Mohon tunggu...
Satria Panji Pradana
Satria Panji Pradana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Urip sing eling lang waspodo. Follow my Twitter @panji_Bumisari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wahai Guru yang Terhormat! Jangan Renggut Hak Siswa!

11 September 2013   07:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Banyak sekali guru yang melupakan tugas utama mereka sebagai pendidik. Kebanyakan hanya mengajar, mengajar , dan mengajar. Asalkan materi yang direncanakan sudah tersampaikan, berakhir sudah tugasnya sebagai guru. Memang di atas kertas seorang guru mengajar mata pelajaran A, B, C, dan seterusnya, tetapi hakikatnya mereka itu dituntut untuk memberikan pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan moral, pendidikan karakter, pendidikan tentang nilai-nilai luhur budaya kita. Akan tetapi mereka kadang lupa atau mungkin sengaja melupakan itu.

Banyak faktor yang membuat guru-guru kita menjadi seperti itu. Salah satunya adalah kurikulum. Seharusnya yang diterapkan adalah kurikulum karya Ki Hajar Dewantara, di mana beliau tidak menyebut sekolah dengan nama SEKOLAHAN tetapi Beliau menyebutnya dengan nama TAMAN SISWA. Dari namanya saja sudah taman. Taman adalah tempat dimana seseorang atau dalam hal ini adalah siswa dapat memperoleh kebahagiaan. Dengan kebahagiaan akan mengantarkan mereka kepada kemurnian, keaslian mereka. Bukanya mengantarkan mereka menjadi anak yang dipaksa oleh kurikulum. Padahal kita ketahui bersama kurikulum-kurikulum yang berjalan akhir-akhir ini adalah cetakan orang luar negeri. Itu artinya sudah merubah siswa dari keaslian budayanya. Ini sangat tidak tepat.

Secara tidak sadar kurikulum kita telah disetir oleh bangsa lain agar sedikit-demi sedikit kita meninggalkan nilai luhur bangsa. Sedikit contoh, “alon-alon waton kelakon” sekarang ini sudah dihanguskan secara halus oleh pepatah-pepatah dari luar seperti “time is Money” . Padahal sebenarnya sangat jauh pemikiran leluhur kita dibandingkan dengan bangsa lain. Alon-alon waton kelakon mendidik orang untuk senantiasa tidak ngoyo terhadap keduniawian. Itu artinya pendidikan leluhur kita sudah memikirkan dunia-akhirat. Bukan hanya dunia semata yang hanya akan membentuk seseorang menjadi bukan diri aslinya.

Memang kita harus mengikuti perkembangan dunia. Kita butuh belajar Bahasa asing, tapi yang terpenting kita tidak meninggalkan nilai-nilai luhur budaya kita. Karena mau tidak mau harus kita akui bahwa sebenarnya Kita sedang dijajah secara halus. Jangan sampai sebagai seorang Guru terjerumus ke dalam kepalsuan-kepalsuan yang hanya akan merugikan siswa. Kewajiban kita mendidik! Bukan sekedar Mengajar! Jika sekedar mengajar tanpa mendidik itu namanya Kurang ajar.

Dampaknya, ketika seorang guru berpedoman pada tugasnya sebagai pengajar, guru hanya fokus terhadap materi tanpa peduli terhadap tingkah laku siswa. Lebih parahnya lagi, guru menjadi lebih mementingkan hak atas honornya dibandikan kewajibannya sebagai tenaga Pendidik. Mulai sekarang, renungkanlah. Lakukanlah Kewajiban kita sebagai pendidik. Tidak usah memikirkan Hak kita, karena sebenarnya Hak kita adalah Kewajiban pemerintah dan KEWAJIBAN KITA ADALAH HAK SISWA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun