Pak Ubaid adalah seorang petani yang tinggal di sebuah desa kecil. Ia adalah sosok yang dikenal kocak dan suka melucu. Meski begitu, Pak Ubaid juga dikenal punya pemikiran tajam dan kritis terhadap kondisi pemerintahan di negerinya.
Â
Suatu hari, Pak Ubaid berniat pergi ke kota untuk mengunjungi anaknya yang kuliah. Di kota, ia terpesona dengan banyaknya gedung pencakar langit dan berbagai fasilitas modern, tetapi juga sedikit kecewa melihat ketimpangan sosial yang begitu nyata.
Â
Pak Ubaid akhirnya bertemu dengan anaknya, Baskoro, yang saat itu sedang melakukan demonstrasi kritis terhadap pemerintah. Pak Ubaid melihat Baskoro dan teman-teman sejawatnya menyuarakan isu-isu seperti korupsi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.
Â
"Ah, demonstrasi macam apa ini, Kok? Kamu bukannya harus belajar di kampus?" tanya Pak Ubaid dengan nada bercanda.
Â
"Ini juga bentuk belajar, Pak. Kami belajar mencari keadilan," jawab Baskoro.
Â
Pak Ubaid kemudian terdiam, kemudian ia terlihat berpikir dan memandang pada spanduk-spanduk yang dibawa mahasiswa dengan serius. Mendadak, ia meraih spanduk dari salah satu mahasiswa dan ikut berteriak, "Kami butuh pemerintah yang bekerja, bukan pemerintah yang kerja-kerja doang!"
Â
Hal tersebut cukup mengejutkan Baskoro dan teman-temannya, bahkan para petugas keamanan yang melihatnya. Namun, ucapan Pak Ubaid justru membuat semua orang tertawa dan suasana demonstrasi yang mulanya tegang menjadi lebih rileks.
Â
"Coba Pak Ubaid ini jadi presiden, pasti asyik!" canda salah satu mahasiswa.
Â
Pak Ubaid hanya tertawa tipis mendengarnya. Saat pulang ke desa, Pak Ubaid memutuskan untuk membentuk kelompok diskusi di desanya. Ia berharap melalui diskusi tersebut, para petani dan warga desa dapat lebih sadar dan kritis terhadap kondisi pemerintahan saat ini.
Â
Meski hanya petani biasa, Pak Ubaid membuktikan bahwa setiap orang memiliki hak untuk kritis dan turut serta dalam proses demokrasi. Dan seperti biasa, Pak Ubaid melakukannya dengan cara yang penuh humor dan keceriaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H