Aroma kopi pahit menyengat hidung, bercampur dengan bau tinta dan keringat. Jam dinding berdetak keras, menghitung mundur waktu yang semakin menipis. Di sebuah ruang ujian, puluhan mahasiswa duduk berjejer, wajah mereka tegang, mata mereka menatap kertas ujian dengan rasa cemas yang mendalam.
"Kertas ujian ini bukan hanya alat penilaian, tetapi juga kertas penghukum," gumam Rina, seorang mahasiswa semester akhir, menatap kertas ujian di hadapannya dengan rasa takut dan kecewa.
"Kenapa kamu berkata begitu?" tanya Rudi, sahabat Rina, menatap Rina dengan rasa penasaran.
"Karena ujian ini sering kali tidak mencerminkan kualitas pengetahuan yang kami peroleh di kampus," jawab Rina, "Ujian ini hanya berfokus pada hapalan dan pengetahuan teoritis yang jarang berhubungan dengan dunia nyata. Banyak mahasiswa yang pintar dalam ujian, tapi tidak mampu mengaplikasikan ilmunya dalam praktik."
"Ya, benar," sahut Rudi, "Sistem pendidikan di kampus ini sering kali terjebak dalam keterikatan pada penilaian akademis yang kaku. Kertas ujian menjadi patokan utama dalam menentukan kesuksesan mahasiswa, sementara keterampilan praktis dan kemampuan berpikir kritis sering kali terabaikan."
Rina menggeleng kepala, menatap kertas ujian di hadapannya dengan rasa kecewa.
"Ujian ini sering kali membuat mahasiswa tertekan dan merasa takut gagal. Mereka dipaksa untuk belajar secara hafalan, tanpa mengerti makna ilmu yang dipelajari. Mereka dipaksa untuk berlomba mencari nilai, bukan mencari pengetahuan."
"Kita seperti robot yang diprogram untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya," ujar Rudi, menambahkan sedikit sarkasme.
"Kita harus mencari cara untuk mengubah sistem pendidikan ini," kata Rina, menyertakan sedikit harapan dalam suaranya.
"Kita harus berani menentang sistem yang tidak adil ini," sahut Rudi, "Kita harus menunjukkan bahwa pengetahuan bukan hanya tentang kertas ujian, tetapi tentang kemampuan berpikir kritis, mencari solusi, dan mengubah dunia menjadi lebih baik."
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H