Mohon tunggu...
Satria Wiguna
Satria Wiguna Mohon Tunggu... -

Enterpreneur Pemula yang senang berbagi pengalaman apapun dengan siapapun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Nasional yang Canggih

27 Maret 2012   07:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:25 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu arti kata Canggih adalah Rumit.
Nah, yang saya maksud dengan Kurikulum Nasional yang Canggih pada judul di atas, ya emang Canggih yang sama dengan Rumit ditambah Berat.

Zaman saya dulu masih mengenal Kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), sedangkan sejak awal tahun 2000-an muncullah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang selanjutnya diganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Rangkaian perubahan kurikulum secara lengkap, bisa dilihat di sini: Perjalanan Kurikulum Nasional.
Sebenarnya saya tidak menyoroti sepenuhnya tentang kurikulum nasional, melainkan hanya mengutarakan "betapa beratnya beban kurikulum" anak-anak sekolah sekarang. Hal itu saya temui berkaitan dengan pekerjaan saya sebagai pengajar privat.

Zaman saya, tahun 90-an akhir, mendekati awal 2000-an, jumlah pelajaran di sekolah, SMA tidak sebanyak sekarang. Waktu kelas 1 SMA (sekarang kelas 10), jumlah pelajaran yang saya terima "cuma" sekitar 13 kalau tidak salah. Terdiri dari:
1. Pend. Agama
2. Bahasa Indonesia
3. PPKn
4. Matematika
5. Fisika
6. Kimia
7. Biologi
8. Bahasa Inggris
9. Sejarah
10. Olah Raga
11. Kesenian
12. Ekonomi
13. Geografi

Sementara anak-anak SMA kelas 10 sekarang, jumlah pelajaran bisa sampai 17, terdiri dari:
1. Pend. Agama
2. Bahasa Indonesia
3. PPKn
4. Matematika
5. Fisika
6. Kimia
7. Biologi
8. Bahasa Inggris
9. Sejarah
10. Olah Raga
11. Kesenian
12. Ekonomi
13. Geografi
14. Bahasa Asing Selain Inggris (bisa Bahasa Arab, Jepang, Mandarin, Jerman, Francis dsb)
15. Bahasa Daerah
16. TIK
17. PLH

Bahkan kelas 12 yang "dibebani" untuk lulus Ujian Nasional sekalipun masih harus menghadapi jumlah mata pelajaran yang bertumpuk. Belum lagi untuk kelas 12 ada tambahan pendalaman materi.
Saya tidak mengerti, sebenarnya apa tujuan dari pemberian banyaknya beban mata pelajaran buat anak-anak SMA tersebut?

Pernahkah penyusun kurikulum nasional memikirkan terlalu banyaknya beban belajar anak-anak sekolah?
Terkadang saya berpikir, sepertinya yang menyusun kurikulum pelajaran di negeri ini begitu cerdas dan jenius lantas menganggap semua anak-anak sekolah secerdas dan sejenius beliau/mereka, sehingga dibuatlah kurikulum yang menumpuk-numpukkan sebanyak mungkin pelajaran buat anak sekolah. Kan anak-anak sekolah semuanya cerdas dan jenius, jadi pasti semuanya bisa melahap beban pelajaran yang diberikan?
Entahlah...

Sayangnya, fakta dan pengalaman selama mengajar privat, saya malah lebih sering menemui anak-anak yang begitu kelelahan menerima beban mata pelajaran sehingga hampir tidak ada satu pun pelajaran yang terserap dengan baik. Bahkan tidak sedikit yang logika berpikirnya belum terbentuk dengan baik terutama di matpel eksakta seperti Matematika, Fisika bahkan Kimia. Biologi pun cenderung dijadikan pelajaran hapalan.
Imbasnya, ketika menghadapi soal-soal yang diujikan dalam Ujian Nasional (apalagi SNMPTN), mereka merasa kerepotan dan stress. Padahal, menurut saya, tingkat kesulitan soal-soal UN maupun SNMPTN sudah cukup menurun dibandingkan soal-soal lama.

Yang cukup mengejutkan, beberapa bulan lalu pernah terdengar kalau dalam kurikulum pendidikan nasional akan ditambahkan pelajaran anti korupsi, selanjutnya ada juga penambahan pendidikan seks. Tidak terbayang, semakin bertumpuk saja beban belajar anak-anak sekolah tersebut.

Hhhmmm... bagaimana menurut anda?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun