Mohon tunggu...
Trin Satrini
Trin Satrini Mohon Tunggu... Administrasi - sahaja

Suka-suka. Tetap responsibel.

Selanjutnya

Tutup

Money

Tingkat Konsumsi Masyarakat Berpotensi Terancam?

29 Januari 2020   17:35 Diperbarui: 29 Januari 2020   17:38 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa hal yang harus dikalkulasi semenjak dini, terhadap faktor-faktor yang mampu menurunkan pendapatan riil seseorang atau masyarakat.

Penurunan pendapatan riil ini jelas merupakan penambahan beban masyarakat, yang pada gilirannya akan mengurangi tingkat konsumsi mereka.

Apa saja di bulan-bulan mendatang, yang harus kita cermati sebagai pengurang daya beli sekaligus  konsumsi masyarakat ini? 

Berikut daftarnya:

1. Kenaikan tarif tol

Ini diberlakukan mulai 1 Februari 2020 (sebentar lagi).

Ambil contoh, kenaikan yang tertinggi ada pada tarif golongan II, yakni dari Rp 11.500 menjadi Rp 15.000.

Penyebabnya adalah penyesuaiannya terhadap inflasi. 

Lucunya, ini seperti fenomena simultansi alias bolak-balik. Tol naik, inflasi pun meningkat. Inflasi meningkat, tol juga harus naik.

2. Kenaikan iuran BPJS

Hampir melonjak menjadi dua kali lipat.

Langkah ini ditempuh, sebagai upaya penambal defisit, pun karena merujuk kepada biaya keekonomiannya.

3. Kenaikan harga gas Elpiji/ LPG 3 kg (melon hijau)

Penyebabnya adalah subsidinya akan dicabut.

4. Tren kenaikan harga CPO (Crude Palm Oil), gandum, dan gula, di pasar internasional.

Nah, khusus untuk saham sendiri, pada komoditas CPO mungkin akan ada kenaikan royalti dari induk perusahaan besar produsen CPO tersebut, yang gilirannya akan menggerus margin laba perusahaan. Akankah dampak penciutan laba bisa berdampak negatif pada perekonomian tingkat lokal misalnya, walaupun tak signifikan?

Perlu kita pahami pula, bahwa yang ditakuti masyarakat atau konsumen pada umumnya ini, juga diwaspadai oleh para pelaku pasar (saham), yang dikenal dengan istilah 'sentimen negatif'.  Makin kompleks dan makin beragam faktor sentimen negatifnya dalam suatu perekonomian, maka semakin besar pula beban pergerakan pada harga saham-saham.

Kembali kepada kondisi masyarakat awam, lalu apa yang akan diikhtiarkan oleh individu-individu untuk mengantisipasi potensi penurunan pendapatan mereka?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun