Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya meyandang gelar kota metropolitan. Surabaya menjadi pusat ekonomi, pendidikan, dan budaya di wilayah Indonesia bagian timur. Surabaya juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat pada tahun 2024 ini. Dilansir dari akun Instagram resmi BPS Kota Surabaya (@bpskotasurabaya), perekonomian Kota Surabaya pada Triwulan II 2024 secara year on year tumbuh sebesar 5,43%. Angka ini melebihi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur (4,98%) dan pertumbuhan ekonomi nasional (5,05%). Namun, di balik pertumbuhan ekonomi yang pesat ini, Surabaya memiliki tantangan di sektor transportasi umum.
Transportasi umum di kota ini masih tergolong sangat minim untuk ukuran kota sebesar Surabaya. Jika boleh membandingkan, Jakarta sebagai kota metropolitan nomor satu di Indonesia memiliki berbagai moda transportasi umum mulai dari TransJakarta, JakLingko, Commuter Line, MRT, LRT, Kereta Bandara, hingga yang terbaru adalah Kereta Cepat yang menghubungkan Jakarta - Bandung, tentunya keadaan tersebut sangat berbanding tebalik dengan Surabaya. Sejauh ini, pilihan moda transportasi di Surabaya hanya sebatas Angkutan Kota (Angkot) konvensional, Surabaya Bus, Trans Semanggi, dan Feeder Wirawiri. Moda Transportasi tersebut juga belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah Kota Surabaya, masih banyak wilayah yang belum terjangkau transportasi umum. Selain itu, banyak tempat pemberhentian bus yang kurang layak, tidak jarang ditemukan hanya berupa plang bertuliskan "Bus Stop" yang pastinya tidak memberikan kenyamanan pada masyarakat yang mengandalkan transportasi umum sebagai mobilisasi utama.
Kurangnya dukungan pemerintah dalam pengadaan transportasi umum tidak hanya menyebabkan keterbatasan pilihan, tetapi juga membawa berbagai masalah lain yang tak kalah serius.
Kemacetan yang semakin Parah
Kurangnya transportasi umum tentunya membuat masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilisasi utama. Ketergantungan pada kendaraan pribadi menyebabkan banyaknya volume kendaraan di jalan raya. Akibatnya, kemacetan di jalanan Kota Surabaya menjadi pemandangan sehari-hari. Contohnya saja seperti kemacetan yang selalu terjadi di Jalan Ahmad Yani pada saat jam pulang kerja. Bahkan, Suroboyo Bus yang notabene untuk mengurangi kemacetan malah ikut terjebak kemacetan.
Polusi Udara yang terus Meningkat
Emisi gas buang dari kendaraan pribadi menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas udara Kota Surabaya. Pantauan dari IQAir pada tanggal 12 Desember 2024, Indeks Kualitas Udara Kota Surabaya pukul 09.00 WIB mencapai angka 116. Angka tersebut termasuk ke dalam kategori tak sehat yang disebabkan oleh partikel halus (PM2.5). Konsentrasi PM2.5 Kota Surabaya saat ini 8.6 kali nilai panduan PM2.5 tahunan WHO.
Kesenjangan Akses
Warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi pastinya akan kesulitan menjangkau fasilitas penting seperti tempat kerja, sekolah, atau rumah sakit. Hal ini akan meningkatkan rasa ketimpangan sosial dan ekonomi di masyarakat.
Untuk meminimalkan dampak-dampak tersebut, tentunya diperlukan langkah-langkah yang konkret dan strategis :
Pembangunan Transportasi Massal Modern
Perwujudan moda transportasi massal seperti MRT atau LRT harus segera diwujudkan. Tentunya dengan kehadiran MRT atau LRT akan meningkatkan mobilitas masyarakat serta menghadirkan pilihan transportasi umum yang bebas dari kemacetan jalan raya.
Intergrasi Antar Moda
Salah satu ciri sistem transportasi umum yang baik adalah terintegrasi-nya satu moda transportasi ke transportasi yang lainnya. Dengan integrasi yang baik, tentunya meningkatkan kenyamanan bagi pengguna transportasi dan meningkatkan kemudahan masyarakat dalam mobilisasi.
Edukasi kepada Masyarakat
Pemerintah perlu menggalakkan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat transportasi umum, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan.
Surabaya memiliki segala potensi untuk menjadi kota yang modern dan mendukung berkelanjutan lingkungan. Hal ini dapat terwujud jika masalah transportasi umum di kota ini dapat teratasi. Pemerintah, swasta, dan masyarakat harus bersinergi untuk menciptakan sistem transportasi yang baik.
Jika Surabaya berhasil mengatasi masalah ini, Surabaya tidak hanya menjadi lebih nyaman untuk ditinggali, tetapi juga menjadi model percontohan bagi kota-kota lain di Indonesia yang sedang menghadapi tantangan serupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H