Latar belakang sang karakter utama misalnya, penonton tak diberi tahu siapa sosok Okju yang sebenarnya, baik itu kepribadian maupun masa lalunya.
Tatkala muncul konflik dimana Okju menemukan sahabatnya yang meninggal karena bunuh diri dan meminta untuk membalaskan dendamnya, Ballerina banyak menghadirkan flashback masa lalu yang memperlihatkan interaksi dan momen pertama kali keduanya bertemu.Â
Sayangnya, naskahnya tidak memberi pengembangan karakter yang cukup, sehingga sulit bagi penonton untuk merasa terhubung dengan persahabatan mereka.
Begitu pula dengan kehadiran karakter siswi SMA (Shin Se-Hwi) yang juga menjadi korban kekerasan. Kehadirannya minim karakterisasi dan tidak diberikan latar belakang yang memadai. Meskipun demikian, kehadirannya menegaskan bahwa perempuan juga memiliki kekuatan untuk melawan.Â
Dibanding fokus membangun cerita melalui naskah yang mendalam, film ini lebih memilih membangun nuansa melalui visual. Lee Chung-Yeon banyak menghadirkan adegan hening dan minim dialog, dan lebih banyak mengkomunikasikan rasa lewat ekspresi dan gestur karakter.
Aksi Brutal yang Tampil Artsy
Walau naskahnya terbilang kurang matang, setidaknya Ballerina tetap unggul dalam segi aksi. Koreografi aksi yang beragam, mulai dari tangan kosong hingga senjata, one vs one hingga keroyokan, menambahkan intensitas dan keseruan dalam film ini.Â
Aksi dalam film ini disajikan tanpa basa-basi; sang protagonis langsung membunuh lawannya tanpa banyak dramatisasi ketika lawan tidak mau memberikan jawaban.Â
Lee Chung-hyeon berhasil menonjolkan aksi brutal penuh darah dalam film ini, walaupun film lebih cenderung menuju arah artsy. Ballerina lebih menonjolkan sinematografi yang apik dan keindahan visualnya.
Gerak kamera yang hadir mengingatkan saya pada film-film aksi klasik. Penggunaan transisi cepat dan teknik zoom in dan zoom out menambah dinamika pada adegan-adegan aksi. Namun, ada kalanya gerakan kamera dan penyuntingan-nya kurang tepat dan cukup mengganggu.Â
Beruntung, Lee Chung-hyeon mampu menahan diri hingga film ini sampai kepada puncak konfliknya. Klimaks yang hadir di babak puncak berhasil menghibur saya sebagai penonton, dengan sorotan kamera yang tepat dan kadar aksi yang memuaskan.