Mohon tunggu...
Nanang Setiawan
Nanang Setiawan Mohon Tunggu... PNS -

Seorang pria dengan leukemia. Seorang manusia dengan cita-citanya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Leukemia, Sebuah Titik untuk Sedikit Peduli

24 November 2017   16:00 Diperbarui: 24 November 2017   16:22 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit Peduli, Apa Susahnya?

"Ini sebagai pengingat bagi kita bila mempunyai teman yang terkena kanker jenis apapun, agar bisa memberikan semangat agar terus berobat secara medis sesuai instruksi dokter. Herbal atau apapun itu hanya pelengkap yang biasanya memberi kekuatan sugesti saja. Untuk tidak memberi harapan palsu kesembuhan herbal untuk teman yang putus asa kecuali dengan doa. Karena sesungguhnya kematian begitu dekat untuk disepelekan. Dan apakah saat itu terjadi kita ikut bertanggung jawab?"

-----------

Sebuah fragmen kecil membuat saya bersedih semalam. Ketika menunggu antrian dokter untuk berkonsultasi rutin atas kanker darah ini.

Sadarkan kita pada suatu titik di saat kita merasa optimis tapi berbanding terbalik dengan tindakan kita yang putus asa? Dan kita tak menyadarinya karena prinsip kita ada di titik yang salah.

Bukannya stadium, leukemia tipe CML atau LGK mempunyai 3 fase. Fase kronis, fase akselerasi (percepatan) dan fase krisis blast. Sedikit beruntung bila kita terdeteksi lebih dini karena kewaspadaan kita yang baik. Bila tanpa pengobatan di saat yang tepat, bisa jadi tiket ke "dunia lain" akan didapatkan lebih cepat.

Saya mungkin beruntung saat divonis di fase akselerasi alih-alih krisis blast. Dengan sel blast (sel muda tapi sel jahat) terdeteksi 6,5%. Saya akhirnya bisa tidak merasa over pesimis atas teman-teman yang terdeteksi lebih awal di fase kronis. Memang butuh waktu, tapi setelah 18 bulan berlalu, sel blast normal 0% dan hasil BCR-ABL kuantitatif 0,016%. Dokter mengatakan "well done pak!, ini tak terjadi bila bapak tidak minum obat secara disiplin, rutin dan teratur".

Lalu timbul pertanyaan. Apakah hasil baik ini terjadi karena kebaikan Tuhan? Iya! Dan apakah ini terjadi karena usaha maksimal saya untuk berobat? Iya!

Dan ini kisah lainnya, sebut saya Mr. X, seorang yang dipenuhi rasa bersyukur dan kecintaannya yang sangat kuat dengan Tuhan dan produk-produk ciptaannya (Mr X menyebutnya herbal).

8 bulan lalu beliau terdiagnosa Leukemia CML fase kronis dengan sel blast 0%. Bulan kemarin, sel blast-nya 90%. Dan semalam menunjukkan hasil laboratorium di WAG dengan jumlah lekosit 79ribu (normal 5rb-10rb) dan jumlah sel blast 79%, trombosit 8rb (normal 150rb-400rb). Padahal saat ini dokter memberinya dosis 600mg  glivec dan 1 hydrea. Tidak hanya Tuhan, sepertinya kami juga tahu apa yang kemungkinan telah terjadi.

Saya mungkin menjadi satu dari beberapa teman yang gemetar melihat kondisi itu. Apa yang salah? Sementara beliau mengaku bandel kontrol gak rutin dan bolong-bolong minum obat (2 bulan) tapi mengaku rutin minum herbal rebusan (rebusan sereh, rebusan angkak, dan kelapa hijau bakar). Karena dia menyatakan diri tidak begitu percaya dengan hasil lab, beliau percaya bahwa ciptaaan Tuhan tidak ada yang tidak berguna.

Saya ditelpon oleh ketua elgeka Jakarta untuk menjapri beliau. Agar apa yang tertulis di grup tidak menjadi "benchmarking" temen-temen survivor yang lain bahwa "trombosit 8rb masih aman", bahwa minum herbal saja "bisa sembuh", bahwa hasil lab tidak harus dipercaya 100% karena buktinya beliau masih sehat.

Saya ingin mengetahui alasan-alasan beliau, apakah beliau sekuat dan setegar apa yang diucapkan? Iya, memang alasan ekonomi membuat beliau enggan rutin kontrol karena harus mencari uang untuk anak dan istri. Bahkan saran untuk rawat inap waktu masu UGD hari senin kemarin ditolaknya karena dia bilang harus mencari uang untuk keluarga. He's a family man, i do love his spirit. Tapi bagaimana dia bisa mencintai keluarganya jika dia tidak mempersiapkan diri untuk dicintai keluarganya lebih lama?

Jadi apakah karena faktor ekonomi? Menurut saya tidak! Karena glivec dan hydrea gratis ditanggung asuransi. Untuk beliau konsumsi 600 mg per tablet sekitar 230rb atau total setara dengan 41jt perbulan. Gratis! Ini soal disiplin, bukan soal Tuhan memihak siapa atau siapa, bukan soal siapa yang mampu beli obat atau tidak, bukan soal rebusan air bunga atau bumbu dapur. Dokter saya pun langsung bilang "Sudah akut, bukan krisis blast lagi".

Dan ketika akhirnya beliau menuliskan kalimat "saya percaya bahwa ciptaaan Tuhan tidak ada yang tidak berguna" itu menjadi titik bagi saya untuk menulis pertanggung jawaban saya dalam memberikan semangat buat beliau dengan bahasa yang tidak menghakimi.

Seperti berikut tulisan panjang saya di Grup yang tak kalah panjang dengan tulisan ini di FB yang terinspirasi dari ucapan mutiara beliau "SAYA PERCAYA BAHWA CIPTAAN TUHAN TIDAK ADA YANG TIDAK BERGUNA"


------- WAG -----

Sekedar sharing sedikit, mohon ijin.

Saya setuju pak xxxx bahwa ciptaan Tuhan tidak ada yang tidak berguna.

Untuk itulah manusia sebagai ciptaan Tuhan dengan ilmu yang juga Tuhan berikan, menggunakan ilmunya dalam berikhtiyar mencari penyembuhan atas penyakit CML dan ditemukanlah formulasi obat yg bernama Glivec dan Tasigna.

Tentu kita disini dengan ilmu yang terbatas tapi mempunyai keinginan sembuh yang tidak terbatas akan mencari cara terbaik untuk tubuh kita agar sehat seperti sedia kala.

Saat ini, produk Tuhan lewat ilmu yang diberikannya kepada manusia yg kebetulan bernama Glivec dan Tasigna masih terbaik untuk membantu kita.

Hasil laboratorium adalah rapor kita akan Ikhtiar yang kita usahakan selama ini. Bila hasilnya baik, kita bersyukur. Bila hasilnya kurang baik, tentu kita mencari tahu dimana letak masalahnya dan melakukan hal terbaik untuk memperbaikinya.

Saat ini mungkin pak xxxx sudah tahu letak masalahnya kenapa rapornya kurang bagus. Dan pasti bapak sedang semangat untuk mengusahakan agar rapornya kembali membaik.

Kuncinya disiplin berobat, disiplin membaca kondisi tubuh, disiplin dengan nasehat dokter dan disiplin untuk mencintai. Bahwa kita mencintai kehidupan, keluarga serta teman2 yang mencintai kita.

Tetap semangat pak xxxx. Kita ingin sebagai teman, sahabat dan keluarga yang saling menguatkan.

-------

Sebuah doa untuk teman Mr. X agar mempunyai semangat yang sama untuk sembuh, seperti semangatnya dalam mencintai Tuhan dan keluarganya. Karena ada perbedaan tipis antara "over optimis" atau "putus asa".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun