"Dalam perencanaan tahun 2024, ALISHTER menargetkan pelatihan di 42 kabupaten/kota dalam 22 provinsi. Secara rinci pelatihan akan dilaksanakan di Provinsi: Aceh, Sumatra Utara, Riau, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara/Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, dan Bali," paparnya.
Selain, sambungnya, kegiatan pelatihan herbisida terbatas parakuat, di tahun 2024 ini ALISHTER akan tetap mendukung pemerintah Indonesia dalam mempertahankan parakuat di sidang COP ke-12 Rotterdam Convention di Jenewa, Swiss pada tahun 2025.
Upaya ini dilakukan karena dari hasil studi dan jajak pendapat yang dilakukan oleh ALISHTER, parakuat tetap dibutuhkan oleh para petani untuk penyiapan lahan dan pengendalian gulma. Sekitar 90%
petani telah merasakan manfaat nyata parakuat yaitu mudah digunakan, mengurangi penggunaan tenaga kerja, dan harganya terjangkau.
Pelatihan yang dilakukan oleh ALISHTER juga membuahkan hasil, terbukti dari hasil jajak pendapat lebih dari 70% petani telah melakukan pembilasan sprayer setelah melakukan aplikasi dan merusak kemasan bekas prolintan.
Menurut Ketua ALISHTER, Mulyadi Benteng, kegiatan pelatihan ini difokuskan di kabupaten-kabupaten yang frekuensi penggunaan parakuatnya cukup tinggi. Berbagai data dan studi menunjukkan bahwa parakuat relatif aman terhadap manusia dan lingkungan jika
digunakan sesuai dengan rekomendasi.
Oleh karena itu, tegas Mulyadi sangat penting bagi para pengguna untuk memahami cara penggunaan prolintan termasuk parakuat secara tepat dan aman.
Selanjutnya, parakuat diklorida masih harus diperjuangkan kembali di COP-12 Rotterdam Convention di tahun 2025. Pemerintah Indonesia harus memberikan posisi di Konferensi tersebut untuk mempertahankan penggunaan parakuat diklorida oleh petani Indonesia.
Â
"Dalam mendukung pemerintah untuk membentuk posisi tersebut, ALISHTER akan memberikan data dan informasi terkait mengenai pentingnya peran parakuat diklorida bagi ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani di Indonesia," ujarnya.
"Data dan informasi terkait yang akan diberikan termasuk mengenai pelatihan bagi petani di berbagai wilayah diseluruh Indonesia dalam menggunakan parakuat, serta pengembangan alat aplikasi inovatif
'Closed Loop Knapsack System (CLKS)' yang lebih aman bagi petani dalam menggunakan parakuat," imbuhnya.
Ia menjelaskan, ALISHTER akan memperkenalkan teknologi CLKS ini di tahun 2024, dimana teknologi ini memungkinkan petani terhindar dari paparan parakuat diklorida.
"CLKS adalah solusi praktis dan aman, karena tangki sprayer hanya berisi air dan petani dapat menghindari proses menyampur dan menuang prolintan," katanya.
"ALISHTER memberikan dukungan untuk produksi lokal dan komersialisasi CLKS agar petani dapat mengakses teknologi ini dengan harga terjangkau dengan harapan, CLKS dapat digunakan untuk semua jenis prolintan guna menjamin keamanan petani saat pengaplikasian di lahan," tuturnya.