Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Sentral Perempuan dalam Transisi Energi Berkelanjutan

19 Juni 2024   07:51 Diperbarui: 19 Juni 2024   08:08 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Peran perempuan dalam transisi energi lokal. Sumber foto: endriq007/Freepik 

Ketika berbicara mengenai sektor energi, selalu "laki-laki" yang dianggap layak untuk menangani masalah tersebut. Jarang sekali ada perempuan yang mendapat sorotan, khususnya di Indonesia. Padahal, laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawab yang sama dalam pengembangan energi terbarukan. Jika dilihat secara dekat, khususnya pada lingkup terkecil seperti rumah tangga, perempuan memegang peranan penting dan menjadi kunci dalam perubahan perilaku di bidang transisi energi adil.

Dalam hal perjuangan menanggulangi krisis iklim, kesetaraan gender perlu menjadi aspek yang diperhatikan. Perlu adanya peran yang adil dan seimbang antara perempuan dan laki-laki. Keadilan tersebut dapat dilihat dari adanya jaminan pemenuhan hak-hak perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan penting terkait penanganan krisis iklim. Oxfam sebagai organisasi nirlaba global, berperan penting dalam mendorong keadilan gender dalam upaya ini.

Maka dari itu, perlu adanya regulasi yang jelas di sektor energi terbarukan yang memastikan seluruh pihak mengakomodir isu gender quality and social inclusion (GESI). Oxfam telah berperan dalam mempromosikan regulasi semacam ini di berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk memastikan bahwa transisi energi adil dapat terwujud.

Perempuan Harus Turut Andil dalam Menangani Transisi Energi Lokal

Chandra Sugarda, Penasihat Senior Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI), mengidentifikasi tiga implikasi utama dalam transisi energi adil. Pertama, sistem energi, termasuk dampak pensiun dini PLTU Batubara terhadap infrastruktur energi. Kedua, dampak ekonomi dengan potensi pertumbuhan aktivitas ekonomi baru di lokasi terdampak. Ketiga, aspek sosial budaya, termasuk kemungkinan migrasi tenaga kerja dan isu kesehatan.

Meskipun pengarusutamaan gender (PUG) telah diterapkan dalam konteks transisi energi di Indonesia, pengambilan keputusan masih didominasi oleh laki-laki. Sebagai contoh, hanya sekitar 10% posisi kepemimpinan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) yang dipegang oleh perempuan, berdasarkan data Badan Kepegawaian Negara 2023.


Di Indonesia, banyak perempuan yang berperan sebagai pengelola rumah tangga, sehingga mereka memiliki pengaruh besar dalam mengelola dan menghemat energi. Oleh karena itu, melibatkan perempuan dalam transisi energi lokal bukan hanya penting, tetapi juga strategis. Ketika perempuan dilibatkan dalam proses ini, mereka dapat memberikan perspektif unik yang mungkin terlewatkan oleh laki-laki. Misalnya, perempuan cenderung lebih peka terhadap efisiensi energi di rumah tangga, penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, dan pemanfaatan energi terbarukan seperti panel surya dan biogas.

Selain itu, perempuan di pedesaan seringkali menjadi pelaku utama dalam mengumpulkan bahan bakar tradisional seperti kayu bakar. Dengan memberikan mereka akses dan pelatihan tentang teknologi energi terbarukan, kita tidak hanya membantu mengurangi beban kerja mereka tetapi juga mengurangi emisi karbon dan deforestasi.

Pemberdayaan perempuan dalam sektor energi juga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Misalnya, dengan menggunakan teknologi energi terbarukan, perempuan dapat mengembangkan usaha kecil yang bergantung pada energi, seperti produksi makanan atau kerajinan tangan. Ini tidak hanya meningkatkan pendapatan keluarga tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru yang ramah lingkungan.

Perlunya Kebijakan yang Adil Untuk Perempuan

Pemerintah dan lembaga non-pemerintah seperti Oxfam harus bekerja sama untuk menciptakan kebijakan yang mendukung partisipasi perempuan dalam sektor energi. Ini termasuk memberikan akses yang lebih besar kepada perempuan untuk pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi energi terbarukan, serta memastikan bahwa suara mereka didengar dalam proses pengambilan keputusan. Oxfam telah lama berperan dalam inisiatif-inisiatif ini, mendukung kebijakan yang memperkuat peran perempuan di sektor energi.

Pendidikan memainkan peran penting dalam memberdayakan perempuan untuk terlibat dalam transisi energi adil. Program pendidikan dan pelatihan harus dirancang untuk meningkatkan keterampilan teknis perempuan dan memperkenalkan mereka pada teknologi terbaru dalam energi terbarukan. Dengan demikian, perempuan dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam komunitas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun