Banyak orang yang menganggap bahwa laki-laki lebih superior dibanding wanita, dan hanya laki-laki yang mampu melindungi wanita. Â Tetapi, apakah mungkin wanita bisa melindungi dirinya sendiri dan orang lain?
Ballerina mengajukan pertanyaan ini melalui tokoh anti-hero-nya, Okju (Jeon Jong-Seo). Film ini menegaskan bahwa perempuan juga dapat melindungi dirinya dan orang yang ia sayangi, yang dalam film ini dihadirkan melalui aksi tanpa henti tanpa bantuan laki-laki.
Ballerina bercerita tentang Okju (Jeon Jong-Seo), mantan bodyguard yang tidak diketahui apa profesinya saat ini. Ia merupakan perempuan misterius yang jago berkelahi, dan membela orang-orang sembari menghajar para pelaku penindasan. Adegan awal menunjukkan Okju menyelamatkan seorang kasir supermarket dari serangan pencuri bertubuh kekar dengan sangat lihai.Â
Okju menerima sebuah pesan dari sahabatnya dan segera pergi menuju apartemen tempat sahabatnya tinggal. Ia menemukan Min-hee (Park Yoo-rim), sahabatnya yang merupakan seorang balerina, tewas bunuh diri. Dalam surat yang ditulis oleh sahabatnya, tertulis bahwa Min-Hee meminta tolong agar Okju dapat membalaskan dendam kepada orang yang telah menyakiti dirinya.Â
Tanpa ragu, Okju memulai pencariannya dan mengungkap identitas pelaku, Pro Choi (Kim Ji-hoon), seorang pengedar narkoba yang juga merupakan predator seksual.Â
Langkah apa yang akan dilakukan Okju? Akankah Okju berhasil membalaskan dendam temannya?
Ballerina merupakan film produksi Netflix yang tayang pada 29 Oktober 2023. Bergenre action dan thriller, Ballerina disutradarai oleh Lee Chung-hyeon yang pernah menyutradarai The Call (2020).
Apa yang membuat film ini menarik untuk ditonton? Yuk simak, ini review-nya!
Plot yang Terlampau Sederhana
Ballerina memiliki plot yang sederhana, bahkan bisa dibilang terlampau sederhana. Naskah film ini terbatas pada tema balas dendam tanpa menyajikan eksplorasi yang lebih mendalam.Â
Latar belakang sang karakter utama misalnya, penonton tak diberi tahu siapa sosok Okju yang sebenarnya, baik itu kepribadian maupun masa lalunya.
Tatkala muncul konflik dimana Okju menemukan sahabatnya yang meninggal karena bunuh diri dan meminta untuk membalaskan dendamnya, Ballerina banyak menghadirkan flashback masa lalu yang memperlihatkan interaksi dan momen pertama kali keduanya bertemu.Â
Sayangnya, naskahnya tidak memberi pengembangan karakter yang cukup, sehingga sulit bagi penonton untuk merasa terhubung dengan persahabatan mereka.
Begitu pula dengan kehadiran karakter siswi SMA (Shin Se-Hwi) yang juga menjadi korban kekerasan. Kehadirannya minim karakterisasi dan tidak diberikan latar belakang yang memadai. Meskipun demikian, kehadirannya menegaskan bahwa perempuan juga memiliki kekuatan untuk melawan.Â
Dibanding fokus membangun cerita melalui naskah yang mendalam, film ini lebih memilih membangun nuansa melalui visual. Lee Chung-Yeon banyak menghadirkan adegan hening dan minim dialog, dan lebih banyak mengkomunikasikan rasa lewat ekspresi dan gestur karakter.
Aksi Brutal yang Tampil Artsy
Walau naskahnya terbilang kurang matang, setidaknya Ballerina tetap unggul dalam segi aksi. Koreografi aksi yang beragam, mulai dari tangan kosong hingga senjata, one vs one hingga keroyokan, menambahkan intensitas dan keseruan dalam film ini.Â
Aksi dalam film ini disajikan tanpa basa-basi; sang protagonis langsung membunuh lawannya tanpa banyak dramatisasi ketika lawan tidak mau memberikan jawaban.Â
Lee Chung-hyeon berhasil menonjolkan aksi brutal penuh darah dalam film ini, walaupun film lebih cenderung menuju arah artsy. Ballerina lebih menonjolkan sinematografi yang apik dan keindahan visualnya.
Gerak kamera yang hadir mengingatkan saya pada film-film aksi klasik. Penggunaan transisi cepat dan teknik zoom in dan zoom out menambah dinamika pada adegan-adegan aksi. Namun, ada kalanya gerakan kamera dan penyuntingan-nya kurang tepat dan cukup mengganggu.Â
Beruntung, Lee Chung-hyeon mampu menahan diri hingga film ini sampai kepada puncak konfliknya. Klimaks yang hadir di babak puncak berhasil menghibur saya sebagai penonton, dengan sorotan kamera yang tepat dan kadar aksi yang memuaskan.
Pesona Akting Jeon Jong-Seo Menghiasi Film Ini
Daya pikat utama Ballerina terdapat pada akting Jeon Jong-Seo yang tampil dengan aura misterius nan kelam. Dia berhasil memerankan perempuan 'badass' dengan kepiawaian berekspresi, tatapan tajam, dan gerakan tubuh yang tampil mengintimidasi tatkala menghadapi lawan.
Selain kualitas akting yang mumpuni, Jeon Jong-Seo juga piawai melakoni adegan aksi. Sebagai penonton, saya berhasil dibuat takjub tatkala karakternya muncul pada adegan aksi.
Selain itu, villain utama dalam film ini juga berhasil tampil mengintimidasi dan memancing emosi penonton. Kim Ji-Hoon yang berperan sebagai Pro-Choi benar-benar berhasil membuat penonton membenci karakternya sejak kemunculannya pertama kali.Â
Ketika keduanya terlibat dalam aksi di dalam ruangan sempit dengan berbagai senjata, suasana tegang benar-benar akan dirasakan penontonnya.
Itulah review saya mengenai film "Ballerina", apakah kamu tertarik untuk menontonnya?
Overall, Ballerina adalah film aksi Korea yang artsy dan cukup brutal dalam segi aksi. Didukung dengan kualitas akting Jeon Jong-Seo yang mampu memerankan karakter Okju yang misterius nan kelam, berhasil membuat Ballerina menjadi sajian aksi yang seru dan menegangkan.
Meskipun film ini menampilkan banyak keunggulan dalam segi aksi dan teknik pengambilan gambar, kelemahannya terletak pada naskah yang terlalu fokus pada balas dendam dan kurangnya eksplorasi mendalam pada penokohan dan konflik yang dialami oleh sang protagonis.
Tayang di Netflix, Ballerina berdurasi 1 jam 33 menit. Film ini cocok untuk ditonton bagi kamu pecinta film aksi.
Rating: 7/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H