Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review "The Marvels", Menyenangkan Walau Banyak Potensi yang Kurang Dimaksimalkan

14 November 2023   20:26 Diperbarui: 19 November 2023   13:55 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Park Seo-Joon sebagai Prince Yan dalam film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios

Fase ke-5 MCU sejatinya merupakan fase kolaborasi dan upaya menghadirkan sesuatu yang baru. Baik dalam segi karakter hero, villain, maupun konflik yang dihadapi. Kini, konflik mengenai multiverse mulai diperlihatkan dengan jelas dan menjadi tema utama dalam film-film yang dibuat.

Hal tersebut juga terjadi pada "The Marvels" yang tayang pada 8 November 2023.


"The Marvels" melanjutkan perjalanan kisah Carol Danvers, Kamala Khan, dan Monica Rambeau, yang sebelumnya memiliki kisah di film/serial masing-masing. Dalam film ini, ketiganya bersatu untuk menghadapi Dar-Benn, prajurit bangsa Kree.

Setelah prajurit Kree, Dar-Benn (Zawe Ashton), menemukan gelang serupa dengan milik Kamala, terjadi fenomena aneh. Carol Danvers (Brie Larson), Monica Rambeau (Teyonah Parris), dan Kamala Khan (Iman Vellani) terus bertukar tempat setiap menggunakan kekuatan masing-masing. 

Mereka bertiga berupaya untuk menghentikan pertukaran tempat tersebut,  juga berusaha untuk menghentikan Dar-Benn yang menjarah sumber daya planet-planet lain.

Apakah mereka dapat mengatasi permasalahan tersebut? Apakah film ini akan berkaitan dengan multiverse?

"The Marvels" dibintangi oleh Brie Larson, Iman Vellani, Teyonah Parris, Lashana Lynch, dan pemain lainnya. Film ini disutradarai oleh Nia DaCosta. Penulisnya adalah Nia DaCosta, Megan McDonnell, dan Elissa Karasik. 

Berdurasi 1 jam 45 menit, apa yang membuat film ini menarik untuk ditonton? Yuk simak, ini review-nya!

Konflik Sederhana yang Dibuat Rumit

Zawe Ashton sebagai Dar-Benn and Daniel Ings sebagai Ty-Rone dalam film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios
Zawe Ashton sebagai Dar-Benn and Daniel Ings sebagai Ty-Rone dalam film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios

The Marvels merupakan film fase kelima yang menghibur, namun sayangnya banyak potensi yang disia-siakan. Premisnya sederhana, mengenai bangsa Kree yang terkena dampak pasca Captain Marvel menghancurkan Supreme Intelligence di film "Captain Marvel", dan Dar-Benn berniat untuk menyelamatkan bangsanya dengan menjarah sumber daya di tempat lain.

Dengan premis yang sederhana tadi, The Marvels seharusnya mampu memaksimalkan premis tersebut untuk memperdalam penokohan tiap karakter. Namun, alih-alih demikian, film ini lebih memilih untuk memperumit konfliknya yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi dalam penceritaan.

Kerumitan konflik tersebut sejatinya dihadirkan dengan humor melalui naskah buatan sang sutradara, Nia DaCosta, bersama Megan McDonnell dan Elissa Karasik. Namun, dibanding mengundang tawa, justru naskahnya terasa berbelit-belit dan menunjukkan ketidakmampuan dalam bertutur secara rapi.

Hal tersebut menyebabkan saya merasa agak lelah saat menontonnya. Terutama menjelang akhir, penyelesaiannya dibuat terlalu sederhana, seakan konflik rumit di babak awal hingga pertengahan tak berguna. 

Namun, perlu diakui bahwa The Marvels tetap menarik untuk ditonton. Konflik sederhana tadi, walau dijelaskan secara rumit, sejatinya mampu menjadi penghubung cerita menuju banyak peristiwa besar yang akan terjadi pada masa depan MCU. 

Hal yang patut diapresiasi adalah upaya film ini yang tetap berhasil memfokuskan ceritanya sendiri dan tidak melebar ke mana-mana.

Penokohan yang Kurang Mendalam

Brie Larson sebagai Captain Marvel/Carol Danvers di film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios
Brie Larson sebagai Captain Marvel/Carol Danvers di film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios

Konflik utama dalam film The Marvels berhasil membuat penokohan Carol Danvers a.k.a Captain Marvel menjadi lebih kompleks, membuatnya mempertanyakan kembali 'kepahlawanannya'. Tatkala keputusan yang diambil ternyata tidak selalu berakibat baik, Carol mempertanyakan kembali makna pahlawan yang sesungguhnya. 

Apakah tindakanannya benar-benar membuatnya laya dikatakan sebagai pahlawan? atau ia justru layak dikatakan sebagai pemusnah oleh bangsa Kree? 

Sayangnya, tema yang menarik tersebut hanya dibiarkan mengambang di permukaan. Tak ada eksplorasi mendalam, dan kurang meninggalkan kesan. Naskahnya juga kurang mampu memantik emosi. 

Hal ini juga membuat Brie Larson sebagai Carol Danvers a.k.a Captain Marvel terasa masih canggung dan kurang luwes dalam memerankan karakternya.

Planet Aladna, Park Seo-Joon, dan Koreografi Aksi yang Tidak Dimaksimalkan

Park Seo-Joon sebagai Prince Yan dalam film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios
Park Seo-Joon sebagai Prince Yan dalam film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios

Planet Aladna yang menjadi salah satu latar tempat dalam The Marvels memiliki potensi besar yang gagal dimaksimalkan dalam film ini. Interaksi penduduk dengan 'nyanyian' dan nada bisa menjadi elemen menarik. Sayang, hal tersebut dikemas dengan cara klise yang kurang menarik perhatian saya sebagai penonton.

Begitu pula dengan kehadiran Prince Yan (Park Seo-Jun) yang hanya menjadi karakter pendukung yang sama sekali tidak spesial. Ia hadir seakan hanya untuk menjadi penghias film ini saja, dan kemunculannya tidak membawa dampak signifikan pada jalannya cerita.

Andai karakternya digali dengan lebih dalam dengan menguatkan unsur budaya musiknya dalam penceritaan, The Marvels akan mampu menjadi sajian fresh yang jarang ada di film superhero lainnya.

Dari segi koreografi aksi, terjadi inkonsistensi kualitas. Fight scene di awal tatkala Kamala, Carol, dan Rambeau saling bertukar tempat tatkala menggunakan kekuatan dalam melawan musuhnya di ruangan yang sempit, berhasil menghadirkan aksi yang intens, menyegarkan, dan menghibur. 

Namun setelahnya, The Marvels luput memaksimalkan adegan aksi. Pertarungan di planet Aladna terasa monoton, yang sebetulnya dapat diatasi dengan menggabungkan unsur budaya, seperti menggunakan lagu sebagai kekuatan. Film ini lebih memilih menggunakan aksi generik yang membuat penonton akan mudah merasa bosan.

Salah satu momen yang menyenangkan dan unik dalam film ini adalah ketika Goose dan kawanan kucing lainnya melahap para kru di kapal untuk memudahkan evakuasi. Momen unik tersebut berhasil dihadirkan dengan baik dan membuat saya tak berhenti tersenyum melihat kawanan kucing terbang di kapsul luar angkasa.

Bukan berarti The Marvels terasa hambar. Seperti yang saya bilang di awal, bahwa terjadi inkonsistensi. Ada kalanya The Marvels terasa menyenangkan, namun juga ada beberapa adegan yang menimbulkan kesan hambar. 

Iman Vellani Membuat Film Ini Terasa Lebih Menyenangkan

Iman Vellani sebagai Ms. Marvel/Kamala Khan di film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios 
Iman Vellani sebagai Ms. Marvel/Kamala Khan di film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios 

Kamala Khan a.k.a Miss Marvel (Iman Vellani) menjadi penyelamat film ini. Berkat kehadirannya, The Marvels benar-benar terasa menyenangkan, dengan coming timing yang tepat dan karakternya yang sangat mudah untuk dicintai oleh para penonton. 

Kamala menjadi satu-satunya karakter dengan penokohan yang konsisten dalam film ini, dan hal tersebut mampu disampaikan dengan baik oleh Iman Vellani melalui gestur dan ekspresi yang tepat, sebagaimana remaja yang kegirangan bertemu dengan idolanya. 

Keluarga Kamala Khan yang membawa budaya Pakistan dan nilai-nilai Islam menambah nuansa unik dalam film. Momen Aamiir mengucapkan tahlil saat pesawat kapsul milik Nick Fury terombang ambing, dan momen Kamala mengucap bismillah sebelum mengeluarkan kekuatannya di ending, menjadi ciri khas tersendiri yang menjadi pembeda dibandingkan dengan superhero lainnya.

Desain Produksi dan CGI yang Kurang Spesial

Captain Marvel (Brie Larson) dan Miss. Marvel (Iman Vellani) dalam film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios
Captain Marvel (Brie Larson) dan Miss. Marvel (Iman Vellani) dalam film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios

Dari segi produksi dan CGI, masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Visual The Marvels dianggap kurang spektakuler dibandingkan dengan film-film Marvel lainnya. 

Desain kostum karakternya terlalu biasa saja, dan sulit untuk membedakan ciri khas makhluk dari masing-masing planet. Seharusnya, The Marvels dapat belajar dari Star Wars mengenai desain kostum yang menarik untuk film berlatar luar angkasa.

Iman Vellani sebagai Ms. Marvel/Kamala Khan dan Goose the Flerken di film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios 
Iman Vellani sebagai Ms. Marvel/Kamala Khan dan Goose the Flerken di film The Marvels. Sumber foto: Marvel Studios 

Itulah review saya mengenai film "The Marvels". Apakah kamu tertarik untuk menontonnya?

Overall, "The Marvels" berhasil menjadi film Marvel yang menyenangkan walau banyak potensi yang kurang dimaksimalkan. Plot yang sederhana dibuat rumit, dan naskahnya kurang mampu bertutur secara rapih. Walau begitu, film ini tetap menghibur berkat kehadiran Kamala Khan dan keluarganya yang sukses menarik perhatian sepanjang film.

"The Marvels" tidak boleh kamu lewatkan, khususnya bagi kamu fans sejati film-film Marvel. Dalam film ini, ada satu post credit scene yang cukup penting bagi kelanjutan film-film MCU di fase berikutnya.

Skor pribadi: 7/10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun