Foden telah jadi figur populer bagi para pendukung The Citizens. Sejak masih di Akademi, bersama Jadon Sancho dan Brahim Diaz, Foden adalah jaminan masa depan yang cerah.
Namun, angan-angan melihat Manhester City diperkuat oleh trio akademi sirna tatkala Jadon Sancho memutuskan hijrah ke Borussia Dortmund. Sekeras apapun Pep Guardiola mencoba, Sancho bersikukuh ia kini telah siap dan tiada waktu yang lebih tepat selain sekarang.
Pergilah salah satu winger kiri paling potensial inggris raya.
Brahim Diaz kemudian tergoda untuk melakukan hal yang sama. Walaupun Real Madrid punya Eden Hazard, Vinicius, Rodrygo, hingga Marco Asensio di posisi yang sama, Pemuda asal Spanyol telah membulatkan tekad untuk pergi. Kini di italia, berusaha mewujudkan potensi besarnya bersama AC Milan.
Phil Foden di lain sisi memutuskan bertahan. Belajar, dan tumbuh bersama para bintang sepakbola di sekitarnya. Tidak pernah sekalipun ia berpikir untuk pergi. Walau seringkali ia mengeluh karena menit bermain yang tak kunjung terpenuhi.Â
Pandit, analis, dan setiap penggila sepakbola di Manchester gerah karena tak kunjung melihat Foden beraksi. Stockport Iniesta, Left-footed Iniesta, dan berbagai julukan lain diberikan untuknya. Alih-alih mengikuti suara mayoritas, Pep melindungi Foden dan memainkannya sesekali. Tentu saja, bila sainganmu adalah David Silva, Leroy Sane, Kevin De Bruyne, Raheem Sterling, Bernardo Silva, dan Ilkay Gundogan, bermain sesekali juga adalah sebuah kehormatan.Â
Dua nama pertama kemudian hengkang. Kesempatan dan menit bermain bagi Foden meningkat. Pemain bernomor 47 Â bermain di berbagai sisi, Kanan, tengah dan kiri. Seseorang harus menyelidiki bagaimana mungkin pria bertubuh mungil bisa melakukan begitu banyak hal dengan bola? periksa juga benarkah dia orang inggris? kecakapannya dengan bola lebih mirip seperti orang Brasil! Seperti David Silva dan Leroy Sane tak pernah pergi. Foden membuktikan diri.
Musim ini, situasi unik karena pandemi adalah momen yang telah kita nanti. Penampilan-penampilan Foden tak ubahnya ekstasi yang membuat para pendukung City ketagihan. Tiap kali Foden menguasai bola, saat itu pula mereka terkagum-kagum dibuatnya. Foden, seperti seorang peselancar muda diantara para pustakawan bertubuh kaku. Bayangkan Iniesta! dua kali lebih cepat, serta kaki kiri yang menghasilkan end product menawan.
Akhir pekan lalu, Foden membuat Liverpool mati kutu. 1 gol dan 1 assist tidak cukup mendeskripsikan bagaimana peraih golden ball piala dunia u17 ini bermain saat itu. First Touch menawan, Dribbling yang mulus, dan 1 tendangan deras yang merobek jala kiper terbaik dunia. Lihatlah kaki kecil Foden, dan anda akan bertanya bagaimana bisa ia mengumpulkan daya sekeras itu.
Lantas, kalau Foden sehebat ini, kenapa baru musim ini Pep? kenapa baru sekarang?
"Saya pikir, Inggris beruntung karena punya berlian seperti Phil Foden. Sekarang dia punya beberapa menit, di masa depan dia akan bermain setiap saat" ujar Pep beberapa waktu yang lalu.
Sebenarnya, bukan hanya kita saja yang gemas melihat kesempatan minim untuk talenta sebesar Foden. Pep Guardiola pun begitu. Mungkin, tiap malam ia memutar otak bagaimana caranya memainkan Foden, dan berharap media berhenti membicarakan betapa hebat pemuda 20 tahun itu. Seperti Kita, Kelu hati Pep tiap kali nama Foden digaungkan oleh Announcer, dan menempatkannya di bangku cadangan. Pep tau,  tidak seharusnya ia duduk disitu.
Namun tidak seperti kita, Pep menjaga Foden dari lampu sorot berlebih yang bisa membuatnya layu sebelum berkembang. Sekarang adalah waktunya. Phil Foden dan Pep Guardiola. Sebuah kombinasi yang luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H