orangtua asuh buat beberapa anak remaja, jadi saya mau bagi saran dari sudut pandang saya yang ada di area "irisan" kalau berdasar ilmu himpunan matematika haha. Yuk kita mulai....
Hai pembaca dan kompasianer lainnya, berhubung saya belum nikah tapi usia sudah masuk kategori "saatnya nikah" tapi tak kunjung berpasangan, walau sebetulnya juga sudah jadiJudul saya membagi kebutuhan pacaran menurut persepsi saya dalam dua jenis:Â
Pertama, kebutuhan ego. Pacaran tanpa disadari oleh kalangan remaja pemuda merupakan manisfestasi hubungan antar personal sebagai bentuk pengungkapan diri bahwa mereka berhasil memikat lawan jenis dan itu artinya dia berhasil menguasai area dan memenangkan persaingan.Â
Ingat bahwa untuk dapat memperoleh seorang pacar maka pasti ada saingan, sistem kompetisi dan seleksi yang berlaku disana.Â
Kebutuhan ego itu harus dikendalikan agar pacaran tidak saja sebagai gengsi semata. Penting untuk selalu melibatkan rasa menjaga dan melindungi kehormatan lawan jenis.Â
Orangtua harus mengarahkan anak agar berpacaran pada usia yang memang wajar berpacaran (pendapat pribadi sih di atas 19 tahun baru oke lah buat pacaran).Â
Orangtua harus terus memberikan pengawasan terhadap motivasi anak mulai pacaran agar ekspresi kasih sayangnya juga berada dalam penghormatan tertinggi kepada lawan jenis.
Kedua, kebutuhan emosi. Usia remaja anak mulai pacaran, tidak mencari pasangan karena kepribadiannya, cerminan dirinya, atau lebih ekstrem gambaran orangtuanya.Â
Pacaran bagi anak remaja adalah kebutuhan emosi, kerinduan untuk ada yang menanyakan tentang apa dimana sedang apa, ada yang mengkhawatirkan, ada yang gelisah jika tak beroleh kabar. Sama kan sebetulnya dengan yang dilakukan orangtua kepada anaknya ? haha....so why...anak mencari kalimat yang sama tersebut dari teman sebayanya ?
Perhatikan ini, anak menginginkan suatu keterikatan dan rasa terakui bahwa lingkungan tersebut menerimanya, maka orangtua harus mengingatkan bahwa sekalipun berpacaran, ingat bahwa orangtua adalah yang lebih meyayangi dan tidak pergi apapun terjadi. Â
Jadi bagaimana sebagai orangtua menyikapi anak mulai pacaran ?
- berikan aturan yang jelas dan tegas bagaimana seharusnya berpacaran, tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
- Tanya dan dengar apa yang anak rasakan dan ingin katakan, kita sendiri sadar sebagai orangtua, anak memiliki kebutuhan emosional untuk di dengar, dan kita harus menjadi sebaik-baiknya tempat untuk bercerita.
Jadilah sahabat bagi anak, tempat anak kembali saat putus cinta nanti, dan beri gambaran mengenai pasangan terbaik yang harus ia cari kemudian nanti. Saya Satria dan kita bahas seru lagi topik lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H