya ingin sampaikan bahwa membangun demokrasi mestinya tidak hanya urusan mobilisasi. Tetapi bagaimana membangun partisipasi secara terus-menerus dengan isu-isu spesifik di tengah rakyat. Seperti isu lingkungan, kelestarian alam, ancaman krisis pangan, penguasaan lahan negara secara ilegal, serta penguasaan lahan oleh segelintir orang.
Selama saya mengenal Kang Dedi Mulyadi, isu-isu mendasar ini concern KDM dalam berbagai kesempatan. Baik lewat kerja-kerja politik di DPR RI, maupun sebagai personal. Tentu saja mendukung gagasan-gagasan KDM adalah langkah terbaik saat ini. Dan Itu pula sebabnya saya menjadi Amuba dalam konteks kerja-kerja digital.
Selain hal-hal panjang yang telah saya jabarkan di atas. Memang saya harus akui, saya ini Amuba. Singkatan dari Anak Muka Batak, bukan Anak Muka Badak. Hahaha
Jakarta 17 Juli 2022
Terima kasih
Rahayu..!!
Juson Simbolon
Amuba Fans KDM
#KDMharapanrakyat
#kangdedimulyadi
#dedimulyadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H