Peran guru di kelas sangat mempengaruhi kemauan siswa dalam mengikuti aktivitas belajar, terutama dalam aktivitas menyimak. Itulah sebabnya suasana belajar beranekaragam. Ada siswa yang sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran, ada pula yang tidak terlalu memperhatikan gurunya, saat guru menyampaikan materi ataupun informasi, bahkan rasa kantuk hingga tertidur lelap sering terjadi.Â
Menurut Sunarto (2008:199) sikap remaja atau dalam hal ini siswa terhadap pendidikan sekolah banyak diwarnai oleh cara guru yang mengajarnya. Guru yang "baik" di mata para siswanya tidak hanya tergantung kepada guru itu sendiri, melainkan tergantung banyak faktor. Guru yang baik itu adalah guru yang mampu menjadi jembatan pengetahuan dan kesulitan siswa dalam memahami segala materi yang diajarkan dengan metode pengajaran yang variatif, efektif, dan inovatif.
Segala bentuk yang ditampilkan saat mengajar berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran. Tampilan tersebut dapat berupa strategi dalam mengelola pembelajaran, pemanfaatan media ajar, kondisi fisik dan kesehatan guru, hingga warna pakaian, bahkan minyak wangi guru pun cukup mempengaruhi perasaan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hal demikian membuktikan bahwa kesungguhan dalam mengajar berpengaruh positif.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yang kita ketahui ada empat segi keterampilan di dalamnya, antara lain keterampilan menyimak, berbicara, membaca, serta menulis. Keterampilan yang paling mendominasi digunakan siswa dalam pembelajaran ialah menyimak. Menyimak menjadi aktivitas yang produktif karena dari aktivitas inilah segala pengetahuan dan informasi seharusnya siap ditangkap oleh siswa di kelas belajar.Â
Untuk itu, strategi guru dalam menampilkan pembelajaran menyimak diperlukan hal-hal menarik atau disenangi siswa. Ketika tampilan tersebut menarik, tentu siswa antusias dalam menyimak pembelajaran. Suasana pembelajaran yang kondusif seperti itu erat kaitannya dengan indikator sikap belajar siswa dalam pembelajaran.
Selanjutnya, stimulasi dalam pembelajaran menyimak sangat diperlukan, terutama dalam pemanfaatan media sebagai alat penyampaian informasi dan pengetahuan. Hal demikian menjadi penting karena seringkali pengajaran menyimak yang tidak maksimal mengindikasikan sikap siswa kurang memperhatikan materi menyimak dari gurunya.Â
Beberapa penelitian mengungkapkan tentang pengajaran menyimak, salah satunya yang dilakukan oleh Paul T.Rankin melaporkan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak. Selanjutnya, menurut Wilt, bahwa jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyimak di kelas-kelas sekolah dasar kira-kira 1 sampai 2 jam sehari. Hal demikian menerangkan bahwa menyimak merupakan aktivitas penting dan mendominasi dalam pembelajaran (dalam Tarigan, 2008:12).
Dalam sebuah temuan, Antesa (2005:3) mengemukakan bahwa keterampilan menyimak saat ini kurang mendapat perhatian yang serius dari semua pihak, baik guru maupun bagi siswa. Mereka sulit sekali menerapkan kemampuan menyimak terutama yang dilakukan di sekolah-sekolah dan bagi siswanya sukar untuk menemukan permasalahan apa yang disimak. Kondisi yang terjadi dapat disebabkan oleh penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran menyimak yang kurang maksimal dan inovatif.Â
Media teks, papan tulis, dan guru sering kali menjadi satu-satunya media yang digunakan di sekolah. Media powerpoint yang seharusnya mudah digunakan, sebaliknya kurang maksimal dalam merancang dan mengaplikasikannya. Selain itu, Halikul (1997: 23) menemukan beberapa sikap buruk dalam pembelajaran.Â
Temuan tersebut, diantaranya siswa tidak serius dalam mendengarkan bahan simak, melamun, mempermainkan alat tulis atau mencoret-coret, dan memperhatikan hal-hal yang terjadi di luar kelas, siswa menyimak sambil mencatat, kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas adalah kesulitan dalam menghubungkan kembali peristiwa-peristiwa yang ditangkap dalam bahan simak berupa audiovisual materi yang diajarkan.
Dalam berkomunikasi, baik antara guru dengan siswa ataupun sebaliknya, menyimak bertujuan untuk mendapatkan informasi. Jika siswa kurang baik dalam menyimak, berkomunikasi pun akan sia-sia. Informasi yang seharusnya dipahami siswa sebagai hasil berkomunikasi tidak didapatkan dengan maksimal. Sehingga ketercapaian guru dalam memberikan pesan tersendat faktor menyimak yang belum sempurna. Hal demikianlah yang harus diperbaiki dan diperhatikan oleh setiap pendidik. Itulah sebabnya guru harus kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan media pembelajaran menyimak sesuai kebutuhan siswanya. Media ajar yang baik ialah mampu menyampaikan informasi kepada siswa, kemudian siswa dengan mudah menangkap dari apa yang disampaikan melalui media tersebut.
Kemudian, sebagai perencanaan agar siswa menyimak dengan intensif, materi pembelajaran menyimak dirancang dengan tampilan unik dan menarik perhatian siswa untuk menyimak. Beberapa contoh media pembelajaran menyimak yang sering digunakan di sekolah, di antaranya media orang (guru, narasumber, tokoh, dan akademisi), radio, televisi, rekaman, telepon, flip chart dan flow chart, papan tulis penanda (visual dan teks), dan multimedia komputer atau biasanya powerpoint dan audio-video.
Sehubung dengan itu, media sebagai alat atau sarana pendukung dalam pembelajaran. Ketersediaan alat pendukung pembelajaran di sekolah sangat diperlukan. Selain membantu, media juga dapat dijadikan alat yang memberikan pengetahuan tertentu bagi penggunanya. Selain itu, pemanfaatan media pembelajaran juga diharapkan dapat menstimulasikan siswa pada pembelajaran menyimak dengan sikap antusias ataupun sungguh-sungguh.
Beberapa penelitian relevan dengan penelitian ini yang pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Dengan Menggunakan Rekaman Siswa Kelas II SLTP Negeri 14 Kota Bengkulu (Damsiaty:2000), Pengembangan Bahan Ajar LKS Mendengarkan Berbasis Media Audio untuk Siswa kelas VII SMP Kurikulum 2013 (Chotimah:2014), Pengembangan Media Pembelajaran dengan Adobe Flash Professional CS6 pada Materi garis Singgung Lingkaran (Supriyatna:2014), dan Model Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif Melalui Multimedia Interaktif sebagai Determinan Peningkatan Keterampilan Menyimak Kritis Mahasiswa (Arono:2013).
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa melakukan pengembangan materi pembelajaran menyimak dengan media yang inovatif menjadikan kondisi tidak efektif yang sering terjadi dalam proses pembelajaran menyimak dapat teratasi. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengembangan materi pembelajaran menyimak dengan menggunakan media flash. Media flash digunakan sebagai program multimedia untuk mendesain atau merancang produk media pembelajaran menyimak.Â
Media flash juga didukung audiovisual, animasi, gerak, gambar-gambar, dan berbagai bentuk multimedia interaktif lainnya, sehingga sesuai dengan materi pembelajaran menyimak. Media flash sebagai salah satu media pembelajaran menyimak semoga bisa menginspirasi kita semua sebagai pendidik agak bisa menjadi lebih mengefektifkan pengajaran.
Daftar Referensi:
Antesa, Melti. 2005. Kemampuan Menyimak Dialog Siswa Kelas III SLTP PGRI Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi tidak diterbitkan. Bengkulu: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.
Arono. 2013. Model Pembelajaran Aktif Integratif Melalui Multimedia Interaktif Sebagai Determinan Peningkatan Keterampilan Menyimak Kritis Mahasiswa (Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bengkulu). Disertasi. Bandung: Program Studi Pendidikan Bahassa Indonesia, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Chotimah, Husnul Dwi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar LKS Mendengarkan Berbasis Media Audio Untuk Siswa Kelas VII SMP (Kurikulum 2013). Skripsi. Bengkulu: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bengkulu.
Damsiaty. 2000. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Dengan Menggunakan Rekaman Siswa Kelas II SLTP Negeri 14 Kota Bengkulu. Skripsi tidak diterbitkan. Bengkulu: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bengkulu.
Halikul. 1997. Peningkatan Keterampilan Menyimak Wacana Narasi Dengan Menggunakan Rekaman Dongeng Siswa Kelas I SLTPN 5 Pino. Skripsi tidak diterbitkan. Bengkulu: Program Studi Pendidikan Bahasan dan Sastra Indonesia.
Supriyatna, Eka. 2014. Pengembangan Media Pembelajaran Dengan Adobe Flash Professional Cs6 Pada Materi Garis Singgung Lingkaran. Skripsi. Bengkulu: program studi pendidikan matematika FKIP Universitas Bengkulu.
Sunarto, dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H