Mohon tunggu...
DewantoArt
DewantoArt Mohon Tunggu... Tentara - Seniman

Melestariakan Seni Pewayangan Jawa

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kumbakarna Gugur

18 November 2024   13:18 Diperbarui: 18 November 2024   13:32 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : Kumbakarna Gugur DewantoArt

Lakon wayang kulit Kumbakarna Gugur dari DewantoArt,
Merupakan sebuah alur cerita pewayangan yang di ambil dalam serat pedalangan yang bertema Ramayana, tujuan karya ini mengajak kita untuk belajar dan melestarikan seni-seni pewayangan jawa agar tidak luntur dimakan zaman.

sumber gambar : Proses menggambar Kumbakarna gugur DewantoArt
sumber gambar : Proses menggambar Kumbakarna gugur DewantoArt

Tokoh Kumbakarna merupakan seorang raksasa yang berasal dari Kerajaan Alengka, yang sangat besar, tinggi, dan mempunyai wajah yang sangat merikan, tetapi di balik wajahnya yang menakutkan itu Kumbakarna memiliki sifat ksatria yang selalu berpihak kepada kebenaran, Kumbakarna adalah putra dari Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi, ia merupakan anak kedua dari empat bersaudara yaitu Dasamuka,Wibisana, dan yang terakhir bernama Sarpakenaka (seorang Reseksi).

Setelah kematian adiknya Serpakenaka beserta putra Prabu Dasamuka, dan di susul lagi oleh kematiannya Patih Prahasta di medan pertempuran, Prabu Dasamuka semakin naik darah dan emosinya semakin tidak terkontrol melihat para ksatria Alengka gugur satu persatu. Akhirnya Prabu Dasamuka membuat keputusan terakhirnya Ia memerintahkan Indrajit bersama beberapa pasukannya  pergi ke gunung Gohkarna untuk membangunkan Kumbakarna dari tidurnya. Sesampai di Gohkarna Indrajit dan pasukan berjuang keras untuk membangunkan Kumbakarna dengan cara apapun, tatapi usahanya sia-sia Kumbakarna tidak bangun sama sekali. Akhirnya Indrajit dan para pasukan kembali kagi ke Alengka dan melaporkan kepada Prabu Dasamuka bahwa Kumbakarna tidak bisa dibangunkan, mendengar laporan itu Prabu Dasamuka semakin marah.
"Keparat..... kowe di, Negaramu lagi bubrah kowe malah ayem anggonmu turu tanpo bebaning opo-opo. Yen pancen mriaptmu gak iso dilekne benke anakmu sing dadi senopatine Alengko". ("keparat.... kamu di, negara kamu lagi hancur kamu malah enak-enakan tidur tanpa memikirkan beban apa-apa, kalau emang matamu tidak bisa di buka biar anakmu yang menjadi senapati Alengka ).

Prabu Dasamuka tetap tidak tinggal diam ia memerintahkan Indrajit pergi ke Pangleburgangsa untuk menyampaikan pesannya kepada Prabu Sumali, agar anak kembarnya Kumbakarna yang bernama Kumba-Kumba dan Aswani Kumba maju kemedan perang sebagai pengganti ayahnya yang tidak pernah patuh pada perintah Prabu Dasamuka.

Sesampai di Pangleburgangsa Indrajit langsung menyampaikan kepada Prabu Sumali yang merupakna eyang dari Kumba-kumba dan Aswani Kumba, Ia menolak keras atas pesan tersebut.
 "Hee ladalah, Aku rasudi, aku ra lilo yen putuku dadi senopati. Bocah lagi wingi sore durung ngerti bab paperangan malah arep ditumbalke, pancen kuwe Rasekso kang ora toto mung nuruti napsumu dewe he Dasamuka". ("He ladalah... Aku tidak sudi, aku tidak rela kalau cucuku jadi senapati. Anak baru kemarin sore belum mengerti cara berperang ingin di jadikan tumbal, emang kamu raksasa tidak tau diri cuman menuruti nafsu kamu sendiri Dasamuka").

Prabu Sumali melarang kedua anaknya Kumbakarna maju ke medan perang, ibunya Dewi Kiswani pun juga merasa keberatan bila kedua anaknya yang belum dewasa maju ke medan pertempuran. Akhirnya Indrajit kembali ke Alengka dan menyampaikan pesan dari Prabu Sumali kepada Ayahnya.

Prabu Dasamuka yang duduk santai di dampar kencana langsung berdiri menyambut kedatangan indrajit agar secepatnya menyampaikan pesan yang di bawa indrajit. tidak lama Indrajit langsung menyampaikan pesan itu kepada ayahnya bahwa permintaan pesan tersebut tidak di persetujui oleh Prabu Sumali. Mendengar kabar tersebut Prabu Damuka terasa kebakar telinganya Ia semakin marah dan tangannya melayang bebas ke arah benda yang ada di pinggirnya.
 "Bangsat....Iblis laknat, wong tuo ora toto, ora keno di eman, yen pancene ngono karepmu, arepo gelem ora gelem bakal tak rudopekso". ("Bangsat...... setan laknat, orang tua tidak tau diri, tidak bisa di biarkan, kalau emang begitu maksudmu, mau tidak mau akan saya bawa secara paksa").
Prabu Dasamuka langsung perintahkan Indrajit buat menyiapkan bebarapa pasukan untuk menjeput putra Kumbakarna secara paksa.

Setelah sampai di Pangleburgangsa Indrajit  tidak lagi banyak bicara ia langsung membawa kedua anak Kumbakarna pergi ke Alengka. Prabu Sumali dan Dewi Kiswani hanya terdiam dengan rasa berat hati melepas Kumba-kumba dan Aswani kumba yang akan maju ke medan perang tanpa restu dari ayahnya Kumbakarna. Setelah sampai di Alengka kedua putra Kumbakarna di beri kata-kata manis ( bujukan ) oleh Prabu Dasamuka agar keduanya mau maju ke medan tempur.

Dengan gagahnya Kumba-kumba  dan Aswani kumba memakai sandangan senapati berangkat menuju medan pertempuran dengan jiwa ksatrianya dan di ikuti oleh  pasukan Alengka. Bendera Alengka dengan pasukan raksasa bersenjata lengkap telah terlihat memasuki daerah pertahanan Suwelagiri, tetapi pasukan Pancawati terlihat tidak gentar sama sekali, mereka telah bersiap untuk menyambut kedatangan pasukan Alengka. Prajurit penjaga perbatasan memberi laporang kepada Kapi Anggada, bahwa pasukan Alengka dengan kekuatan penuh di bawah pimpinan sepasang raksasa kembar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun