Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film Pendek "Ngidam", Mencari Kuliner Khas Betawi yang Langka di Tengah Modernisasi Jakarta

28 Oktober 2023   13:28 Diperbarui: 29 Oktober 2023   19:53 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film "Ngidam" karya KOMIK Kompasiana, sumber: KOMiK Kompasiana

Sayur Babanci, salah satu kuliner langka yang ada dalam film pendek
Sayur Babanci, salah satu kuliner langka yang ada dalam film pendek "Ngidam". Sumber foto: senibudayabetawi.com

"Apalagi Jakarta, serba cepet, serba maju. Makanan tradisional kayak gitu mah ah, kegeser!" ujar rekan Abdul dalam salah satu dialog di film pendek ini.

"Ngidam" memiliki premis yang menarik dan relatable untuk banyak orang, khususnya bagi para perempuan yang pernah merasakan ngidam dan laki-laki yang selalu siap siaga demi memenuhi keinginan sang istri. 

Melalui kemasan komedi, "Ngidam" tak hanya mengajak kita untuk melihat bagaimana fase ngidam itu sendiri, melainkan juga mengenalkan kita akan kuliner betawi yang sulit ditemukan saat ini.

Mulai dari selendang mayang dan nasi ulam yang masih dapat ditemukan, hingga gabus pucung yang mulai jarang, dan sayur babanci yang hampir tak ditemukan lagi sekarang. "Ngidam" berhasil mengenalkan makanan-makanan tersebut dan menciptakan kesan yang kuat tentang keberagaman kuliner betawi. 

Film ini mengambil latar belakang masa kini, naskahnya dengan cermat menggambarkan dampak modernisasi Jakarta terhadap kehidupan masyarakat betawi. Kuliner khas betawi yang semakin tergantikan oleh makanan viral dan modern seperti bulgogi, iga bakar BBQ, dan makanan Korea, adalah contoh nyata perubahan budaya kuliner yang tajam. 

Selain itu, naskah dalam film pendek ini juga berhasil menunjukkan bagaimana bahasa betawi yang murni perlahan tercampur dengan bahasa-bahasa yang tengah viral saat ini, yang mencerminkan perubahan budaya yang lebih luas.

"Ngidam" berhasil menggugah penonton untuk merenungkan pentingnya melestarikan budaya dan kuliner betawi di tengah modernisasi yang tak terhindarkan. Film ini menunjukkan bahwa modernisasi tidak harus berarti kehilangan jati diri budaya kita, melainkan dapat menjadi peluang untuk lebih memahami dan menghargai warisan budaya betawi. 

Contohnya adalah bagaimana salah satu karakter dalam film, rekan kerja Abdul, belajar membuat sayur babanci melalui tutorial di YouTube, menunjukkan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk melestarikan tradisi kuliner.

Mengangkat fenomena 'ngidam viral' yang dialami oleh banyak orang

Selain mengangkat tema kuliner betawi, film "Ngidam" juga menggambarkan fenomena mengenai keinginan setiap individu untuk menjadi viral di media sosial. Fenomena 'ngidam viral' tidak hanya berkaitan dengan ibu hamil, melainkan juga melibatkan semua kalangan. 

Film ini dengan cerdas menyajikan momen-momen kecil, seperti ketika teman kerja Abdul mengabadikan makanan dengan foto sebelum menyantapnya atau tetangga yang melakukan siaran langsung di media sosial sambil memamerkan barang-barang mewahnya. Hal ini juga ditunjukkan melalui dialog dalam filmnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun