"Apalagi Jakarta, serba cepet, serba maju. Makanan tradisional kayak gitu mah ah, kegeser!" ujar rekan Abdul dalam salah satu dialog di film pendek ini.
"Ngidam" memiliki premis yang menarik dan relatable untuk banyak orang, khususnya bagi para perempuan yang pernah merasakan ngidam dan laki-laki yang selalu siap siaga demi memenuhi keinginan sang istri.Â
Melalui kemasan komedi, "Ngidam" tak hanya mengajak kita untuk melihat bagaimana fase ngidam itu sendiri, melainkan juga mengenalkan kita akan kuliner betawi yang sulit ditemukan saat ini.
Mulai dari selendang mayang dan nasi ulam yang masih dapat ditemukan, hingga gabus pucung yang mulai jarang, dan sayur babanci yang hampir tak ditemukan lagi sekarang. "Ngidam" berhasil mengenalkan makanan-makanan tersebut dan menciptakan kesan yang kuat tentang keberagaman kuliner betawi.Â
Film ini mengambil latar belakang masa kini, naskahnya dengan cermat menggambarkan dampak modernisasi Jakarta terhadap kehidupan masyarakat betawi. Kuliner khas betawi yang semakin tergantikan oleh makanan viral dan modern seperti bulgogi, iga bakar BBQ, dan makanan Korea, adalah contoh nyata perubahan budaya kuliner yang tajam.Â
Selain itu, naskah dalam film pendek ini juga berhasil menunjukkan bagaimana bahasa betawi yang murni perlahan tercampur dengan bahasa-bahasa yang tengah viral saat ini, yang mencerminkan perubahan budaya yang lebih luas.
"Ngidam" berhasil menggugah penonton untuk merenungkan pentingnya melestarikan budaya dan kuliner betawi di tengah modernisasi yang tak terhindarkan. Film ini menunjukkan bahwa modernisasi tidak harus berarti kehilangan jati diri budaya kita, melainkan dapat menjadi peluang untuk lebih memahami dan menghargai warisan budaya betawi.Â
Contohnya adalah bagaimana salah satu karakter dalam film, rekan kerja Abdul, belajar membuat sayur babanci melalui tutorial di YouTube, menunjukkan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk melestarikan tradisi kuliner.
Mengangkat fenomena 'ngidam viral' yang dialami oleh banyak orang
Selain mengangkat tema kuliner betawi, film "Ngidam" juga menggambarkan fenomena mengenai keinginan setiap individu untuk menjadi viral di media sosial. Fenomena 'ngidam viral' tidak hanya berkaitan dengan ibu hamil, melainkan juga melibatkan semua kalangan.Â
Film ini dengan cerdas menyajikan momen-momen kecil, seperti ketika teman kerja Abdul mengabadikan makanan dengan foto sebelum menyantapnya atau tetangga yang melakukan siaran langsung di media sosial sambil memamerkan barang-barang mewahnya. Hal ini juga ditunjukkan melalui dialog dalam filmnya:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!