Mohon tunggu...
Satria Putra Adiguna
Satria Putra Adiguna Mohon Tunggu... -

ayo semangat

Selanjutnya

Tutup

Nature

Gubernur (untuk) Orang Utan

17 November 2013   21:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:02 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Joko Widodo atau Jokowi bebeberapa waktu lalu mengeluarkan kebijakan bahwa jakarta di 2014 akan menjadi kawasan terlarang untuk topeng monyet, razia sudah mulai dilakukan di beberapa titik yang biasa menjadi tempat pertunujukan topeng monyet. jenis monyet yang di gunakan dalam pertunjukan adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) Di 2014 jokowi berharap jakarta akan “bersih” dari topeng monyet, Sejumlah alasan dikemukakan salah satunya adalah praktik topeng monyet dilakukan menggunakan cara yang kejam, memotong gigi taring agar tak ada rabies, pemberian makan yang sembarang sehingga monyet menderita cacingan, dipukuli dan digantung agar jinak dan menjadi penurut. Hal ini menyebabkan kondisi monyet menjadi tidak sehat dan berpotensi menularkan penyakit bagi manusia.  Jokowi  menilai bahwa perlakuan yang burut tersebut tidak berperikemonyetan.

Gubernur Monyet, jokowi tak keberatan jika ia dijuluki nama tersebut. Hal ini dilakukan demi melindungi warga jakarta dari penyakit yang ditularkan oleh monyet dan keberadaan topeng monyet yang menganggu ketertiban umum. Monyet-monyet yang tertangkap saat razia akan di rawat di kebun binatang ragunan. Memulihkan kembali kondisi fisik dan jiwa monyet yang terganggu selama dipelihara. Lalu bagaimana dengan kerabat dekat monyet ekor panjang yang juga mengalami nasib yang buruk ? orang utan atau dalam bahasa ilmiah pongo pygmaeus pygmaeus. Tersebar di hutan tropis kalimantan dan sumatera. Kini orangutan terus terancam oleh manusia. Hutan tropis sebagai habitatnya terus beralih menjadi pertambangan, perkebunan sawit, pemanfaatan kayu dan lain-lain. Habitat yang hancur hingga konflik dengan manusia adalah cerita yang selalu muncul setiap tahun. Di pertengahan september 2011 muncul kasus pembantaian puluhan orang utan di Kutai Kartangegara, Kalimantan Timur. Bukti adanya foto-foto tentang pembantaian orang utan, konstruksi kerangka tulang orang utan, serta pengakuan kepala desa yang mengatakan bahwa pembantaian orang utan sudah merupakan rahasia umum didaerahnya. muncul dugaan kuat pembantaian ini dilakukan oleh perusahaan sawit yang beroperasi disekitar lokasi pembantaian. Orangutan dianggap sebagai hama sehingga dapat merugikan perusahaan untuk itu pembasmian hama (orang utan) Lalu di Pontianak, Kalimantan Barat. Konflik manusia dan orang utan pun tak terelakan ketika orangutan kehilangan habitatnya mulai pergi ke pemukiman warga, seekor orang utan jantan dibakar massa ketika hendak di usir keluar dari permukiman.
orang-utan-dibakar-di-kalimantan-jadi-perhatian-dunia
orang-utan-dibakar-di-kalimantan-jadi-perhatian-dunia
Itu adalah sebagian dari banyaknya cerita tentang keberadaan orang utan yang terus terancam meskipun Orangutan telah dilindungi oleh Undang-Undang No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Meski begitu sampai sekarang pembunuhan, pembantaian, perdagangan orang utan terus terjadi. Terbitnya undang-undang mesti dikawal dengan penegakan hukum. Hukum yang tegak tanpa dipengaruhi oleh kepentingan dan kekuasaan akan menimbulkan efek yang jera bagi pelaku. Wujudkan hukum yang adil, tak hanya menyeret sang eksekutor tapi juga orang-orang dibelakangnya yang terlibat. Butuh keseriusan dari semua pihak, Bagaimana mungkin melindungi orangutan ketika hutan sebagai habitatnya terus dialihfungsikan, sebagai lahan sawit misalnya orangutan dianggap sebagai hama. Bukankah hama itu dibasmi untuk melidungi tanaman ? orang utan jadi korban. Harus menunggu berapa banyak lagi cerita untuk menyadarkan kita bahwa ada makhluk hidup asal indonesia bernama orang utan yang nasibnya terancam oleh bayang-bayang penganiyaan,pembantaian hingga perusakan hutan di tanah sendiri
orangutan-color-free-poster
orangutan-color-free-poster
Sama seperti monyet di jakarta, orang utan butuh gubernur yang mampu melindunginya. Yang mau bertanggung jawab terhadap daerah yang dipimpinya, ada aspek lingkungan hidup disamping aspek ekonomi yang harus diperhatikan, memimpin dengan nurani niscaya keberadaan orang utan dapat terjaga. referensi dan sumber foto : http://www.belantaraindonesia.org/2011/07/fakta-tentang-orang-utan-sumatera.html http://keluargakamil.wordpress.com/2011/01/19/delman-dan-topeng-monyet/ http://www.merdeka.com/dunia/orang-utan-dibakar-di-kalimantan-jadi-perhatian-dunia.html http://antitankproject.wordpress.com/2011/10/05/save-orangutan/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun