Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review "Speak No Evil", Thriller Intens yang Mampu Memacu Adrenalin Penonton

13 September 2024   18:31 Diperbarui: 14 September 2024   19:27 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
James McAvoy berperan sebagai Paddy dalam film Speak No Evil. Sumber foto: Blumhouse

Pernahkah kamu membayangkan, ketika kamu sedang berkunjung ke rumah teman yang baru kamu kenal, kamu malah menemukan kejanggalan-kejanggalan dan kamu terjebak di dalam rumah tersebut? Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan kabur atau merasa tidak enakan?

James Watkins membawa pertanyaan tersebut ke dalam film "Speak No Evil", film horor thriller remake dari "Speak No Evil" karya Christian Tafdrup yang tayang pada tahun 2022. Film ini akan membawa penontonnya ke dalam rumah keluarga asing yang penuh dengan kejanggalan yang membuat penonton dipenuhi rasa takut dan penasaran.


"Speak No Evil" bercerita tentang keluarga yang sedang menikmati liburan, yakni Ben (Scoot McNairy), Louise (Mackenzie Davis), dan anaknya, Agnes (Alix West Lefler). Dalam liburan tersebut, mereka tidak sengaja bertemu dengan keluarga asing yang nampak bahagia, yakni Paddy (James McAvoy), Ciara (Aisling Franciosi), dan Ant (Dan Hough). Mereka akhirnya saling mengobrol dan bercerita tentang keluarga mereka. 

Pertemuan pertama mereka terjalin dengan baik, obrolan-obrolan santai, dan mereka terlihat akrab. Karena merasa sudah dekat, Ben menerima ajakan untuk berkunjung ke rumah Paddy dan Clara di Devon.

Awalnya semua terasa baik-baik saja, sampai satu persatu kejanggalan mulai muncul dan mengusik keluarga Ben. Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh keluarga Paddy? Apakah keluarga Ben berhasil keluar dari rumah keluarga asing tersebut?

Temukan jawabannya dengan menonton film ini di bioskop. Speak No Evil disutradarai dan ditulis oleh James Watkins. Berdurasi 110 menit, apa yang membuat film ini menarik untuk ditonton?

Yuk simak, ini ulasannya!

Horor Thriller yang Mampu Memaksimalkan Potensinya

Jika melihat dari sinopsis dan premis, Speak No Evil mungkin terkesan seperti film horor thriller pada umumnya, yakni tentang terjebak dalam tempat yang asing dan upaya untuk keluar. Namun, apakah benar filmnya generik sebagaimana sinopsisnya?

Menurut saya, Speak No Evil memiliki cerita yang familiar sebagaimana film horor thriller pada umumnya. Namun, hal yang menjadi keunggulan film ini adalah bagaimana ia mampu memaksimalkan potensi, sehingga poin utama ceritanya dapat tersampaikan dengan baik. Ya, saya menyukai bagaimana film ini menyorot tema keluarga dan menguliknya secara dalam.

Still cuts film Speak No Evil. Sumber foto: IMDb
Still cuts film Speak No Evil. Sumber foto: IMDb

Penceritaannya tidak terburu-buru, tidak pula terlalu lambat. James Watkins menggunakan satu jam pertama untuk menguatkan karakerisasi tokoh, membangun pondasi penceritaan, dan menebarkan kejanggalan-kejanggalan kecil yang membuat penonton penasaran mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ia mampu memperlihatkan bagaimana "keluarga asing" itu perlahan berubah, sehingga membuat penonton merasa curiga.

Bahkan sejak awal durasi, dengan memperlihatkan anak kecil yang sedang memandang spion dengan tatapan yang tidak wajar, penonton dibuat was-was. Lalu setelahnya, penonton dibuat tak yakin tatkala melihat "keluarga asing" tersebut bersikap hangat dan normal sebagaimana keluarga pada umumnya. Puncaknya adalah ketika Paddy memaksa Louise untuk memakan daging, padahal ia adalah vegetarian.

Oleh karena itu, karena kejanggalan-kejanggalan dan hint-hint kecil yang James Watkins tebarkan di beberapa adegan dan ruangan pada paruh awal hingga pertengahan film berhasil ditampilkan dengan baik, alhasil tatkala memasuki paruh pertengahan hingga akhir, yakni ketika rahasia "keluarga asing" itu terbongkar, intensitas Speak No Evil semakin bertambah, dan penonton akan dengan mudah merasa ikut terlibat dengan karakter-karakternya. 

Intensitas Teror yang Dibangun Perlahan

Paruh pertengahan hingga akhir Speak No Evil tidak serta merta langsung menyerbu penontonnya dengan sederetan teror. James Watkins lebih memilih untuk menaikkan intensitasnya secara perlahan, seperti adegan di mana Ben diperintahkan untuk naik tangga dan mengambil boneka, hingga perlahan intensitasnya naik dan meledak di akhir, dan disitulah James Watkins dengan piawai memanfaatkan situasi dengan menghadirkan serangkaian teror variatif yang membuat penonton merasa deg-degan.

James McAvoy berperan sebagai Paddy dalam film Speak No Evil. Sumber foto: Blumhouse
James McAvoy berperan sebagai Paddy dalam film Speak No Evil. Sumber foto: Blumhouse

Usahakan untuk tidak melihat trailer maupun spoiler apapun sebelum menonton film ini. Semakin sedikit yang kalian tahu, semakin menegangkan pengalaman menonton yang akan kalian dapatkan. 

Mengangkat Isu Rapuhnya Sebuah Keluarga

Salah satu hal yang membedakan Speak No Evil dari film-film thriller lainnya adalah film ini mampu mengangkat tema mengenai rapuhnya keluarga, yang membuat penontonnya dapat memahami alasan dari setiap tindakan karakter yang ada dalam film ini. 

Still cuts film Speak No Evil. Sumber foto: IMDb
Still cuts film Speak No Evil. Sumber foto: IMDb

Hubungan Ben dan Louise sedang berada dalam titik terendahnya, di mana Louise sudah lama tidak berhubungan badan dan merasa kesepian sehingga ia berselingkuh, sedangkan Ben hanya berfokus pada dirinya dan kegagalannya dalam menggapai karir yang ia impikan. Belum lagi, anak mereka, Agnes, mengidap penyakit mental di mana ia tak bisa lepas dari boneka yang ia mainkan.

Karenanya, tatkala mereka melihat keluarga yang terlihat lebih sempurna, ada rasa "penasaran" dan akhirnya mereka mengiyakan tawaran untuk berkunjung. Paddy dan istrinya menunjukkan sikap romantis antar suami istri, yang tentu saja membuat Louise merasa iri. Di sisi lain, Paddy terus membicarakan hal-hal yang sensitif yang mengganggu Ben dan Louise dan membuat suami istri tersebut bertengkar.

Di sinilah James Watkins memilih untuk mengusik psikologis karakternya terlebih dahulu sebelum memberikan teror nyata kepada Ben dan keluarganya. Tatkala psikologis karakternya sudah terganggu, maka mereka akan kesulitan dalam mengambil keputusan yang logis. Itulah yang membuat mereka mudah terpengaruh oleh sikap manipulatif dari Paddy dan istrinya.

Selain itu, kekeluargaan yang ada dalam film ini juga berhasil diangkat dengan baik. Bisa saja Ben bersama keluarganya tetap kabur meskipun anaknya menangis sepanjang perjalanan. Tetapi, mereka memilih untuk tidak menjadi orang tua yang egois. Ben dan istrinya tidak berdalih "demi kepentingan bersama", karena bisa saja mereka selamat, namun anaknya akan terkena depresi berat.

Mereka lebih memilih untuk mendahulukan kepentingan anak dibanding keselamatan mereka sendiri. Beberapa orang akan menganggap keputusannya tidak logis, namun percayalah, kamu akan melakukan hal yang sama jika sudah menjadi orang tua nantinya. 

Akting Totalitas dari Para Pemain

Salah satu keunggulan Speak No Evil adalah kualitas akting para aktor dan aktris yang maksimal. Penonton akan merasa tertipu dengan karakter Paddy yang diperankan oleh James McAvoy. James McAvoy amat piawai dalam berekspresi, dari yang awalnya terlihat ramah, lalu perlahan berubah menjadi menyeramkan. Gestur-gestur mencurigakan dari karakternya berhasil membuat penonton curiga.

Scoot McNairy yang berperan sebagai Ben Dalton dan Mackenzie Davis yang berperan sebagai Louise Dalton juga mampu memperlihatkan bagaimana hubungan mereka yang sedang tidak baik-baik saja. Mackenzie Davis berhasil memerankan seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya, dan Scoot McNairy berhasil mengekspresikan karakternya yang sebenarnya dipenuhi dengan kekecewaan.

Paddy (James McAvoy) dan Clara (Aisling Franciosi) sebagai suami istri dalam Speak No Evil. Sumber foto: IMDb
Paddy (James McAvoy) dan Clara (Aisling Franciosi) sebagai suami istri dalam Speak No Evil. Sumber foto: IMDb

Apresiasi juga patut diberikan kepada karakter Dan Hough yang berperan sebagai Ant. Ia mampu memerankan karakternya yang tidak bisa berbicara. Melalui karakter Ant, penonton akan dibuat bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya.

Itulah ulasan saya mengenai film Speak No Evil. Apakah kamu tertarik untuk menontonnya?

Still cuts film Speak No Evil. Sumber foto: IMDb
Still cuts film Speak No Evil. Sumber foto: IMDb

Overall, Speak No Evil merupakan film thriller yang berhasil membuat penontonnya merasa tegang sepanjang film. Walau memiliki cerita yang familiar, Speak No Evil mampu memaksimalkan potensi ceritanya dengan sangat baik, dan mengulik isu seputar rapuhnya keluarga. 

Dengan intensitas teror yang perlahan-lahan bertambah, membuat penontonnya penasaran dan merasa was-was sepanjang film. Speak No Evil sangat direkomendasikan untuk kamu yang butuh tontonan yang memicu adrenalin, kamu akan merasa takut meskipun tidak ada hantu di dalam filmnya.

Rating pribadi: 7.5/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun