Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Budi Pekerti", Tuntutan Menjadi Individu Sempurna di Era Digital

7 November 2023   16:23 Diperbarui: 8 November 2023   15:28 1901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dahsyatnya sosial media yang dapat membuat viralitas dalam hitungan jam, sumber foto: Screenshot YouTube Rekata Studio 

Apa yang membuat film ini menarik untuk ditonton? Yuk simak, ini review-nya!

Mengungkapkan Keresahan Pada Era Media Sosial

Dahsyatnya sosial media yang dapat membuat viralitas dalam hitungan jam, sumber foto: Screenshot YouTube Rekata Studio 
Dahsyatnya sosial media yang dapat membuat viralitas dalam hitungan jam, sumber foto: Screenshot YouTube Rekata Studio 

Sejak pertama kali mendengar karya terbaru Wregas ini masuk ke dalam TIFF, saya sangat yakin bahwa film "Budi Pekerti" akan menawarkan sesuatu yang berbeda dari film Indonesia kebanyakan. 

Hal tersebut telah terbukti benar. Setelah kesuksesannya dalam film "Penyalin Cahaya", Wregas kembali memamerkan kematangannya dalam film "Budi Pekerti" Ia berhasil menggambarkan berbagai ketidakpastian dan konflik yang seringkali kita alami dalam kehidupan era digital melalui karyanya yang terbaru ini.

"Budi Pekerti" berhasil memperlihakan bagaimana masyarakat saat ini seringkali ditekan untuk menjadi individu tanpa cela yang harus selalu tampil 'benar,' tak boleh membuat kesalahan. Jika salah sedikit saja, maka risiko yang didapatkan oleh Bu Prani mungkin juga akan dapat kita alami.

Naskah yang disusun dengan cermat oleh Wregas mengamati detail-detail yang bernilai dan membuat film ini terasa relevan dan dekat dengan penonton. Bu Prani mungkin hanyalah seorang warga biasa, bukan selebritas atau tokoh penting, namun berkat kehadiran media sosial dan kemasan konten clickbait yang memancing penasaran, video teguran Bu Prani pada penyerobot antrian mendadak viral.

"Budi Pekerti" mengajak kita untuk mengikuti upaya Bu Prani dalam membersihkan reputasi. Beragam cara dilakukan, baik proaktif maupun pasif, yang kerap justru menjadi bumerang dan mendatangkan masalah baru.

Film ini mengajak kita untuk merenung, perlukah kita membuka semua privasi kita dan menceritakan semua hal demi menggaet kepercayaan publik, tatkala mereka sebetulnya hanya percaya pada apa yang ingin mereka percayai? Pertanyaan tersebut merupakan salah satu bentuk keresahan Wregas yang ditumpahkan dalam film ini.

Bu Prani (Ine Febriyanti) dalam film
Bu Prani (Ine Febriyanti) dalam film "Budi Pekerti" karya Wregas Banuteja. Sumber foto: Dok. Rekata Studio

Tak hanya berbicara perihal dampak dari sensasi media sosial, kritik terhadap sistem pendidikan yang dihadirkan dalam film "Budi Pekerti" sangat relevan dengan realitas sosial saat ini.

Penekanan pada citra sekolah dan penilaian berlebihan terhadap kesalahan kecil menggambarkan ketidakseimbangan yang masih ada dalam dunia pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun