Mohon tunggu...
Satria
Satria Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Perjalanan Makna

Catatan Perjalanan Makna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Roda Kehidupan - Kimetsu No Yaiba (Kamado Tanjiro)

20 November 2022   11:52 Diperbarui: 20 November 2022   11:54 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kehidupan kami memang tidak mudah, tapi kami bahagia.

Kehidupan itu sama seperti langit, selalu bergerak dan berubah.

Langit tak selalu cerah, juga tak selalu turun salju.

Kemudian saat kebahagiaan hancur, aku selalu mencium aroma kematian


( Kamado Tanjiro - Kimetsu No Yaiba Eps : 1 )

---------

Kita udah sering denger kalimat tentang "hidup itu seperti roda yang berputar", yang berarti kita punya giliran untuk merasakan bahagia dan menderita, kaya dan miskin, gagal dan berhasil. Tapi apakah kita juga berpikir bahwa durasi untuk keduanya itu tidaklah selalu adil. Atau bisa dibilang, kitalah yang menentukan roda itu harus berputar sekarang atau nanti. Saat roda memposisikan kita ada pada kondisi menderita, jika kita tidak berusaha untuk bahagia maka roda itu mungkin tidak akan berputar. 

Kebahagiaan Si Penderita

Saat kita memberikan uang dengan nominal Rp.50.000 kepada anak Si Miskin dan Si Kaya. Kita bisa bilang ini adalah bentuk sederhana dari keadilan yang merata. Tapi bagaimana reaksi terhadap keduanya, belum tentu akan sama. Anak Si Kaya mungkin akan menganggap pemberian ini adalah hal yang biasa saja. Tapi bagi anak Si Miskin, bisa jadi nominal itu adalah hal yang luar biasa seolah dia bisa membeli semuanya dengan uang itu. 

Kita sering menilai sesuatu berdasarkan penilaian singkat dari apa yang kita pahami dan menjadi asumsi instan, tapi mengabaikan latar belakang dari object penilaian  itu sendiri. Ini membuat kita sering beranggapan bahwa kondisi seseorang yang tidak lebih baik dari kita itu harus kita kasihani. Secara umum yah memang wajar, tapi satu sisi kita sering merasa bahwa mereka itu lebih sering tertawa dan terlihat bahagia jika dibandingkan kita yang bahkan untuk senyum saja sudah sulit dan tidak punya waktu untuk bercanda.

Biasanya kita akan menilai bahwa kemiskinan adalah sumber penderitaan. Tapi kita lupa kalo salah satu senyuman terindah itu ada pada wajah orang bersyukur dengan nikmat Tuhan atas apa yang diberikan. Meskipun kita akan terlihat naif untuk bilang senyuman itu mewakilkan kebahagiaan. Tapi bisa kita simpulkan bahwa kemiskinan hanyalah salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kebahagiaan kita, di sisi lain kita lah yang menentukan mau bahagia atau tidak. 

Roda Kehidupan

Kita memang sudah sering mendengar tentang roda kehidupan akan selalu berputar. Suatu saat kita akan berpindah dari satu kondisi ke kondisi lain. Tapi ada hal yang kita benar-benar lupa bahwa roda akan berputar jika kondisinya normal dan memungkinkan untuk bergerak. Sama seperti manusia, kehidupan kita mungkin akan berubah menjadi lebih baik jika kondisi kita memang sudah sewajarnya untuk berubah. Untuk alasan apapun tidak ada istilah melangkah tanpa menggerakkan kaki. Jika kita diam mungkin kehidupan kita pun bisa saja tidak berubah sama sekali. Layaknya roda pada motor yang sedang diparkir.

Banyak dari kita itu berprasangka terlalu apa adanya pada takdir. Padahal takdir itu sendiri berharap adanya roda yang selalu berputar untuk memastikan kehidupan ini berjalan seperti seharusnya. Ada yang lahir dan ada yang mati, ada yang jatuh miskin dan ada yang menjadi kaya. Tapi kondisi di zaman sekarang, kita sebagai manusia sudah mengubah algoritma kehidupan dimana  sistem hidup kita ini sudah tidak normal. Meskipun tidak untuk semua aspek kehidupan.

Langit tak selalu cerah dan tidak selalu turun salju. Bahkan alam pun sudah menyindir kita bahwa hidup itu harus selalu bergerak. Kita tidak bisa berharap selalu turun hujan untuk terus diam di rumah, dan ada waktunya matahari harus terbenam sebagai alarm bahwa kita itu punya waktu untuk istirahat. Kurang lebih seperti ini lah alam memberitahu kepada kita tentang sistem kehidupan. 

Titik Awal Kebencian

Suatu saat, kita akan menyadari bahwa roda itu pun tidak selamanya akan berputar meskipun kita berkehendak untuk bergerak. Ada kalanya roda itu bocor, kempes atau rusak yang membuat kita itu harus berhenti meskipun kita tidak mau. Akan ada masa dimana kita harus memperbaiki roda itu untuk tetap bisa jalan. 

Ya, sama seperti hidup kita yang pasti akan mengalami hal yang tidak kita inginkan. Entah itu, kita sendiri yang mengalami musibah atau kehilangan salah satu keluarga yang kita anggap sangat penting. Kondisi ini lah yang akhirnya membuat kita berhenti sejenak untuk berjalan setidaknya untuk memperbaiki mental yang sedang rapuh. 

Kondisi rapuh ini sering membuat kita membenci banyak hal yang bahkan tidak berkaitan dengan musibah itu sendiri. Umumnya kita akan menghindari keramaian untuk sekedar menenangkan diri sebagai proses penyembuhan mental yang sedang rapuh. Dan memang tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain itu. 

Setidaknya ini akan menjadi gambaran dari makna roda kehidupan. Bahagia itu fana, begitupun juga dengan penderitaan. Rotasi dari keduanya itu tergantung dari bagaimana kita bersikap dengan kondisi apapun. Orang kaya sekalipun, tidak akan merasa bahagia atau bahkan tidak nyaman dengan kondisinya jika salah memiliki sikap dan mental yang tepat. 

Kita bisa beranggapan bahwa kekayaan itu memang bisa diwariskan untuk dinikmati oleh generasi selanjutnya, tapi tidak dengan kebahagiaan. Kita mungkin bisa memahami bagaimana seorang pewaris berjuang, tapi bukan berarti kita bisa melakukan atau mengalami hal yang sama. Setidaknya untuk mau memulai dari 0. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun