Mahasiswa Baru (PKKMB), yang dulu sering dikenal sebagai Ospek, telah menjadi bagian integral dalam pengalaman mahasiswa baru di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Kampus diharapkan menjadi tempat pembelajaran, pengembangan diri, dan kolaborasi antar mahasiswa. Meskipun demikian, isu senioritas dalam ospek yang sering kali berkedok kaderisasi merupakan fenomena yang menimbulkan kontroversi dan pertanyaan: apakah tujuan sejati dari kegiatan ini adalah mendidik atau hanya ajang balas dendam?
Pengenalan Kehidupan KampusÂ
Ospek, pada dasarnya, bertujuan membantu mahasiswa baru beradaptasi dengan lingkungan kampus, memperkenalkan mereka pada organisasi dan kegiatan kampus, serta memupuk semangat kebersamaan. Senioritas, sebagai hierarki yang muncul berdasarkan tingkatan semester, pada dasarnya harus mempromosikan nilai-nilai positif seperti kerja sama, pengembangan diri, dan penghargaan terhadap perbedaan.
Namun, seringkali ospek menjadi tempat bagi mahasiswa senior untuk menunjukkan dominasi mereka atas mahasiswa baru. Hal ini dapat mencakup tindakan merendahkan, mempermalukan, atau bahkan kekerasan fisik dan verbal terhadap mahasiswa baru. Beberapa mendukung senioritas dalam ospek dengan argumen bahwa melalui pengalaman ini, mahasiswa baru akan menjadi lebih kuat, belajar menghormati senior, dan membangun karakter yang tangguh.
Namun, kritik terhadap senioritas dalam ospek menganggapnya sebagai perilaku merugikan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan, persamaan, dan rasa hormat dalam pendidikan tinggi. Ospek yang didasarkan pada balas dendam atau kekuasaan senior tidak dapat membangun persaudaraan yang sehat dan lingkungan yang inklusif. Selain itu, tindakan seperti ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan emosional, mental, dan fisik mahasiswa baru, bahkan mengakibatkan trauma jangka panjang.
Penting untuk menyadari bahwa senioritas yang sehat haruslah mengedepankan nilai-nilai positif seperti kerja sama, pengembangan diri, dan penghargaan terhadap perbedaan. Didikan yang efektif harus membantu mahasiswa baru mengatasi tantangan akademik dan sosial, serta memberikan pemahaman tentang nilai-nilai kehidupan kampus yang sehat.
Beberapa perguruan tinggi telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah senioritas dalam ospek. Mereka menerapkan sistem pembinaan yang lebih terstruktur, melibatkan pengawasan fakultas, dan memperkenalkan kegiatan yang lebih bermakna untuk memperkenalkan mahasiswa baru pada kehidupan kampus. Beberapa perguruan tinggi bahkan melarang praktik ospek yang melibatkan intimidasi dan kekerasan.
Dalam menghadapi polemik senioritas dalam ospek, kolaborasi antara pihak-pihak terkait, seperti mahasiswa, staf akademik, dan pihak berwenang kampus, menjadi penting. Pendidikan dan pemahaman tentang pentingnya sikap saling menghormati dan inklusivitas dalam lingkungan kampus perlu diperkuat. Mahasiswa senior juga harus dilibatkan dalam proses pembinaan dan pengawasan ospek, di mana mereka diberi pemahaman mengenai peran mereka sebagai panutan yang bertanggung jawab dalam memperkenalkan mahasiswa baru pada lingkungan kampus. Perlu adanya kebijakan yang jelas dan tegas mengenai pelarangan tindak intimidasi, penghinaan, dan kekerasan dalam ospek.
Dalam mengatasi polemik senioritas dalam ospek, perlu diingat bahwa tujuan utama ospek adalah membantu mahasiswa baru beradaptasi dan mengembangkan diri mereka. Dengan pendekatan yang peduli, inklusif, dan didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, perguruan tinggi dapat menciptakan lingkungan yang mempromosikan pertumbuhan dan kesejahteraan bagi semua mahasiswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H