Â
Real Madrid baru saja tersingkir dari Copa Del Rey. Mari lihat lebih jauh, tim yang mengandaskan mimpi Klub asuhan Zinedine Zidane adalah Alcoyano. Yang lebih mengagetkan lagi, Klub divisi tiga Spanyol ini berhasil membalikkan papan skor saat mereka bermain dengan sepuluh orang.
Kekalahan ini didapat setelah Real gagal mencetak gol pada pertandingan seri melawan klub di jurang degradasi, Osasuna. Sebelumnya Real tersingkir di semifinal Supercopa oleh Athletic Bilbao.
Singkatnya, kekalahan terakhir semakin membuat Real Madrid terpuruk. Banyak yang menganggap kekalahan ini adalah momen historis yang mencoreng sejarah klub. Kekalahan ini akan diingat bertahun-tahun sebagai salah satu momen gelap Los Blancos selama 119 tahun klub berdiri.Â
Apa yang salah dengan dengan Klub tersukses di tanah Spanyol? mari kita uraikan satu-persatu.
Pemain Lama yang tidak sebaik dulu
Zidane memenangkan Liga Champions tiga kali berturut-turut dengan skuad yang relatif sama. Ramos, Benzema, Marcelo, Kroos, Casemiro, Modric, Carvahal, dan Varane masih menjadi andalan Zidane hingga sekarang.
Bisa dipahami kesetiaan Zidane pada para pemain ini adalah bentuk apresiasinya terhadap kesuksesan masa lalu yang diraih bersama. Hal ini membuat para pemain muda potensial yang bermunculan seperti Achraf Hakimi, Dani Ceballos, Sergio Reguilon, Mateo Kovacic sulit mendapat ruang dan memilih untuk mencari peruntungan di klub lain.
Kini, nama-nama di atas membuktikan diri saat Real Madrid mengalami krisis. Zidane mungkin menyesal tidak memberi kesempatan yang sama pada nama-nama di atas untuk mengambil peran. Saat kini ia sadar para pemain andalan tidak bisa mendongkrak performa klub, bench real madrid malah dipenuhi pemain yang juga sedang out of form macam Mariano, Eder Militao, Odriozola, Odegaard, dan Vinicius.
Zidane menyeringai saat melihat gol terakhir yang diciptakan Alcoyano. Nampaknya ia tahu fondasi tim yang ia bangun 4 tahun lalu sudah mulai rapuh. Klub butuh peremajaan, karena sebagus apapun pemain sepakbola, ia tak bisa melawan waktu. Kini waktunya beri kepercayaan lebih pada para penerus, sayang banyak diantara mereka sudah pergi karena lelah menunggu.
Transfer yang keliru
Marcelo dan Dani Carvajal adalah dua bek sayap terbaik di dunia, pada masanya. Kini mereka berdua sudah tidak secepat dulu, tidak sebaik dulu, dan itu bukanlah sesuatu yang mengagetkan. Cepat atau lambat, Real Madrid harus mencari pengganti.
Ferland Mendy dan Odriozola diboyong menjadi deputi. Sejauh ini, hanya nama pertama yang tampil baik dan menggeser posisi Marcelo. Sedang Odriozola tidak kunjung menunjukan penampilan terbaik sekelmbalinya dari peminjaman di Bayern Munich.
Mendy dan Odriozola diboyong dengan harga yang tidak murah. Seperti yang kita ketahui, bukan Real Madrid namanya kalau tidak belanja pemain mahal. Namun, khusus pada dua pembelian ini nampaknya ada kesalahan persepsi. Florentino Perez mungkin lupa bahwa ia punya dua pemain binaan akademi yang luar biasa dalam diri Achraf Hakimi dan Sergio Reguilon. Keduanya bek sayap, keduanya gratis, dan yang paling parah keduanya dijual pada jendela transfer yang sama musim ini.
Beralih pada posisi Striker ada Luka Jovic yang diboyong seharga 60 juta Euro dari Eitracht Frankfurt pada usia 21 tahun. Saat itu, ia adalah pemain yang paling dicari seantero eropa, namun dengan usia yang masih sangat muda, menilai seorang pemain hanya karena satu musim yang gemilang bukanlah langkah yang cermat. 2 tahun berselang, 2 musim setelah kedatangan, hanya 2 gol yang bisa ia ciptakan.
Pembelian yang terakhir adalah yang paling mahal. Eden Hazard diboyong seharga 100 juta Euro. layak atau tidaknya harga tersebut tidak jadi perdebatan saat itu, karena kualitas dan kemampuan pria Belgia memang tidak perlu diragukan lagi. Sayang, Hazard lebih banyak menghabiskan waktu di ruang perwatan semenjak hijrah dari Chelsea. Total, 283 hari ia harus menepi karena berbagai macam cidera. setiap kali ia kembali ke lapangan, ia terlihat kurang tajam dan kehilangan sentuhan. Hasilnya hanya 3 gol yang baru ia ciptakan sejauh ini.
Tuah Zidane yang mulai redup
Kalau anda mencari pelatih yang punya kemampuan taktikal hebat, Pep Guardiola orangnya. Atau mau pelatih yang punya kharisma luar biasa? pergilah ke Liverpool dan anda temui Jurgen Klopp disana. Namun kalau anda mau seseorang yang mampu mengeluarkan performa terbaik dari pemainnya, yang mampu memimpin sebuah klub meraih trofi karena pernah mengalaminya sendiri maka tiada yang lebih cocok selain Zinedine Zidane.
Zidane pernah meninggalkan Real Madrid dan lihatlah betapa kacaunya klub dibuatnya. Pemain yang relatif sama dan baru saja menjuarai eropa jadi bermain layaknya klub semenjana. Julen Lopetegui dan Santiago Solari bergantian menjadi korban lelucon para pendukung madrid. Kembalilah Zidane, para pemain yang tidak mampu lolos 16 besar liga champions di era Scolari ia bawa sampai ke final dan jadi juara.
Man Mangement adalah keahlian Zidane. Ia membuat para pemain yang paling berpengaruh merasa bahagia. Loyalitas berbalas itu masih ada. Bedanya, kini hasil akhir seringkali tidak memihak mereka.
Melihat berbagai masalah diatas ditambah situasi kontrak Sergio Ramos yang notabene kapten sekaligus pemain terbaik el real sedekade terakhir membuat situasi semakin rumit untuk Perez dan Zidane. Bisakah Zidane menyelamatkan Real Madrid ? Adakah pemain yang menjadi incaran Perez sebelum bursa transfer ditutup enam hari lagi?
Mari menunggu sembari berharap kesalahan-kesalahan di atas tidak terulang kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H