Mohon tunggu...
satria winarah
satria winarah Mohon Tunggu... Programmer - yang mengenal dirinya yang mengenal Tuhannya

Seorang programmer yang membagi hatinya dengan sastra, sejarah, dan militer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Babad Banten: Maulana Hasanudin dan Maulana Yusuf

18 Mei 2021   08:00 Diperbarui: 18 Mei 2021   09:20 5392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prabu Nilakendra tidak seperti Prabu Sakti yang bertangan besi. Dia adalah seorang praktisi spiritual. Dalam buku Hitam Putih Pajajaran karya Ferry Taufiq El Jaquene, disebutkan bahwa Prabu Nilakendra mempraktikan ajaran mistis Tantra. Apa saja yang dipraktikkan oleh sekte spiritual ini tidak begitu jelas, hanya saja pasukan Sunda akhirnya jatuh pada jurang takhayul yang sangat omong kosong.

Prabu Nilakendra tidak menguatkan pasukan dengan cara yang patut, seperti menambah jumlah, meningkatkan kualitas, dan perlengkapan. Yang dilakukan Prabu Nilakendra justru membuat jimat-jimat yang berbentuk bendera. Katanya, kalau pasukan Banten melihat bendera ini, mereka akan dengan sendirinya takut. Sangat mungkin ajaran mistis ini juga yang berkaitan dengan siluman macan atau semacamnya yang juga omong kosong. Pasukan Sunda tidak menjadi lebih kuat ketika kesurupan macan atau semacamnya. Metode mistis yang digunakan ini juga menjadi bukti, bahwa saat itu pihak istana Sunda sebenarnya sudah dilanda keputusasaan, hingga mulai menempuh cara-cara supranatural.

Akibat dari doktrin mistis Prabu Nilakendra, pada tahun 1567, sebuah keputusan konyol pun dibuat.

Mungkin Prabu Nilakendra bermaksud membalas dendam akibat serangan pasukan Tambuh Sangkane yang menewaskan banyak pasukan Sunda, termasuk dua panglima sepuhnya. Pada tahun 1567 itu, Prabu Nilakendra memutuskan untuk menyerang Banten. Dia merasa sangat yakin akan menang dengan jimat-jimat yang sudah disiapkan.

Pasukan Sunda pun berangkat tahun itu. Mereka keluar dari istana dan pergi menyerang Banten. Tapi di tengah jalan, terjadi pertempuran. Tak ada satu jimat pun yang berhasil. Alih-alih membuat takut pasukan Banten, justru pasukan Islam Banten itu semakin gemas menumpas mereka. Seluruh tentara Sunda pun porak-poranda dan yang tersisa melarikan diri ke hutan, termasuk Prabu Nilakendra. Tak pernah ada yang tahu akhir cerita mereka. Tapi tentang Prabu Siliwangi yang konon berubah menjadi macan, sangat mungkin, dialah orangnya. Prabu Nilakendra merupakan Prabu Siliwangi ketujuh, menghilang ke dalam hutan usai kalah perang. Pasukannya tak ada yang tersisa, kecuali yang menjaga istana dan tidak ikut berperang.

Usai kekalahan itu, Sunda mengangkat raja barunya yang bernama Prabu Surya Kencana atau Prabu Siliwangi kedelapan pada tahun 1567.

Namun tiga tahun kemudian, giliran Banten yang dilanda duka. Sultan Maulana Hasanudin meninggal dengan tenang pada tahun 1570, di usianya yang ke 90 tahun. Melihat prestasinya, beliau terbilang sukses memimpin Kesultanan Banten.

Perlu dicatat bahwa pada masa-masa ini, Kesultanan Banten tidak menyebut Kerajaan Sunda sebagai lawan mereka. Istilah yang sering digunakan adalah Kerajaan Pakuan Pajajaran, dengan beberapa alasan. Pertama, istilah Sunda juga meliputi Banten dan Cirebon, dan juga merupakan jati diri Maulana Hasanudin dan Syarif Hidayatullah. Kedua, sebagian besar wilayah Sunda justru sudah jatuh dalam genggaman Cirebon dan Banten, dan yang tersisa hanya Pakuan Pajajaran dan sekitarnya (termasuk Parahyangan, Sumedang, dan sekitar Kawali). Ketiga, penyebutan nama kerajaan memang sering dilakukan dengan menyebut nama ibukotanya.

Maulana Yusuf, Sang Penakluk

Saat Sultan Maulana Yusuf naik tahta, Kerajaan Sunda sudah tiga tahun dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana, yakni Prabu Surya Kancana. Hanya saja, dia datang terlalu terlambat buat Sunda.

Sebagaimana ayahnya, Sultan Maulana Yusuf sangat cerdas dan pemberani. Kebijakan-kebijakan Sultan Maulana Yusuf dinilai sangat tepat pada masanya. Beliau melakukan berbagai macam kebijakan yang sukses, antara lain sistem irigasi, danau buatan, perluasan masjid agung Banten, memperkuat pertahanan istana Surasowan, hingga yang paling penting, meningkatkan kualitas dan kuantitas pasukan Kesultanan Banten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun