Film dapat menjadi medium mengenalkan kuliner khas daerah kepada masyarakat luas
Sembari menunggu waktu berbuka, saya mencoba untuk mencari tontonan kuliner yang sekiranya dapat menjadi referensi takjil saya beberapa hari ke depan. Setelah mencarinya di platform Netflix, saya akhirnya menemukan Aruna & Lidahnya di daftar pertama dalam film bertema kuliner.
Saya mencoba membaca sinopsisnya dan cukup tertarik untuk menontonnya. Ternyata memang benar, Aruna & Lidahnya mampu membuat saya ngiler dengan makanan khas Indonesia yang diperkenalkan. Tak hanya itu, Aruna & Lidahnya juga memiliki keunikan tersendiri yang membuatnya berbeda.Â
"Aruna & Lidahnya" bercerita tentang Aruna (Dian Satrowardoyo), seorang ahli epidemiologi yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus wabah flu burung yang sedang merebak di beberapa daerah Indonesia. Ia bertugas untuk memastikan apakah wabah tersebut benar-benar ada dan berdampak pada manusia, atau hanya terjadi pada unggas saja.
Dalam perjalanannya, ia mengajak sahabatnya, Bono (Nicholas Saputra), seorang koki yang sedang butuh bahan referensi terbaru untuk masakannya. Sembari bekerja, mereka berdua menyempatkan waktu untuk mencicipi kuliner yang ada di empat tempat, yakni Surabaya, Pamekasan, Pontianak, dan  Singkawang.Â
Di perjalanan, Nad (Hannah Al Rashid), sahabat Aruna yang menjadi kritikus makanan juga turut bergabung dengan mereka. Di tengah perjalanan dalam bertugas, Aruna kembali bertemu teman lama kantornya, sekaligus seseorang yang ia sukai, yakni Farish (Oka Antara).Â
Semakin lama menyelidiki kasus wabah flu burung tersebut, Aruna dan teman-temannya menemukan beberapa kejanggalan. Selain itu, mereka juga harus berhadapan dengan konflik percintaan, persahabatan, dan problematika orang-orang berusia 30-an. Akankah mereka berhasil menyelesaikannya?
Penasaran, apa yang membuat film ini menarik untuk ditonton? Yuk simak, ini ulasannya!
Film Bertema Kuliner yang Membuat Lapar
Melihat dari judulnya, Aruna & Lidahnya memang memiliki fokus pada unsur kuliner dibandingkan dengan unsur investigasi mengenai wabah yang menjadi cerita utamanya. Sejak awal film ini dimulai, penonton dikenalkan dengan tokoh Aruna yang gemar kulineran, dan memiliki seorang sahabat, yakni Bono, yang juga merupakan chef yang gemar mengeksplorasi makanan.
Menonton "Aruna & Lidahnya" membuat saya sebagai penonton seperti diajak berkeliling menikmati kuliner khas Indonesia, terutama di beberapa daerah seperti Surabaya, Pamekasan, Pontianak, dan Singkawang. Pengambilan gambar yang fokus menyorot proses dari pembuatan makanan membuat saya tak berhenti meneguk ludah tatkala menontonnya.
Ya, film ini berhasil mengenalkan kuliner khas daerah Indonesia dengan sangat baik. Pengambilan gambarnya teramat piawai dalam menyorot proses dibalik pembuatan makanan khas daerah tersebut, dan berhasil menghadirkan kelezatan hanya dengan melihatnya saja. Makanan seperti rawon, rujak soto, lorjuk, soto lamongan, dan makanan Indonesia lainnya berhasil membuat saya penasaran untuk mencicipi aneka kuliner khas daerah tersebut.
Kritik Terhadap Lembaga KesehatanÂ
Aruna & Lidahnya memiliki premis yang simple, yakni mengenai Aruna yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus wabah flu burung yang sedang naik-naiknya. Dibantu oleh Farish, mereka akhirnya menemukan fakta bahwasannya tak ada satupun korban yang meninggal maupun terkena penyakit yang disebabkan oleh wabah tersebut.
Aruna & Lidahnya berhasil mengkritik institusi atau lembaga kesehatan yang kerap menyalahgunakan anggaran demi kepentingan pribadi. Lembaga kesehatan tertentu seringkali sengaja membuat ramai suatu isu penyakit, dengan tujuan bukan untuk mengedukasi dan membuat masyarakat berhati-hati. Mereka hanya ingin menebarkan ketakutan, dan menjadikan masyarakat sebagai "korban" dari ketakutan tersebut.
Konflik Pertemanan dan Percintaan di Umur 30-an
Tak hanya bercerita soal pekerjaan dan makanan, Aruna & Lidahnya juga turut menghadirkan konflik problematika orang-orang berumur 30an. Aruna yang dilema dengan dirinya yang menyukai Farish, namun disisi lain kesal dengan sifat Farish yang rela diperalat demi 'seseorang'.Â
Begitu pula dengan Bono yang menyukai Nad, namun tak berani menyampaikannya. Nad berkebalikan, ia lebih suka menjalin hubungan dengan seseorang yang telah memiliki pasangan, dengan dalih agar hubungannya terasa lebih menantang.
Tak hanya itu, ada beberapa dialog 'serius' yang dihadirkan dalam film ini. Sebagaimana orang-orang di umur 30, seringkali pembahasan-pembahasan seperti ini muncul tatkala kita mengobrol dengan teman dekat. Salah satunya adalah ketika Nad yang meragukan korelasi antara agama dan sains, lalu Farish membantah dengan dalil Surah Az-Zariyat ayat 47 sebagai tanda bahwa agama dan sains saling berjalan beriringan.
Bumbu bumbu percintaan dan pertemanan dalam yang diangkat berhasil menambah rasa dalam film ini. Sebagaimana makanan, konflik-konflik inilah yang membuat taste ketika menontonnya terasa menyenangkan.Â
Konsep 4th Wall Breaking
Salah satu keunikan Aruna & Lidahnya adalah karakter Aruna yang menggunakan konsep 4th Wall Breaking, yakni kemampuan karakter utama berinteraksi dengan penontonnya. Seakan-akan Aruna sedang melibatkan penonton dalam filmnya. Konsep ini jarang sekali dipakai dalam film-film Indonesia, dan menjadi ciri khas dalam film ini.
Dian Sastrowardoyo yang berperan sebagai Aruna mampu tampil dengan natural. Melihat Dian memainkan karakter Aruna seperti melihat Dian Sastro sedang berperan menjadi dirinya sendiri. Ia mampu menjiwai karakternya dengan sangat baik dan natural, dan mampu mengucapkan dialog-dialog dalam film dengan apik.
Nicholas Saputra sebagai Bono, Hannah Al Rashid sebagai Nad, dan Oka Antara sebagai Farish, mampu menghadirkan kompleksitas karakternya dengan sangat baik. Chemistry persahabatan mereka terasa nyata, membuat saya sebagai penonton seakan sedang mendengar perbincangan teman dekat di meja makan.
Itulah review saya mengenai film Aruna & Lidahnya, apakah kamu tertarik untuk menontonnya?
Overall, Aruna & Lidahnya sukses menjadi film bertema kuliner yang memanjakan penontonnya dengan suguhan beragam makanan khas Indonesia. Ceritanya yang sederhana cukup mampu disampaikan dengan apik, walau eksplorasi mengenai isu lembaga kesehatan kurang digali secara dalam.
Konflik persahabatan dan percintaan umur 30-an berhasil menambah rasa dalam film ini. Chemistry keempat pemainnya dijalin dengan solid, dan konsep 4th wall breaking membuat filmnya terasa unik.Â
Aruna & Lidahnya cocok menjadi tontonan untuk ngabuburit, siapa tahu kamu tertarik untuk mencoba makanan-makanan khas Indonesia yang ada di dalam film ini!
Rating pribadi: 7.5/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H