Wregas dengan tajam mengekspos kebijakan yang merugikan guru dan siswa, serta dampak negatifnya terhadap keadilan dan keberagaman dalam sistem pendidikan.Â
Sekolah, yang harusnya mengutamakan keadilan dan kesejahteraan guru, baik secara fisik maupun psikis, malah berubah menjadi 'tempat penghakiman' bagi Bu Prani dan memaksanya untuk meminta maaf atas tindakannya yang sebenarnya benar.
Selain itu, isu kesehatan mental juga diperkenalkan oleh Wregas dalam bagian tengah hingga akhir film. Film ini menggambarkan bagaimana netizen dengan mudahnya menyimpulkan bahwa seseorang memiliki 'trauma' hanya berdasarkan asumsi semata.Â
Para ahli juga terlibat dalam mengkotak-kotakkan situasi tanpa berbicara langsung kepada Bu Prani dan hanya bermodalkan video pendek untuk menilai salah/benarnya tindakan tersebut, yang justru memperburuk keadaan.
Wregas berhasil menyampaikan pesan kritisnya dengan humor ringan, membuat film ini mudah dicerna oleh penonton. "Budi Pekerti" membuktikan bahwa kritik sosial dalam film tidak selalu harus berat; dengan pendekatan yang tepat, pesan yang kuat dapat disampaikan dengan cara yang menghibur.
Kualitas Produksi yang Patut Diapresiasi
Kualitas film "Budi Pekerti" juga didukung dengan kualitas produksi yang maksimal. Rumahnya dibuat dengan serealistis mungkin, dengan memperhatikan setiap detail kecil, menciptakan kesan bahwa Bu Prani adalah tokoh dari keluarga biasa yang hidup dalam keterbatasan.Â
Selain itu, desain kostum dalam film ini juga patut mendapat pujian. Penggunaan masker kuning, kemeja kuning, dan helm kuning oleh Bu Prani memiliki makna mendalam, diambil langsung dari warna kuning pada cover buku "Pendidikan Moral Pancasila" yang membahas pelajaran budi pekerti. Hal ini membuat Bu Prani menjadi simbol dari nilai-nilai budi pekerti, yaitu mempertahankan prinsip-prinsipnya meski dihadapkan pada tekanan dari berbagai pihak.
Penggambaran berbagai komentar dan konten yang dibuat oleh netizen dalam memviralkan video pendek 20 detik juga sangat realistis dan sesuai dengan kondisi sosial media saat ini.Â
Berbagai konten seperti video reaksi, remix video yang dijadikan lagu DJ, meme, dan konten vlog makanan digambarkan dengan sangat detail, menggambarkan betapa 'gila'-nya fenomena viral di media sosial yang pada akhirnya memiliki potensi untuk menghancurkan kehidupan seseorang.
Akting dan Chemistry yang Kuat Dari Setiap Pemain