Mohon tunggu...
Satrio YogaPratama
Satrio YogaPratama Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Mercubuana

42321010086 - Dosen pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Desain Komunikasi Visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

K12_Diskursus Teodesi dan Kejahatan

18 November 2022   14:19 Diperbarui: 18 November 2022   14:31 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerminan seragam pula terjalin pada diri seseorang agamawan, filosof, ilmuwan serta orang yang tidak beragama sekalipun kala memandang pengalaman serta nilai- nilai pada dataran eksistensial. Seseorang ateis hendak berkata kalau kejahatan tercantum perkara yang berlawanan dengan keadilan Tuhan, lagi kalangan politeis, sebagaimana kalangan dualis, hendak berkomentar kalau bila terdapat kejahatan serta kebaikan hingga meniscayakan terdapatnya 2 sumber bentuk. Maksudnya, tiap kejahatan serta kebaikan, tiap- tiap hendak berhubungan dengan sumber ataupun pencipta yang berbeda. Namun, dalam dunia monoteis, walaupun dualitas itu masih terdapat, kebaikan senantiasa sebagai yang di atas. Kebalikannya, dalam pemahaman mistik, kejahatan sirna sama sekali serta cuma tinggal kebaikan, ialah Tuhan.

Sebutan ini mencuat pada tahun 1710 oleh filsuf JermanGottfried Leibniz dalam suatu karya berbahasa Prancis serta diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh E. Meter Huggard berjudulTheodicy: Essays on The Goodness of God, the Freedom of Man and the Origin of Evil( Teodisi: Esai tentang Kebaikan Tuhan, Kebebasan Manusiadan Keaslian watak Setan)( Freiherr von Gottfried Wilhelm Leibniz, 2007). Suatu karya yang dimaksudkan buat mancari pemecahan permasalahan tentang penyelenggaran Tuhan di dunia, ialah antitesa antara terdapatnya Tuhan yang tidak terhingga baiknya dengan kejahatan di dunia ini( Leahy 1993: 318). stilah teodise dipertahankan disamping sebutan filsafat agama( philoshophy of religion) serta filsafat ketuhanan( Philoshophy of God), sebab sebutan ini secara teknis kefilsafatan bertabiat netral serta umum.

Gottfried Wilhelm Leibniz dan Argumen Teodisinya

Leibniz masyhur sebagai orang awal yang menggaungkan sebutan teodisi. Dia mengabadikan gagasan teodisinya dalam suatu karya tulis bertajuk Essais sur la Thodice Bonte de Dieu, la Libert de l' homme et l' origine du mal( Teodisi: Esai tentang Kebaikan Tuhan, Kebebasan Manusia, serta Keaslian Watak Setan).

Melalui karya tersebut, Leibniz dengan gamblang berupaya membela keberadaan Tuhan yang tetap diragukan manakala disinggungkan dengan problem penderitaan, yang satu di antara lain tersulut musabab bencana.

Ada pula alasan teodisinya dia lontarkan dengan 2 metode, ialah lewat uraian vertikal serta horizontal. Uraian vertikal di informasikan Leibniz dengan menggambarkan gimana dirinya sebagai manusia memandang Tuhan. Uraian horizontal di informasikan Leibniz dengan menggambarkan gimana dirinya sebagai manusia memandang sesamanya( manusia yang lain).

Uraian vertikal, Leibniz mengindahkan kalau Tuhan mempunyai 3 kodrat: kodrat rasional( kebijaksanaan), kodrat kehendak( tertuju pada kebaikan), serta Mahakuasa( mencipta suatu)( Leibniz, 2007).

Awal, kodrat rasional Tuhan. untuk Leibniz, kodrat Tuhan merupakan bijaksana. Ia memanglah tidak menghasilkan dunia tanpa penderitaan, tetapi dengan kebijaksanaannya Tuhan sudah menjadikan dunia sebaik bisa jadi, dunia tipe terbaik. Karena dunia tanpa penderitaan tidak menjamin terciptanya kehidupan yang lebih baik dari kehidupan dikala ini.

Ada pula alam semesta ini terbentuk dengan 3 rasionalitas: awal, rasionalitas bisa jadi ataupun potensial" hendak terjalin ataupun tidak", kedua, rasionalitas aktual" sepatutnya terjalin", serta ketiga, kondisional. Hingga dari itu, logika simpel hendak bawa kita pada uraian kalau fenomena penderitaan( bencana) ialah suatu yang memanglah boleh terjalin di dunia, entah sebagai kemampuan, aktual, ataupun kondisional.

Kedua, kodrat kehendak. Kehendak Tuhan dipecah oleh Leibniz pada 2 jenis: antesenden serta konsekuen. Kehendak antesenden merupakan kehendak Tuhan supaya manusia mendapatkan kebaikan. Kehendak antesenden ialah kehendak Tuhan buat mengupayakan yang baik- baik buat manusia( makhluknya).

Sebaliknya kehendak konsekuen merupakan kehendak Tuhan buat membagikan peringatan kepada makhluknya manakala melaksanakan kesalahan. Oleh karenanya, penderitaan( bencana) jadi suatu yang memanglah boleh terjalin. Apalagi secara tidak langsung terbentuknya penderitaan ialah salah satu fakta dari Mahabaiknya Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun